Tag Archive for: pemberdayaan

Dongi-Dongi
Reading Time: 8 minutes

Menjalankan misi kemanusiaan kali ini hanya menyingkap sekelumit fakta, meski demikian perjalanan menuju Dongi-Dongi patut untuk dijadikan pustaka demi sebuah asa.

Tercatat 54 relawan dari berbagai penjuru negeri berkumpul di Bandara Halim Perdanakusuma sejak sebelum subuh, 30 Juli 2024. Berbagai pengecekan dilakukan demi keamanan, hingga pukul 06:00 WIB kami semua diangkut oleh Super Hercules bernomor A-1340 menuju Bandara Mutiara Sis Aljufri. Penerbangan itu berlangsung lebih dari 3 jam.

Barangkali pengalaman menumpangi alutsista milik TNI AU ini adalah kesempatan yang sangat langka maka mengabadikan momen adalah kesempatan paling berharga. Selain cerita, foto berjejer akan menjadi artefak penuh makna nantinya. Kesempatan ini tentu tak lepas dari relasi-relasi yang dibangun oleh Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) selama beberapa tahun terakhir.

YTBN

Foto bersama relawan YTBN sebelum pemberangkatan ke Poso, Foto: Rayhan Taruna

Menginap semalam di Mes Pemda Palu, esoknya perjalanan menuju Dongi-Dongi dimulai. Jalanan berliku diapit perbukitan bisa dibilang tak cukup mudah, beberapa titik bekas longsoran tanah dan batu berserakan memaksa pengendara untuk terus waspada. Meski demikian, mata relawan dimanjakan dengan pemandangan yang menawan, bisa dibayangkan betapa menyenangkan bervakansi menuju lokasi bernama Dongi-Dongi.

Dongi-Dongi merupakan desa percobaan yang terletak di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Secara administratif Dongi-Dongi berada di dua kabupaten yakni Sigi dan Poso. Setibanya di sana, kami disambut suka cita dan tarian khasnya. Mata-mata penuh binar begitu hangat dan lekat. Ingat ini bukan bervakansi, melainkan datang untuk saling berbagi.

Faktanya, Dongi-Dongi adalah daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) ditambah statusnya sebagai desa percobaan dengan segudang tantangan yang rumit diselesaikan. Mulai dari akses pendidikan, kesehatan, pernikahan dini dan tidak stabilnya perekonomian. Tidak adanya akses internet dan aliran listrik yang memadai menjadikan Dongi-Dongi semakin pelik.

Akses Pendidikan Memang Tidak Memadai

Seharusnya tidak perlu kaget atas tidak idealnya pendidikan di daerah 3T, isu soal aksesnya yang sulit pasti sering kita dengar. Namun menjalaninya secara langsung tak semua orang bisa membayangkan betapa rumitnya kondisi serba terbatas ini.

Salah satu program yang tak pernah absen dari Bakti Nusantara YTBN adalah Inspirasi Nusantara (IN). Dengan fokus pendidikan, semua program IN berlangsung di Sekolah Satap Dongi-Dongi. Sekolah Satap adalah sebutan untuk sekolah satu atap, dalam satu lokasi ada jenjang TK, SD, dan SMP.

Salah satu fasilitator dalam program IN yakni Leonardus Devi Heryanto menangkap banyak cerita pilu. Anak-anak di Dongi-Dongi sebagian besar hanya menamatkan sekolah di jenjang SD dan SMP, melanjutkan ke jenjang SMA adalah kemewahan. Bahkan, hanya 70 persen siswa SD yang melanjutkan ke jenjang SMP. Kondisi ini terjadi karena berbagai faktor, kondisi ekonomi memaksa anak-anak turut bekerja membantu orang tua. Faktor lain adalah tidak tersedianya sekolah jenjang SMA di Dongi-Dongi. Untuk mengakses jenjang SMA mereka harus pergi ke Palu, artinya butuh biaya transportasi hingga biaya operasional lain yang tak sedikit.

Dongi-Dongi

Relawan bersama para siswa Sekolah Satap Dongi-Dongi, Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Yang kami tangkap dari cerita teman-teman terkait bahwa banyak yang berhenti SD atau SMP saja, banyak faktor mungkin karena kerja di ladang dan lain, kedua karena di sini tidak ada SMA. Kalau kita lihat dari SD yang melanjutkan ke SMP hanya 70-80 persen. Sisanya tidak lanjut hanya sampai SD saja,” ujar fasilitator yang akrab disapa Leo.

