Friendster
Reading Time: 2 minutes

Salah satu media sosial yang sempat menjadi idola tahun 2000an yakni Friendster kini kembali lagi. Tercatat hingga tahun 2011 pengguna Friendster mencapai 115 juta pengguna, sayangnya platform ini resmi ditutup tahun 2015. Namun di tahun 2024 nenek moyang media sosial bangkit lagi. Hingga hari ini, 30 januari 2024 sudah ada antrean lebih dari 131 ribu yang ingin kembali mencoba mendaftar.

Jika melihat tren pengguna media sosial saat ini telah didominasi oleh Gen Z sebut saja Facebook dari 198 juta pengguna di Indonesia lebih dari 60% penggunanya adalah Gen Z, begitupun dengan TikTok serta Instagram. Namun, akankah Gen Z tertarik dengan Friendster?

Mungkin bagi Gen Z tak cukup familiar dengan Friendster, berikut ulasan sedikit terkait media sosial yang sempat mati suri. Media sosial asal Filipina ini mulai berdiri sejak 2001 oleh Jonathan Abrams. Dalam platform ini pengguna dapat mengirim pesan, menulis komentar, memposting, hingga berbagi konten.

Nama Friendster berasal dari kata yakni Friend yang berarti teman dan Napster yang artinya fenomena. Puncak kesuksesannya pada tahun 2008 dengan pengguna bulanan sekitar 37,1 juta membawa media sosial ini mendapat suntikan dana lebih dari 50 juta dolar.

Lima tahun sebelumnya pada 2003 Google sempat ingin membeli Friendster seharga 30 juta dolar namun tawaran tersebut ditolak. Hingga akhirnya popularitas Friendster meredup pasca kemunculan Facebook. Media sosial bikinan Mark Zuckerberg terus melakukan modifikasi hingga memenangkan pasar.

Akankah ada kejutan menarik yang akan dibawa Friendster setelah come back, pada laman resminya tertulis “A NEW ERA OF PERSONALIZED NETWORKING” disusul dengan “Bringing it Back to the People”.

Nampaknya Friendster telah belajar dari kegagalan masa lalunya, hingga meyakinkan dengan kalimat persuasif “Temukan kembali pesona era awal jejaring sosial, yang kini diremajakan dengan sentuhan kontemporer. Friendster lebih baik dari sebelumnya dan untuk semua orang”.

Salah satu pengguna lawas Friendster yakni Putri Asriyani mengaku ingin mencoba dan bernostalgia dengan media sosial yang dulu membawanya berselancar mencari kenalan baru.

“Boleh (mencoba menggunakan) ingin bernostalgia. Dulu sekitar tahun 2007 pakai, di Friendster yang aku lakukan adalah membuat profil, upload foto hampir sama seperti facebook tapi lebih nyaman pakai facebook. Ajang chat cari kenalan, terus tukeran nomor HP. Kendalanya internet saat itu tidak seperti sekarang, harus ke warnet dulu,” ujarnya.

Tak hanya Putri, sambutan hangat juga datang dari pengguna lawas lainnya yakni Pambudi Wicaksono yang telah mendaftar dalam antrean.

“Iya aku sudah daftar Friendster,” ungkapnya.

Jika pengguna lawas telah menanti ingin bernostalgia, bagaimana dengan Gen Z? Hingga saat ini belum ada data atau survei terkait ketertarikan Gen Z terkait apakah inggin mencoba menggunakan Friendster.

Namun salah satu Gen Z generasi awal yakni Ajeng Putri Andani menyebut belum tertarik untuk mencoba daftar karena telah memiliki deretan media sosial di gadgetnya.

“Enggak tertarik, sosmedku terlalu banyak,” tandasnya.

Namun jawaban tersebut belum mampu mewakili suara Gen Z terkait hal ini. Lantas bagaimana denganmu Comms akankah tertarik menjajal menggunakan Friendster?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Wisuda
Reading Time: 2 minutes

Pelaksanaan wisuda pada Sabtu, 27 Januari 2023 menjadi momen istimewa khususnya untuk para wisudawan dan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Lantas apa saja hal Istimewa tersebut?

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Universitas Islam Indonesia sebanyak 717 wisudawan yang terdaftar pada periode 3 Tahun Akademik 2023/2024. Wisuda dilaksanakan pada 27 Januari dan 28 Januari 2023. Prodi Ilmu Komunikasi yang tergabung pada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya mendapat giliran pada pada tanggal 27 Januari bersama beberapa fakultas lain yakni Bisnis dan Ekonomika, Teknik Sipil dan Perencanaan, serta Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam.

Dua hal paling berkesan pada pelaksanaan tersebut antara lain, jumlah wisudawan dari Prodi Ilmu Komunikasi mendominasi di FPSB yakni sebanyak 35 wisudawan. Pencapaian ini tentu menjadi prestasi yang perlu dipertahankan.

Ketua prodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D., menyampaikan rasa syukurnya atas pencapaian ini. Tak hanya itu pihaknya berharap kesuksesan menyertai para wisudawan.

“Wisudawan dari Ilmu Komunikasi di tingkat Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya jumlahnya paling banyak 35 orang. Sehingga kami bisa mengatakan pencapaian ini mudah-mudah terus baik lagi bagi Prodi untuk meluluskan wisudawan dan tentu saja untuk wisudawan selain ucapan selamat saya selaku Ketua Program studi juga berharap kesuksesan menanti kalian. Untuk yang bekerja, melanjutkan studi, maupun rencana-rencana lainnya,” harapnya.

Tak hanya itu, momen Istimewa lain datang dari salah satu wisudawati Prodi Ilmu Komunikasi yakni Luna Ananda Gusta, dirinya ditunjuk menjadi perwakilan wisudawan untuk memberikan sambutan di depan wisudawan dan para wali.

“Wisuda kali terasa Istimewa untuk Prodi, karena wisudawan dari Prodi ilmu Komunikasi mewakili menyampaikan kata sambutan mewakili para wisudawan,” tambah Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Dalam kesempatan berbeda Luna, sapaan akrabnya juga menyampaikan ras syukurnya setelah melewati studi di prodi ilmu Komunikasi UII. Ia menyebut banyak pengalaman luar biasa yang tentu akan menjadi bekalnya menyambut masa depan.

“Rasa Syukur yang tiada henti bisa berkuliah di prodi Ilmu Komunikasi UII. Mendapat banyak pengalaman yang luar biasa selama menjadi bekal untuk menghadapi masa yang akan datang dan tentunya menantang. Banyak ilmu yang saya dapat selama proses perkuliahan baik segi akademik maupun non akademik yang sangat membantu saya dalam menghadapi dunia kerja,” ungkap Luna.

Dari 35 wisudawan Prodi Ilmu Komunikasi UII peraih IPK tertinggi adalah Muhammad Elroy Arsy yakni 3,89, lalu disusul Rifka Annisa Hidayati 3,86, dan Luna Ananda Gusta 3,84.

