Teatime #10: Semangat Masa Orientasi Serta Pengalaman Mahasiswa IP Komunikasi UII

Reading Time: 2 minutes

Bagaimana perbedaan pengalaman kelas IP Komunikasi UII dengan kelas reguler? Apa pengalaman yang paling berkesan? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul. Merespon pertanyaan itu, Rasya dan Daffa berbagi pengalaman mereka selama kuliah di IP komunikasi UII. Saat welcoming day setahun lalu, mereka bertemu dengan sejumlah staf prodi, senior, dosen dan mahasiswa asing.

Presentasi dan pembicaraan saat welcoming day diberikan dalam Bahasa Inggris. Kegiatan ini dibuat agar mahasiswa dapat menghadapi lingkungan internasional. Menurut Daffa, saat itu para dosen menjelaskan apa itu IPC (international Program of Communication), serta permainan-permainan kecil yang menarik. Suasana ini membuat relasi yang kuat antara mereka dan seluruh sivitas akademika Komunikasi UII.

Inilah pembicaraan yang mengemuka di acara bincang-bincang Teatime episode ke 10. Pada kesempatan  kali ini, Teatime berlangsung seperti biasa pakai siaran langsung lewat media sosial Instagram. Pada 5 September 2020 ini, tema yang diangkat adalah “Obrolan Orientasi serta pengalaman Mahasiswa IPC 2019”. M. Daffa Athallariq dari IP Communication (IPC) UII (Universitas Islam Indonesia) angkatan 2019 dipandu Rasya, angkatan 2019 berbincang soal keseruan kuliah di IP Komunikasi UII seperti yang mengemuka di mula.

Selain suasana penyambutan saat welcoming day, kapasitas kelas yang kecil juga membuat mahasiswa lebih fokus pada materi perkuliahan. Ini juga menciptakan kultur yang akrab dengan dosen, karyawan ataupun sesama mahasiswa.”Kami dekat dengan dosen, staf, dan senior bahkan sebelum memulai pembelajaran di IPC,” kata Daffa.

Selain itu mahasiswa IPC tidak menutup diri berteman dengan mahasiswa komunikasi non IP ataupun mahasiswa jurusan lain. Sebabnya tentu karena ruang lingkup aktivitasnya juga serupa. Selain ruang kelasnya, bahasa pengantar dengan Bahasa Inggris dan perspektif juga berbeda. Cara pandang terhadap materi harus dilihat dengan kacamata internasional atau global. Misalnya ada materi perkuliahan basic writing, penyampaian Bahasa, dan academic writing. Informasi lanjutan dan detil mengenai pendaftaran IPC UII dapat cek langsung di Instagram @ip.communication.uii. “Kamu harus daftar cepat ya, karena komunikasi IP sangat menarik,” kata Rasya.

Menariknya menjadi Mahasiswa International Program

Pada tahun pertama, mahasiswa IP akan mendapatkan mata kuliah penulisan akademik dengan referensi APA Style. Apakah mulanya masuk menjadi mahasiswa IP harus pintar bahasa inggris? Tentu tidak. Melalui pembelajaran di kelas IPC, mahasiswa akan belajar tentang public speaking dan dasar berbahasa lewat praktik. Seperti praktik menulis dan public speaking. Ini tentu akan membantu mahasiswa. Setiap mahasiswa mempunyai kesempatan belajar. Mereka akan mempelajari proses berlatih Bahasa inggris secara langsung kata Daffa, “Jadi di situlah pembelajaran di IPC terasa sangat menarik!”

Hal seru lainnya, fasilitas perkuliahan juga memadai. Tersedia peralatan lengkap untuk menunjang praktik perkuliahan dan tugas. Dosen mempunyai waktu luang bagi mahasiswa untuk bertanya tentang segala hal yang masih membingungkan di kelas. Mahasiswa bisa juga saling membantu. Dengan perspektif global ang dipelajari di program IP, ada banyak kesempatan belajar di seluruh dunia, serta relasi di seluruh dunia.

Selain itu, IPC juga memiliki mata kuliah yang memfokuskan ke produksi video. Mata kuliah ini berkaitan dengan produksi film yang banyak diminati belakangan ini. Terdapat juga program P2A (Passage to Asean), seminar internasional dan program lain yang menyediakan beasiswa.  Pengalaman unik ini hanya bisa didapatkan di IPC UII simpul keduanya.

Bagaimana memahami komunikasi dengan perspektif global? Mahasiswa dapat memahami fenomena internasional dengan mengacu pada jurnal-jurnal dan rujukan internasional. Meski awalnya berat, di IPC mereka memiliki ikatan yang kuat sehingga mereka sering saling membantu ketika menghadapi kesulitan yang beragam. Seperti kesulitan berbahasa, membaca jurnal Bahasa inggris, serta kesulitan akademik lainnya. “Dosen dekat denga mahasiswa, serta ada kesepakatan kelas. Itu memudahkan kami di IPC,” sambung Rasya.

———-

Penulis: Ridwan Ainurrahman, Mahasiswa Magang Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia 2016.

Penyunting: A. Pambudi W.