Cerita-cerita di daerah 3T tentu akan banyak kita dengar, semua dilakukan semata-mata untuk memperbaiki kehidupan yang lebih layak. Salah satu kakak beradik di SD Dongi-Dongi misalnya, keduanya harus berjalan kaki dengan jarak tempuh satu jam untuk menuju sekolah. Suhu dingin, jalan terjal bukan lagi jadi persoalan sulit bagi mereka.

Dari hasil fasilitasi yang dilakukan Leo bersama tim, para orang tua di Dongi-Dongi sebenarnya memiliki mimpi yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Ketika mengisi sesi motivasi, ia mengungkap salah besar jika narasi-narasi terkait masyarakat 3T enggan meraih pendidikan. Mereka sebenarnya tak ingin mengalami kondisi rumit ini, namun luasnya Indonesia tak meratanya fasilitas adalah penyebab utama.

“Sebenarnya banyak orang tua yang sudah punya pemahaman bahwa sekolah itu penting maka ada orang tua yang semangat menyekolahkan anaknya setinggi mungkin meskipun dalam kekurangan,” tambahnya.

Dongi-Dongi

Potret siswa Sekolah Satap Dongi-Dongi, Foto Rizka Aulia Ramadhani

Bayangkan saja, dengan penghasilan yang fluktuatif, orang tua di Dongi-Dongi harus membayar Rp 500 ribu untuk satu setcel seragam pramuka. Ini mungkin menjadi pembelajaran bagi relawan untuk melakukan riset dan observasi lebih detail ketika merencanakan program. Salah satu program penutup adalah kemah perdamaian di Dongi-Dongi, dan pengalaman ini bisa jadi perdana bagi mereka. Antusiasme luar biasa, mirisnya tak semua siswa memiliki seragam pramuka, sedari awal memang tak mewajibkan hal ini. Namun, mereka benar-benar ingin melakukan yang terbaik alhasil para orang tua rela pergi jauh ke pasar demi mendapatkan seragam pandu itu.

Tuntutan Negara dan Akses Internet yang Tak Memadai

Claudya Mardiani, tim IN peningkatan kapasitas guru juga menyebutkan jika dua hari menjalankan programnya berbagai hambatan nyata dirasakan. Berkali-kali aliran listrik mati, soal internet tak perlu ditanyakan lagi. Sementara Kurikulum Merdeka memaksa semua guru adaptif dengan teknologi dan deretan aplikasi.

“Di sini guru-gurunya melakukan apa-apa sendiri, mereka manual. Tidak ada bantuan alat apapun untuk mengajar. Mereka tetap semangat dalam melakukan pengajaran sehari-hari bersama anak-anak,” ujarnya.

Dari pengamatannya para guru masih belum terampil dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, ditambah kondisi yang serba terbatas.

“Di Kurikulum Merdeka para guru diharapkan bisa menentukan tujuan pembelajaran secara mandiri, dan ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti upload ini dan itu kalau dibayangkan dari penjelasan tadi mengenai ketersediaan akses internet, ini menjadi hal sangat menyulitkan,” tambahnya.

Dongi-Dongi

Peningkatan kapasitas guru di wilayah Lore bersaudara, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

Persoalan itu diamini oleh Arum Putri Suryandari, seorang guru sekaligus Bendahara PB PGRI yang turut menjadi fasilitator peningkatan kapasitas guru menyebut hal mendasar terkait Kurikulum Merdeka masih belum dipahami menyeluruh oleh para guru.

Peningkatan kapasitas guru yang dilaksanakan di Satap Dongi-Dongi mengundang antusiasme luar biasa. Para guru di sekitar kecamatan Lore Bersaudara rela datang dengan menempuh jarak hingga 3 jam perjalanan.

“Kendala pertama adalah informasi, mereka seperti ini karena internetnya agak sulit sehingga sulit mengakses informasi,” jelas Arum.

Terputusnya informasi terkait Kurikulum Merdeka membuat tenaga pendidik gagal paham dengan beberapa konsep dasar seperti Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) hingga analisis capaian belajar.

“Itu sebenarnya dasar banget di Kurikulum Merdeka, karena untuk mereka meng-create sebuah pembelajaran dia harus ngerti dulu apa yang harus dia ajarkan, pada saat dia tidak ngerti capaian pembelajaran kemudian tujuan pembelajaran seperti apa, alur pembelajaran seperti apa bagaimana mau ngajarin,” keluhnya.

Selain dipusingkan dengan Kurikulum Merdeka, para pengajar di Dongi-Dongi juga harus bertaruh dengan kondisi siswa yang kerap absen. Hal biasa dalam seminggu mereka hanya mampu masuk kelas dua kali, lagi-lagi karena membantu pekerjaan orang tua di ladang, berdagang atau pekerjaan lainnya.