Daftar Wisudawan Prodi Ilmu Komunikasi UII

1.     Wahyu Setiani
2.     Muhammad Ramadhani Pradana
3.     Rissa Dwi Indah Syahputri
4.     Yurdhika Anna Ridwan
5.     Marsel Supianto
6.     Anggita Cahya Pratiwi
7.     Winesti Rahayu
8.     Raja Indra Bangsawan
9.     Rohaizha Anindhita
10.  Salwa Putri Nabilah
11.  Falha Kaysa
12.  Rifka Annisa Hidayati
13.  Naufal Rafif Febrian
14.  Roro Indah Sri Lestari
15.  Maitsa Safira Nuraini
16.  Muhammad Elroy Arsy
17.  Rahmadhani
18.  Luna Ananda Gusta
19.  Farira Zahra Putri
20.  Diko Naufal Milenio
21.  Muhammad Hanif Fais
22.  Della Septiana Sylva
23.  R. Wisnu Bayu Santiko
24.  Bima Wahyu Pramudya
25.  Aliefia Risha Az-Zahra
26.  Tri Lufajar Aditiya
27.  Fadzlurrahman Alqadri
28.  Kusuma Syah Alam
29.  Desti Ramadhani
30.  Ahmad Windy Rinaldy
31.  Tasya Shiffa Kamila
32.  Dwiki Arie Harnoko
33.  Vina Ndaru Salasia
34.  Putri Rosenda Uswatun Khasanah
35.  Fachrul Julian

Itulah deretan momen Istimewa terkait pelaksanaan wisuda periode 3 Tahun Akademik 2023/2024. Bagi kamu yang sedang mempersiapkan kelulusan semangat ya Comms.

Google doodle
Reading Time: 2 minutes

Ilustrasi yang ditampilkan dalam Google Doodle hari ini adalah sosok yang tak asing dalam dunia perfilman Indonesia. Aminah Cendrakasih yang ikonik dengan sebutan Mak Nyak pada serial Si Doel.

29 Januari 2024 menjadi momentum peringatan hari lahir Aminah Cendrakasih sebagai tokoh perfilman lintas zaman. Dalam ilustrasi Google Doodle digambarkan seorang Aminah versi Mak Nyak dengan kerudung khasnya yang dibingkai televisi jadul.

Tercatat Aminah lahir di Magelang, 29 Januari 1938 dan wafat pada 21 Desember 2022. Namanya telah melejit dengan membintangi sekitar 120 film selama hampir 50 tahun terakhir.

Dedikasinya di dunia perfilman Indonesia patut menjadi inspirasi, bahkan pada momen sakitnya ia masih bersedia membantu Rano Karno dalam projek film Si Doel The Movie pada tahun 2019.

Dalam ingatan penonton, Aminah merupakan tokoh cerdas yang sangat menghibur. Atas keberhasilannya ia meraih dua Lifetime Achievement Awards dari Festival Film Bandung dan Penghargaan Film Indonesia.

Bicara soal film, ada banyak aspek yang bisa dipelajari dari bidang ini mulai dari akting, teknik pembuatan film mulai dari penulisan naskah hingga eksekusi. Salah satu ruang yang bisa dimanfaatkan bagi kamu yang tertarik dengan dunia film adalah memilih kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi.

Ilmu Komunikasi memiliki kajian media yang memfasilitasi bakat mahasiswa yang tertarik di dunia perfilman. Salah satunya Jurusan Ilmu Komunikasi UII yang telah terakreditasi Unggul memiliki mata kuliah khusus seperti kajian Film dan Media layar, Foto dan Film Dokumenter, Animasi Digital dan berbagai mata kuliah lain yang kinier dengan dunia film. Selengkapnya dapat diakses pada laman berikut https://communication.uii.ac.id/program-studi/#tab-id-12.

Selain mata kuliah yang mendukung, fasilitas dan fasilitator juga cukup menunjang. Seperti laboratorium khusus yakni laboratorium audio visual, laboratorium audio, dan laboratorium fotografi dan multimedia.

Belajar Film dengan memilih Jurusan Ilmu Komunikasi

Menariknya tak hanya teori yang akan didapatkan, mahasiswa akan melakukan praktik langsung dengan para fasilitator yang telah ahli di bidangnya. Salah satu Laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII aktif memproduksi berbagai karya film dokumenter dan kerap melibatkan para mahasiswa. Bahkan salah satu karyanya yang berjudul The Independence Day: Between Tears and Laughters raih nominasi pada Festival Film Indonesia 2023 enam deretan nominasi film dokumenter pendek terbaik.

Keseriusan dalam bidang film juga dibuktikan oleh deretan dosen dan staf Prodi ilmu Komunikasi UII melalui berbagai program, salah satunya adalah Kaliurang Festival Hub yang mulai berjalan pada tahun 2023. Event ini merupakan ruang interaksi publik dari berbagai penjuru, tidak hanya mereka yang berkecimpung dalam dunia perfilman dan penikmat film, melainkan juga publik secara umum yang berada di Yogyakarta.

Bahkan, setelah menyelesaikan teori dan praktik pada masa perkuliahan mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih menyelesaikan tugas akhir dengan berbagai projek salah satunya dengan memproduksi film. Salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi UII yang sukses menjadi film maker dan menembus festival internasional. Ia adalah Muhammad Heri Fadli lewat passionnya, berkesempatan menyinggahi beberapa negara. Kisahnya bahkan viral pasca Mas Menteri umumkan skripsi bukan satu-satunya syarat lulus, karena ternyata Prodi Ilmu Komunikasi UII telah lebih dahulu menerapkan kebijakan tersebut sejak tahun 2015. Kisah selengkapnya dapat diakses pada laman ini https://communication.uii.ac.id/lulus-lewat-jalur-proyek-film-dokumenter-alumni-ilmu-komunikasi-uii-sukses-bawa-karyanya-ke-kancah-internasional/

Tertarik terjun di dunia perfilman? Informasi detail terkait jurusan Ilmu Komunikasi UII dapat diakses melalui laman communication.uii.ac.id.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Cegil
Reading Time: 4 minutes

Belakangan istilah cegil dan cogil menjadi bahasa gaul yang sering ditemukan di media sosial seperti TikTok, X, dan Instagram. Kedua kata tersebut seolah menjadi label yang melekat dan dikaitkan dengan karakter tertentu. Lantas apa itu cegil dan cogil?

Menghimpun dari berbagai konten yang tersebar, cogil merupakan sebuah akronim dari cowok gila, begitupun cegil yakni cewek gila. Gila yang dimaksud pada istilah tersebut merujuk pada beberapa sikap yang cenderung negatif.

Istilah cogil dan cegil mengarah pada seorang yang memiliki sikap manja dan sulit diatur, cenderung senang menggoda lawan jenis, obsesif dan posesif, agresif dan berlebihan di media sosial, hingga rela melakukan hal-hal aneh demi menarik perhatian.

Berdasarkan definisi dari KBBI, gila diartikan dalam beberapa hal yakni pertama gangguan jiwa yang mengarah pada gangguan saraf.. Kedua, tidak biasa dalam hal perilaku atau berbuat yang tidak masuk akal. Ketiga, bermakna terlalu yang mengarah pada kata afektif. Terakhir, ungkapan kagum hingga sangat suka.

Kini istilah cogil dan cegil menjadi sebuah label yang melekat pada beberapa orang karena tindakannya yang berbeda dan aneh-aneh. Merujuk pada teori labeling yang dikemukakan oleh Edwin M. Lemert, sesorang menjadi menyimpang karena pemberian label yang dilakukan oleh masyarakat.

Ironisnya, ada perbedaan dalam istilah cogil dan cegil, jika memantau berbagai konten di media sosial cogil tertuju pada salah satu influencer yakni Satria Mahathir. Bermula saat dirinya tengah berjoget di sebuah acara kemudian muncul kata “this is cogil”.

Sedangkan label cegil yang muncul lebih awal justru merujuk pada perempuan dengan sikap negatif dan redflag. Salah satu musisi Indonesia yakni Nadin Amizah menyebut jika iasempat dianggap gila oleh mantan kekasihnya, tak hanya itu Nadin juga dipandang sangat buruk. Istilah gila yang dilontarkan sang mantan membuatnya beranggapan sangat “kotor”.

“Aku pernah dipanggil sama mantan pacar aku cewek gila lu gitu, itu zamannya belum ada kalimat cegil ya. Dia pionir kayaknya pada saat itu, kayak dasar perempuan gila, gara-gara kamu gila aku jadi gila, dia bilang kayak gitu. Padahal dia duluan yang gila kayak gini jujur. Tapi luka yang aku punya pada saat itu aku bawa dan aku buat menjadi cerita dan aku iyakan dan aku bilang padanya, memang aku perempuan gila tapi sayang dengan segala kotorku aku tetap pantas dicintaikan?,” ungkap Nadin Amizah sebelum membawakan lagunya dikutip pada akun TikTok Radio Gen 103.1 FM.

Apa Benar Julukan ini Perlu Ditolak?

Menurut dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, Dian Dwi Anisa, S.Pd., MA., yang tengah concern dengan studi budaya, media dan gender menyebut jika kedua label dan istilah itu muncul karena kultur media sosial yang sangat dinamis.

“Keduanya muncul akibat kultur media sosial, yang membuat bahasa menjadi sangat dinamis. Menariknya, ada perbedaan yang jauh sekali antara artikel yang membahas cogil atau cegil yang beredar. Cogil merujuk pada influencer Satria Mahathir yang bersikap nyeleneh. Sementara cegil punya makna beragam, Pertama, dia merujuk pada perempuan yang juga punya sifat dan sikap nyeleneh in negative way (anak sekarang bilangnya penuh redflag). cegil juga merujuk pada perempuan yang melakukan banyak hal “Gila” untuk mendapatkan perhatian dari orangg yang dia sukai,” ujarnya.

Ditengah bertebarannya label cogil dan cegil, rama-ramai pengguna TikTok khususnya perempuan untuk menyuarakan untuk berhenti bangga mendapat label cegil. Cegil memang menjadi bahasa populer dan menjadi ajang untuk saling unjuk diri demi eksistensi.

Salah satu akun TikTok keitalks mengungkapkan kereshannya, dalam akunnya ia menyampaikan statement terkait untuk stop bangga diberi label cegil maupun cogil. Tak hanya itu, self diagnose yang dilakukan oleh cegil dan cogl seharusnya mampu disadari bukan untuk dilanjutkan demi menarik perhatian.

“Stop bangga deh jadi cegil atau cogil, entah kenapa zaman sekarang tuh bangga banget dirinya dicap cegil ataupun cegil. Gue engga ngerti deh konsepnya gimana. Udah gitu mereka self diagnosed perihal mental health kamu tuh toxic, kamu tuh racun. Bukannya racunitu harusnya diobatin yah bukan dibanggain. Cegil itu phase lo, kalau eandainya diri lu udah sadar diri lu cegil harusnya juga sadar dong phase ini harus distop,” ujar akun keitalks.

Seruan serupa juga dilakukan oleh pengguna TikTok lainnya yakni ananzaprili, akun bercentang biru dengan gelar S.Psi tersebut menegaskan agar label cegil dan cogil tak membuat seseorang justru merendahkan harga diri.

“Jujur lama-lama gue engga mengerti penggunaan kata cegil, kalau misalnya masih dalam positif, oke deh tapi kalau udah yang ke toxic sampai kayak merebut hak orang lain, menjatuhkan harga diri lo sendiri, Big no. Boleh yolo, nekat tapi jangan sampai kelakuan lo bikin orang lain rugi atau bahkan yang lo bangga-banggain itu bikin harga diri lo sendiri hancur,” tuturnya pada akun TikToknya.

Menurut pandangan Dian, istilah ini menjadi bahasa populer yang seharusnya mampu membuat pengguna media sosial justru aware dengan nilai dalam dirinya. Sehingga tindakan-tindakan yang diluar batas tersebut mampu dikendalikan.

“Cegil ini semacam menjadi bahasa populer agar perempuan juga bisa aware dengan value dirinya. bahwa gak perlulah sebegitunya untuk dapat perhatian orang yang disuka. Sudah lazim ya kita dengar stereotip bahwa perempuan itu sifat, sikap, dan tindakannya tidak rasional. semuanya pakai hati. Tapi sejatinya tidak begini, baik perempuan dan laki-laki bisa sama-sama rasional dan irasional,” tambah Dian.

Lantas apakah perlu menolak label cegil ataupun cogil? Atau justru ikut bangga dengan labeling ini?

Dian menjelaskan bahwa kemunculan istilah cogil dan cegil merupakan fenomena kebahasaan yang hadir dan menyebar di media sosial. Sementara saat ini media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat. Hubungan bahasa dan masyarakat saling terkait, bahasa yang dituturkan oleh masyarakat, dan masyarakat juga terbentuk atas bahasa-bahasa yang ada.Tapi kalau dipikirkan ulang dan melihat bagaimana konteksnya di media sosial saat ini, istilah cegil justru menjadi reminder bahwa perempuan harus berbenah diri dan terhindar dari sifat-sifat sikap cegil. Secara kebahasaan, cegil justru semacam menjadi siasat bagi perempuan untuk refleksi dan sadar bahwa tidak semua perempuan irasional.

Sebanarnya sikap dan perilaku cegil banyak ditampilkan dalam sebuah sinema, Seperti bebrapa drama Korea misalnya, figur cegil ditampilakan namun penonton mesti bijak dan tak perlu meniru.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Gen Z
Reading Time: 3 minutes

Gen Z menjadi target paling serius yang diincar oleh deretan kandidat capres dan cawapres pada Pemilu 2024. Bukan tanpa alasan Gen Z menempati urutan ketiga dengan jumlah 46,8 juta sebagai pemilih dalam pesta politik tahun ini.

Gaya kampanye para kandidat capres dan cawapres juga terkesan dibuat penuh humor, asyik, dan santai demi menarik Gen Z. Namun sudahkah kandidat capres dan cawapres memenuhi ekspektasi Gen Z soal politik di Pemilu 2024?

Upaya menampilkan kampanye Gemoy, Selepetan Sarung, dan Salam Tiga Jari yang masif di media sosial justru dianggap tak memberi informasi yang cukup bagi Gen Z. Cara tersebut dinilai menutup rasionalitas pemilih muda.

“TPN hanya memperlihatkan yang gemoy-gemoy dari Prabowo, kemudian Anies hanya yang intelektual saja, kemudian rekam jejak Ganjar sebagai gubernur Jawa Tengah nggak kelihatan, hanya kulit-kulitnyaa saja diterima anak muda. Sehingga anak muda hanya memilih berdasarkan emosi, tidak lagi memilih secara rasional,” terang Nina Andriana, Peneliti Pusat Riset Politik BRIN dilansir dari laman BBC Indonesia.

Jika menilik data Indonesia Gen Z Report 2024 yang dirilis oleh IDN Research Institute, Gen Z dijuluki sebagai native digital lantaran kehidupan mereka memang diciptakan di media sosial, mulai dari interaksi, membentuk komunitas, hingga melampaui batasan geografis. Setidaknya 6 hingga 10 jam waktu Gen Z digunakan untuk mengkases media online setiap harinya.

Sementara media sosial yang paling sering diakses adalah Instagram yang mencapai 52% (pengguna perempuan) dan 53% (pengguna laki-laki), posisi kedua TikTok dengan presentase 36% (pengguna perempuan), 29% (pengguna laki-laki).

Jika memang ingin menggaet Gen Z, apa harus dengan cara-cara se-santai itu? Apalagi brutalnya para aktor menuju politik praktis di negeri ini menambah skor merah dalam mindset Gen Z. Jika para kandidat capres dan cawapres memang fokus kepada Gen Z ada baiknya membaca data terkait preferensi mereka terkait hal ini. Tercatat 15% Gen Z merasa sama sekali tidak puas dengan Demokrasi di Indonesia, 59% kurang puas. Sementara hanya 1,7% yang merasa sangat puas, dan 24,3% cukup puas.

Sebenarnya apa saja isu yang ingin disoroti oleh Gen Z pada Pemilu 2024? Setidaknya ada enam isu yang menjadi concern mereka pertama kesejahteraan 27,7%, kesempatan kerja 35%, pemberantasan korupsi 21,3%, demokrasi dan kebebasan sipil 5,7%, kesehatan 7%, lingkungan 2,3%, dan 2,1% lainnya.

Salah satu Gen Z mengaku ada kampanye kandidat yang selalu menghiasi laman Instagramnya meski ia tak mencari informasi terkait hal tersebut. Ia juga menambahkan jika akan memilih kandidat berdasarkan visi dan misi dari para kandidat.

“Bukan karena suka, tapi memang muncul-muncul terus. Kok gini sih cara kampanye jual nangis aku kurang suka” ujar Siti Maisaroh salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi UII.

Sementara Gen Z lainnya, menyebut jika laman media sosialnya dipenuhi dengan berbagai gimmick salah satu kandidat.

“Tergantung (kampanye yang muncul), condong paslon tertentu. Positif yang disukai, negatif untuk paslon lain,” ujar Arsila mahasiswa Ilmu Komunikasi UII.

Ia mengamini jika media sosial mampu menjadi ruang gimmick yang sempurna, salah satu temannya membuat konten di TikTok dan berujung mendapat hampers dari salah satu partai. Fenomena-fenomena seperti ini dianggapnya menutupi fakta dan tidak rasional.

“Gimmicknya menutupi fakta, gak rasional lagi. Temenku viral sampai FYP karena nangisin paslon, sampe dikirim paket (hampers) sama salah satu parpol pengusung,” ujarnya.

Ia berharap para kandidat menyadari jika Gen Z sebagai digital native adalah sosok yang rasional sehingga tak hanya konten gimmick yang ditampilkan namun juga edukatif dan interaktif.

“Justru Gen Z melek digital dan rasional, harusnya buat kampanye dengan cara edukatif, jelas memaparkan visi-misinya dan juga interaktif,” tandasnya.

Sebagai informasi kini para paslon mulai aktif membuka forum diskusi di berbagai daerah dengan nama-nama unik seperti Desak Anies, Gibran Mendengar, dan Tabrak Prof. Tak hanya itu mereka juga kerap berdiskusi di media sosial seperti live TikTok.

Lantas bagaimana pendapatmu terkait kampanye yang dilakukan oleh para kandidat capres dan cawapres Comms? Sudahkah memenuhi ekspektasi?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

AI
Reading Time: 2 minutes

Fakta terbaru terkait artificial intelligence (AI) kembali hangat diperbincangkan oleh beberapa CEO di Amerika. Menariknya upah manusia ternyata lebih murah di beberapa pekerjaan dibandingkan dengan AI.

Sebelumnya, banyak dari pekerja di seluruh dunia mengkhawatirkan posisinya akan tergeser oleh kehebatan AI, namun riset terbaru dari Massachusetts Institute of Technology menyebut hanya 23% pekerjaan dengan upah dolar yang dapat digantikan secara efektif oleh AI.

Mengutip dari laman Bloomberg, salah satu bentuk kerja yang dibandingkan yakni bidang desain visual yang menyebut bahwa penggunaan bantuan AI lebih mahal dalam segi operasional dibandingkan jika dikerjakan oleh manusia.

Sementara pekerjaan yang sangat memungkinkan untuk dikerjakan oleh AI dengan biaya yang relatif terjangkau adalah industri di bidang retail dan warehousing serta perawatan kesehatan. Menurut data yang disebutkan oleh pihak MIT Walmart dan Amazon paling terbantu dengan keunggulan yang dimiliki AI.

Tingginya biaya operasional dalam pengembangan AI menjadi isu yang disoroti baru-baru ini, Sam Altman CEO OpenAI tengah lakukan kerjasama dengan beberapa investor untuk memenuhi biaya produksi fabrikasi chip.

Tak hanya OpenAI, beberapa aktor yang mengembangkan DeepMind Google kini tengah melakukan komunikasi dengan investor terkait pembentukan startup AI di Paris. Selanjutnya ada Jansen Huang CEO Nvidia yang tengah aktif melakukan kunjungan ke kantor-kantor di Tiongkok demi menyiasati pembatasan pasokan chip ke AS.

Artinya perjalanan AI di tahun 2024 dinilai tak mulus, meski di tahun 2023 banyak fenomena yang berujung pada dugaan potensi AI mampu menggeser pekerjaan manusia. Tak hanya itu, Juli 2023 riset dari Univercity of Montana menyebut jika AI memiliki kemampuan kreatif 1% lebih tinggi dari manusia dalam bidang orisinalitas. Selengkapnya dapat dibaca melalui artikel berikut https://communication.uii.ac.id/benarkah-ai-terbukti-lebih-kreatif-dibanding-manusia/

AI memang tengah gencar dikembangkan, Forbes menyebut bahwa persiapan yang perlu dilakukan oleh industri dan perusahaan di tengah ketergantungan AI dan pergeseran budaya adalah memprioritaskan peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan berinvestasi di berbagai program pendidikan, pelatihan dengan para profesional. Tak hanya itu untuk menghadapi era ini dibutuhkan berbagai pandangan strategis, pertimbangan etis, dan komitmen terhadap inklusivitas.

Setidaknya ada empat gagasan yang dipublish pada laman University of Sheffield, Professor Tony prescott dan Dr Stuart Wilson dari department of Computer Science menyebut jika AI tak akan mampu menyamai otak manusia. Berikut bebrapa ringkasan terkait gagasan tersebut:

“Sistem AI tidak mungkin mendapatkan kognisi seperti manusia, kecuali jika sistem tersebut terhubung ke dunia nyata melalui robot dan dirancang menggunakan prinsip-prinsip evolusi.”

“Sistem AI saat ini, seperti ChatGPT, menyalin beberapa proses di otak manusia untuk menggunakan kumpulan data untuk memecahkan masalah yang sulit, tetapi para peneliti Sheffield mengatakan bahwa bentuk AI yang tidak berwujud ini tidak mungkin menyerupai kerumitan pemrosesan otak yang sebenarnya, tidak peduli seberapa besar kumpulan data ini.”

“Kecerdasan biologis seperti otak manusia dicapai melalui arsitektur khusus yang belajar dan berkembang menggunakan koneksinya dengan dunia nyata, tetapi hal ini jarang digunakan dalam desain AI.”

“Menerapkan AI pada robot sehingga mereka dapat berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka dan berevolusi seperti yang dilakukan otak manusia adalah cara yang paling mungkin untuk mengembangkan kognisi seperti manusia.”

Itulah fenomena terkait perkembangan AI pada tahun 2024, memperkerjakan manusia akan terus dilakukan sementara AI merupakan teknologi yang mampu membantu menyelesaikan pekerjaan secara efisien.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Bulan rajab
Reading Time: 3 minutes

Malam 1 Rajab 1445 Hijriah bertepatan pada hari Jumat, 12 Januari 2024. Keputusan ini didasarkan pada rukyatul hilal dari beberapa wilayah. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI bulan Rajab berakhir pada 10 Februari 2024.

Bagi umat muslim bulan Rajab merupakan salah satu momen penuh keistimewaan, karenanya berbagai amalan mustajab dianjurkan untuk dilaksanakan. Bulan Rajab menjadi satu dari empat bulan mulia dalam Islam selain Muharram, Dzulhijjah, dan Dzulqa’dah.

Salah satu amalan yang paling sering dilakukan dalam bulan Rajab adalah puasa sunnah, meski demikian ada beberapa pihak yang menyebut amalan tersebut menimbulkan kontroversi.

Melansir dari laman NU Online, Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail pengurus Besar Nahdlatul Ulama Alhafiz Kurniawan menjelaskan amlan yang sebaiknya dilakukan umat Islam memiliki dasar yang kuat, baik itu Al Qur’an, hadits, ijma’, dan qiyas.

“Yang perlu dipahami adalah bahwa segala sesuatu yang diamalkan oleh umat Islam harus memiliki pijakan atau dasar dalam agama, yaitu Al-Quran, hadits, ijmak, atau qiyas. Dari sini kemudian suatu amal ibadah dapat dimasukkan ke dalam dua kategori, sunah atau bid‘ah. Amalan sunah adalah amalan yang memiliki pijakan dalam sumber agama Islam,” ujarnya.

“Sedangkan amalan bid‘ah adalah amal yang tidak memiliki pijakan dalam Islam. Hanya saja yang perlu diingat kembali bahwa amalan sunah dan bid’ah yang dibahas di sini dipahami menurut definisi syariah, bukan secara bahasa yang cakupannya terlalu umum sehingga apapun dapat dikenakan label bid‘ah,” tambahnya.


Amalan pada Bulan Rajab

  1. Menghidupkan Malam Pertama Bulan Rajab

Menghidupkan malam pertama di bulan Rajab artinya umat muslim dianjurkan untuk beribadah dan berdoa kepada Allah SWT, karena merupakan malam yang mustajab.

Hal ini dijelaskan pada kitab Al-Umm, Imam Syafi’i:

وَ بَلَغنَا اَنَّهُ كَانَ يُقَالُ: اِنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِي خَمسِ لَيَالٍ فِي لَيلَةِ الْجُمعَةِ، وَ لَيلَةِ الْاضْحَى، وَ لَيْلَةِ الْفِطْرِ، وَلَيلةٍ مِن رَجَب، وَ لَيلَةٍ النِّصفَ مَِن شَعبَان

“Sesungguhnya doa diijabah pada lima malam: malam jumat, malam iduladha, malam idulfitri, malam pertama bulan Rajab, dan malam pertengahan bulan Sya’ban.”

  1. Puasa

Pada bulan Rajab menjalankan puasa sunnah memiliki banyak keutamaan, dalam kitab Durratun Nasihin berikut rinciannya:

  1. Puasa 1 hari: mendapat Ridha Allah
  2. Puas 2 hari: mendapat kemuliaan yang tidak habis disebutkan oleh penghuni langit dan bumi
  3. Puasa 3 hari: diselamatkan dari bencana dunia dan adzab akhirat, penyakit gila, kusta, dan fitnah dajjal
  4. Puasa 7 hari: ditutup pintu jahanam untuknya
  5. Puasa 8 hari: dibuka delapan pintu surga untuknya
  6. Puasa 10 hari: segala sesuatu yang ia minta, akan Allah kabulkan
  7. Puasa 15 hari: Allah ampuni segala dosa-dosanya yang telah lalu, kesalahan-kesalahannya digantikan dengan kebaikan

Tak hanya itu, barang siapa yang menambah puasanya Allah akan menambahkan pahala baginya.

  1. Membaca Shalawat

Beberapa shalawat yang bisa dibaca seperti shalawat Jibril, hingga shalawat nariyah dan badar. Membaca shalawat memiliki banyak keutamaan, dan dapat dilakukan setiap saat.

Dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah SAW bersabda:

“Jibril telah datang kepadaku dan berkata, ”Ya Muhammad, tidak seorang pun yang bershalawat kepadamu kecuali didoakan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Dan barang siapa yang didoakan oleh malaikat, makai a tergolong penghuni surga.”

  1. Memperbanyk Istighfar

Amalan selanjutnya adalah memperbanyak membaca istighfar. Amalan ini menjadi momentum untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. Berikut bacaan istighfar bulan Rajab:

رب اغفرلي وارحمني و تب عليَّ

Rabbigfirli warhamni wa tub alayya

Disunnahkan bagi umat muslim untuk membacanya sebanyak 70x setiap pagi dan sore hari pada bulan Rajab.

  1. Berdzikir dan Tasbih

Amalan ini juga dilakukan oleh Rasulullah ketika memasuki bulan Rajab. Berikut bacaan doa dan tasbih yang selalu diucapkan.

Doa:

اللهمّ بارك لنا في رجب و شعبان و بلعنا رمضان و حصل مقاصنا

Allahumma baariklanaa fii rajaba wa sya’bana wa ballighnaa ramadhana wa hassil maqashidanaa

Tasbih:

Bacaan tasbih dianjurkan dibaca 100x setiap harinya,

Tanggal 1-10 Rajab

سبحان الله الحي القيوم

Subhanallahil hayyul qayyum

Tanggal 11-20 Rajab

سبحان الله الاحد الصّمد

Subhanallahil ahadis shamad

Tanggal 21-30 Rajab

سبحان الله الرؤوف الرحيم

Subhanallahir rauufur rahim

Itulah bebrapa amalan yang dapat umat muslim jalankan pada bulan Rajab, niscaya apa yang dilakukan karena Allah SWT akan mendapat keberkahan. Yuk Comms, sama-sama melaksanakan amalan-amalannya.

Hoaks
Reading Time: 2 minutes

Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, deretan berita hoaks tersebar diberbagai platform termasuk media sosial. Sebut saja sharing yang kebabalasan di WhatsApp Group yang biasanya sangat sering terjadi.

Merujuk data yang dipublikasikan oleh Databoks KataData pada akhir tahun lalu, tercatat ada 96 berita hoaks terkait Pemilu 2024. Artinya dari 355 konten yang tersebar di media sosial sepanjang Juli hingga November 2023, 27 persennya adalah berita hoaks.

Sementara bulan Januari 2024 pasca debat capres dan cawapres yang menandai meningkatnya suhu politik di Indonesia juga diiringi dengan meningkatnya berita hoaks. Di laman kominfo.go.id deretan judul berita ini dikonfirmasi sebagai berita hoaks antara lain “Menkeu Sri Mulyani Sebut Indonesia Dimiskinkan karena Belanja Alutsista dan Biaya Kampanye Prabowo-Gibran”, “Prabowo Subianto Tolak Debat Ketiga”, “Pelajar SMP Divonis 7 tahun Penjara karena kritik Presiden Jokowi”, “Nama Anies Baswedan Masuk dalam Daftar Penikmat Uang Hasil Korupsi BTS Kemkominfo”, “Relawan Gibran Rakabuming Raka Aniaya Relawan Ganjar Pranowo”, dan “Menkopolhukam Mahfud MD Di-reshuffle”.

Deretan berita tersebut hanya sebagian dari puluhan konten hoaks yang telah dihimpun Kominfo dalam sepekan terakhir.

Faktanya berita hoaks selalu meningkat menjelang dan sesudah Pemilu. Hal ini juga terjadi pada Pemilu 2019. Puji Rianto, S.IP., M.A., salah satu dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia yang fokus dengan riset komunikasi dan politik menyebut saat itu platform media sosial yang paling rentan terhadap berita hoaks adalah Facebook.

“Penelitian PR2Media dan Kominfo 2019 menemukan bahwa hoaks akan tinggi terutama menjelang dan sesudah pemungutan suara. Platform untuk menyebarkan hoaks beraneka ragam, tetapi yang paling banyak waktu itu melalu Facebook,” ujarnya.

Alasan Mengapa Berita Hoaks Terus Diproduksi

Munculnya berita hoaks jelang Pemilu bukan tanpa alasan, kuantitasnya semakin meningkat mengikuti suhu politik yang menghangat. Dari paparan Puji Rianto, ada tiga alasan besar yang menjadi pemicu munculnya berita hoaks.

Berita hoaks berkaitan erat dengan kepentingan politik, sehingga hal ini justru menjadi komoditas yang tak terelakan. Ada transaksi ekonomi dalam pembuatan dan penyebaran berita hoaks.

“Pertama, hoaks telah menjadi komoditas. Artinya, ada pihak yang sengaja memproduksi hoaks demi kepentingan politik, dan itu sengaja di-manufacture oleh pihak tertentu. Ini berarti bahwa dalam proses produksi hoaks, ada pihak yang sengaja memproduksinya demi keuntungan ekonomi dan ada pihak yang bersedia membayar atas hal itu. Jadi, ada pabrikasi hoaks,” jelasnya.

Selanjutnya terkait dengan faktor rendahnya etika politik juga mendukung suburnya produksi berita hoaks di antara aktor politik. Etika politik dalam hal ini berkaitan dengan praktik, penilaian moral, dan tindakan politik.

“Alasan kedua, rendahnya etika politik. Komodifikasi dan pabrikasi hoaks tidak mungkin terjadi dalam situasi di mana para pelaku atau aktor-aktor politik taat pada etika atau menjunjung tinggi etika politik. Jika aktor politik menjunjung tinggi etika politik, maka tidak akan memproduksi informasi yang menyesatkan dan bahkan cenderung fitnah. Artinya, hoaks pada dasarnya muncul karena rendahnya etika politik,” tambahnya.

Terakhir, era post-truth juga memperparah penyebaran berita hoaks. Informasi yang berlimpah tak diimbangi dengan fakta-fakta objektif. Secara umum fenomena era post-truth adalah kondisi antara fakta diganti oleh daya tarik emosi dan prasangka pribadi untuk mempengaruhi opini publik.

“Ketiga, saat ini, kita masuk ke dalam era yang disebut post-truth. Orang percaya karena mereka ingin percaya, tidak peduli benar atau salah informasi yang mereka dapatkan. Rendahnya literasi digital turut membuat hoaks lebih mudah menyebar karena orang-orang kurang kritis. Namun, ini bukan satu-satunya sebab dari sudut pandang masyarakat. Ideologi, orientasi nilai, agama, dan seterusnya yang mendasari afiliasi politik terhadap partai atau tokoh juga sangat mungkin bukan hanya penyebar hoaks, tetapi juga memproduksi hoaks demi melayani kepentingan politiknya sendiri,” pungkasnya.

 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Nandita Faiza
Reading Time: 4 minutes

Kisah inspiratif datang dari salah satu mahasiswa Internasional Program Ilmu Komunikasi batch 2022, ia adalah Nandita Faiza. Selain sibuk sebagai mahasantri Pondok Pesantren UII, ia juga kini tengah berjuang di ajang pemilihan Hijabfluencer 2023.

Menariknya Nandita adalah finalis termuda yang mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dan berhasil melaju ke skala nasional. Ketertarikannya dengan dunia fashion terutama style hijabers membawanya terjun dalam kontestasi ini.

Putri Hijabfluencer adalah kontes tahunan yang dilakukan di 22 provinsi, ini adalah ruang bagi perempuan muslimah Indonesia untuk mengembangkan minat, bakat, kreativitas dengan harapan terus menginspirasi publik.

Menurut Nandita, berpakaian sesuai aturan syariat Islam tak akan menghalangi langkah seorang muslimah. Ia ingin membuktikan bahwa muslimah tetap mampu eksis di tengah gempuran berbagai tren.

“Saya juga berharap, dengan mengikuti Putri Hijab ini semoga bisa menjadi syiar dakwauntuk mengajak para perempuan muslim yang belum istiqomah menutup aurat supaya menjadi istiqomah. Selain itu, saya juga sangat ingin membuktikan bahwasannya dengan berhijab menutup dada, saya juga bisa mengkuti ajang Putri Hijab ini,” ujar Nandita.

Lantas bagaimana perjalanan Nandita Faiza dalam ajang pemilihan Putri Hijabfluencer 2023? Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa dan juga santri UII, kegiatan ini nyatanya membuat Nandita merasa tertantang dalam menghadapi ketakutan dan kegagalan. Penasaran bagaimana pengalamannya melenggang ke tingkat nasional? Simak hasil wawancara kami dengan Nandita berikut ini.

Putri Hijabfluencer

Nandita Faiza salah satu kontestan Putri Hijabfluencer 2023

Cerita Nandita Faiza pada Ajang Putri Hijabfluencer 2023

  1. Apa tujuanmu mengikuti ajang Putri Hijabfluencer 2023?

Saya menyukai dunia fashion sejak usia kanak-kanak dan saya mengakui bahwa dunia fashion memang terus berkembang, namun saat ini, saya merasa beberapa style fashion para muslimah menjadi sedikit melenceng dengan bermunculnya berbagai tren, tetapi tidak mengindahkan maksud dari eksistensi hijab itu sendiri. Meskipun saya sendiri paham, jika berbicara masalah hijab dan agama akan banyak pro dan kontra yang harus saya hadapi. Hal ini tidak melemahkan tekad saya untuk dapat membuktikan sekaligus mengajak para muslimah supaya dapat berpakaian, dan khususnya berhijab dengan fashion atau style tertentu tetapi tidak menyalahi aturan untuk tetap menutup aurat.

Selain itu, ada hal besar lain yang menjadi tujuan utama saya, yakni ingin mengubah kekurangan & ketakutan terbesar saya menjadi sebuah kelebihan. Dulu, saya pribadi adalah orang yang paling takut untuk dapat berbicara terlebih didepan umum. Dan sejak saya paham akan ketakutan terbesar saya, saya bertekad untuk mematahkan rasa takut saya dengan keluar dari zona nyaman, memaksakan diri untuk berkembang mengambil setiap peluang yang ada. Dan bagi saya, adanya Putri Hijab ini merupakan sebuah peluang besar untuk dapat memperbaiki diri dan mengubah kelemahan saya menjadi kelebihan.

  1. Gagasan apa sih yang kamu sampaikan di ajang itu? Apakah dikaitkan dengan hal yang kamu pelajari?

Sayamenyampaikan bahwa berdakwah itu tidak melulu harus berupa ceramah, bagaimana kita berperilaku kepada orang lain, bagaimana kita merepresentasikan diri sebagai seorang muslimah yang kemudian akhirnya dapat menginfluence orang lain secara tidak langsung itu juga merupakan nilai dakwah.

  1. Bagaimana persiapanmu dalam ajang ini?

Ajang ini merupakan ajang terbesar yang pernah saya ikuti sebelumnya, saya juga paham betul bahwa saya yang bisa dibilang cukup muda dibanding finalis lainnya, masih sangat perlu untuk belajar dan menggali pengalaman lebih banyak lagi. Persiapan saya ialah dengan belajar dari pengalaman finalis lainnya sebelum melangkah ke ajang nasional. Saya melatih diri saya untuk menyampaikan pendapat dan gagasan dengan baik, mempersiapkan bakat untuk ditampilkan, serta aktif mendengarkan dan menyimak materi selama karantina berlangsung baik online maupun offline. Karena ajang ini juga memiliki fokus pada bidang sosial media, saya yang sebelumnya memiliki background sekolah pesantren yang tidak aktif bermedia sosial pun akhirnya mulai terjun ke dunia sosial media supaya dapat menebarkan manfaat dan hal-hal positif lainnya disana. Hal yang menurut saya sedikit challenging ialah ketika saya harus mengemas apa yang saya share ke media sosial layaknya seorang social media user yang profesional. Dalam hal ini, saya merasa sangat bersyukur bisa berada ditengah-tengah keluarga Ilmu Komunikasi karena mereka cukup supportif dalam hal ini.

  1. Insight yang kamu dapatkan dalam ajang ini?

Ada banyak sekali insight yang saya dapatkan disini, akan tetapi hal yang paling bermakna bagi saya ialah ketika dapat bertemu dan menggali hal-hal inspiratif dari setiap finalis yang saya temui. Mereka datang membawa nama daerahnya masing-masing dan setiap dari mereka memiliki potensi yang berbeda-beda, ini kesempatan emas bagi saya untuk belajar dari kesuksesan mereka dibidang apapun itu, juga untuk melebarkan sayap relasi yang saya miliki. Saya belajar tentang makna dari sebuah kompetisi yang supportif, menjaga amanah, integritas, perjuangan, kebersamaan, dan yang paling penting ialah bagaimana kita dapat menghargai dan mencintai diri kita sendiri tanpa adanya rasa minder sedikitpun namun tetap rendah hati dan saling menghargai, karena sejujurnya masing-masing dari finalis memiliki sifat, sikap, budaya, kelebihan dan potensi yang sangat beragam dan berbeda-beda.

  1. Rencana kamu selanjutnya apa?

“Satu tahun menjabat, selamanya menginspirasi” begitulah pesan dan harapan Pendiri Putri Hijab kepada kami. Sebagai Putri Hijab Daerah Istimewa Yogyakarta, saya masih akan mengabdi disini dan juga berusaha untuk terus menebarkan kebermanfaatan dari apa yang sudah saya pelajari dan miliki. Karena memang salah satu misi saya untuk mengikuti ajang ini ialah dari dalil خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ “Sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain”. Sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi, saya juga akan membuat sebuah jurnal berkaitan dengan ajang putri hijab ini dan dakwahnya. Dan sebagai santri di Pondok pesantren UII ini, saya juga akan terus memanfaatkan social media yang saya miliki sebagai sarana dakwah tersirat dan self-development bagi anak muda.

  1. Apa pencapaianmu dalam kompetisi ini?

Pada pemilihan Putri Hijab Daerah Istimewa Yogyakarta, saya berhasil mendapat posisi runner up 2 yang selanjutnya menjadi salah satu perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk maju ke ajang nasional. Selain itu, saya juga menjadi finalis perwakilan Yogyakarta termuda saat ini. Di ajang nasional saya berhasil mendapatkan gelar “Terbaik 3 Daerah Istimewa Yogyakarta 2023” setelah menjalani berbagai proses penilaian yang panjang.

  1. Apa yang kamu rsakan setelah mengikuti kompetisi ini?

Saya pribadi sangat merasa senang dan bangga sebagai mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi karena dalam mengikuti ajang ini, semua staf dan tendik Prodi Ilmu Komunikasi mendukung keikutsertaan saya disini, tidak hanya dengan dukungan sosial melainkan juga dukungan finansial. Sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi, saya juga sangat bersyukur dan berterimakasih kepada dosen-dosen mata kuliah Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan banyak sekali ilmu terutama Ilmu Public Speaking, Komunikasi Antar Budaya, Media Masa, Budaya Digital, Manajemen, dan masih banyak lagi. Semua ilmu yang sudah saya pelajari tersebut benar-benar berpengaruh terhadap saya untuk sampai di titik ini. Dan saat ini, saya sebagai Putri Hijab DI. Yogyakarta ingin terus berusaha mengimplementasikan Ilmu-ilmu yang sudah saya pelajari di prodi Ilmu Komunikasi untuk mengabdi kepada masyarakat.

Itulah kisah inspiratif dari Nandita Faiza, meski sibuk menjadi mahasiswa di Prodi Ilmu Komunikasi UII serta harus menuntaskan kegiatan di pesantren dirinya tetap mampu membagi waktu untuk mengejar passion-nya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Hari Introvert Sedunia
Reading Time: 2 minutes

Tanggal 2 Januari diperingati sebagai Hari Introvert Sedunia atau World Introvert Day. Ide peringatannya telah disepakati sejak tahun 2011, seorang psikolog Jerman Felicitas Heyne yang mencetuskan. Mengapa perlu diperingati?

Sebuah artikel berjudul “Here’s why we need a World Introvert Day” yang dipublikasikan pada 11 September 2011 oleh Felicitas Heyne menyebut bahwa seorang introvert memiliki kehidupan yang lebih sulit secara sosial di mana didominasi oleh orang ekstrovert. Tak jarang hal ini membuat kesehatan fisik dan mental para introvert lebih berisiko terganggu misalnya depresi, gangguan afektif, hingga kelelahan.

Bahkan dalam dunia profesional dan hubungan interpersonal mereka kerap dianggap bermasalah lantaran tidak komunikatif dan tidak mampu bersosialisasi sesuai dengan harapan masyarakat. Tak jarang orang introvert mendapat stigma angkuh dan sombong.

Melansir dari laman WebMD, seorang introvert dikenal dengan kepribadian introvensi. Mereka adalah sosok yang merasa lebih nyaman untuk fokus pada pikiran dan ide mereka sendiri, daripada hal-hal di luar dirinya atau hal eksternal. Mereka juga dikenal senang menghabiskan waktu dengan satu dua orang yang telah dikenalnya.

Beberapa indikator yang kerap digunakan untuk mengidentifikasi seorang introvert biasanya adalah pemalu, pendiam, dan suka menyendiri. Namun, psikolog Carl Jung justru mendefinisikan istilah introvert dan ekstrovert (kadang-kadang dieja extravert) pada tahun 1920-an, berdasarkan cara mereka mendapatkan dan menghabiskan energi.

“Introvert, kata Jung, berpaling pada pikiran mereka sendiri untuk mengisi ulang energi, sementara ekstrovert mencari orang lain untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.” dikutip dari laman WebMD.

Membahas pribadi introvert yang kerap dianggap tak komunikatif, apakah mahasiswa Ilmu Komunikasi boleh menjadi sosok yang diam atau bahkan pendiam? Padahal isu soal Communication Skill disebut-sebut jadi kunci kesuksesan di dunia kerja. Selengkapnya baca https://communication.uii.ac.id/pentingnya-communication-skill-dalam-dunia-kerja-hingga-menjadi-penentu-kesuksesan/

Berdasarkan artikel yang diterbitkan pada laman OSC Medcom, dalam artikel berjudul “Apakah Introvert dapat Bertahan dalam Jurusan Ilmu Komunikasi?” menyebutkan berbagai uraian yang cukup variatif.

Pada intinya seorang introvert mampu bertahan dalam jurusan Ilmu Komunikasi. Alasan pertama, jurusan ini tidak melihat kepribadian orang. Introvert, Ekstrovert, hingga Ambivert semua setara asal mampu menguasai bidang Ilmu Komunikasi hingga menguasai audiens saat presentasi. Namun, tak sedikit bagi mereka merasa kelelahan dan sulit untuk me time. Meski demikian, seorang introvert dianggap menjadi sosok yang unggul dalam konsentrasi.

Felicitas Heyne juga menyebut jika sejarah mencatat orang-orang introvert adalah minoritas yang berbakat. Mereka mampu tumbuh sebagai penemu, seniman, filsuf, penulis, dan pemikir terkenal. Hal ini bisa terjadi karena kekuatan konsentrasi mereka yang luar biasa.

“Kemauan untuk merenung dan kreativitas yang luar biasa dikombinasikan dengan kemampuan mereka untuk benar-benar mundur ke dalam diri mereka sendiri ketika mereka sibuk dengan sesuatu, secara harfiah menentukan mereka untuk memiliki efek positif pada dunia, untuk memajukan kemajuan atau memberikan persepsi baru yang penting bagi umat manusia.” Tulisnya.

Sosok introvert yang tumbuh menakjubkan antara lain Albert Einstein, Ludwig Wittgenstein, Charles Darwin, Friedrich Nietzsche, Albert Schweitzer, Bunda Teresa, Ingrid Bergman, Audrey Hepburn, Alfred Hitchcock, Bill Gates.

Artinya, pribadi introvert tak menjadi halangan bagi setiap orang bertumbuh dalam bidang tertentu termasuk jurusan Ilmu Komunikasi.

 

Penulis: Meigitaria Sanita