“Siswanya datang hari Senin nanti datang lagi hari Jumat. Karena diajak dagang diajak ini dan itu. Jadi itu tantangannya, bagaimana guru mau mengajar dengan baik, muridnya saja datang suka-suka. Sudah merencanakan pembelajaran dengan baik ternyata masuk muridnya tidak ada,” ujarnya lagi.

“Pak Nadiem harus tahu sih,” tandasnya.

Walau demikian masyarakat Dongi-Dongi masih bisa mensyukuri, Kepala Sekolah Satap bernama Dirman yang baru menjabat 24 hari adalah sosok penuh semangat. Pengakuan dari warga sekitar, ia bahkan selalu membersihkan sekolah seorang diri, mengajak masyarakat bergotong royong mengalirkan air ke sekolah. Mungkin terdengar sederhana, namun sebelumnya ini tak pernah dilakukan.

Fasilitas Kesehatan Tidak Memadai

Beranjak dari isu pendidikan yang belum menemui titik terang, persoalan fasilitas kesehatan di Dongi-Dongi tak kalah runyam. Data tahun 2018 jumlah masyarakat di sana mencapai 581, sementara hanya ada satu bidan yang bertugas. Martina Bonggadika adalah satu-satunya bidan tetap yang harus melayani seluruh masyarakat.

Sosok yang akrab disapa Bidan Sambo mengaku sudah hampir satu dekade ditugaskan di wilayah tersebut. Tak hanya berurusan dengan kesehatan kehamilan dan persalinan, Bidan Sambo melayani segala jenis penyakit yang dikeluhkan masyarakat Dongi-Dongi.

Beruntungnya kini Bidan Sambo mendapat bantuan tenaga dari petugas kesehatan Puskesmas Wuasa, Ellen Leomi Tengkow salah satunya. Sebagai Pengelola promosi Kesehatan Puskesmas Wuasa ia rutin menyambangi Dongi-Dongi untuk melakukan berbagai aktivitas kesehatan.

Isu kesehatan lingkungan hingga angka pernikahan dini belum tertangani dengan maksimal, Ellen bercerita soal kultur msayarakat Dongi-Dongi yang banyak melakukan MCK di sungai hingga menimbulkan masalah baru yakni pencemaran air.

“Jelas akan berdampak pada kesehatan (kegiatan MCK di sungai), sungai digunakan sebagai tempat BAB, airnya diambil untuk cuci piring, air dikonsumsi untuk minum. Biasanya ada kasus diare dampak dari penggunaan air yang tidak bersih,” jelas Ellen.

Banyak kasus diare setiap tahunnya, bahkan dalam sesi program Sehat Nusantara (SN) rumah sakit lapangan ada salah satu warga Dongi-Dongi yang menderita diare lebih dari dua tahun dan tak kunjung sembuh. Untuk alasan mengapa tak segera pulih tentu banyak faktor, kondisi ini benar-benar rumit.

Dari observasi yang penulis lakukan selama program Bakti Nusantara (BN) Poso 2024, masyarakat Dongi-Dongi mengeluhkan kondisi toilet umum yang tak memadai. Dari jumlahnya yang tak ideal dengan kebutuhan, pembangunan tak sesuai standar, hingga kerusakan-kerusakan yang tak dipertanggungjawabkan. Bahkan, kalimat-kalimat negatif bersahutan, kemana larinya dana-dana perbaikan?

Ellen mengakui bahwa kondisi toilet umum di Dongi-Dongi tidak terawat, masyarakat sebagai pengguna seolah tak memiliki rasa tanggung jawab untuk saling merawat fasilitas umum tersebut.

“Namanya toilet umum mereka tidak ada rasa memiliki sehingga tidak terlalu terawat. Masih layak digunakan tapi untuk kebersihan masih sangat kurang,” ujar Ellen terkait kondisi toilet umum.

Dari toilet umum yang tak memadai, kondisi kesehatan masyarakat juga miris untuk diceritakan. Sekali lagi, semua terbelenggu dalam keterbatasan. Bidan Sambo dan Ellen tentu sudah menahan getirnya memperjuangkan masyarakat Dongi-Dongi.

Raissa Liem, dokter spesialis obgyn dari Metropolitan nampak gusar kala memfasilitasi pemeriksaan kehamilan para ibu di Dongi-Dongi. Ada satu kasus yang serius, kekhawatiran memuncak ketika sang ibu ternyata juga tidak concern soal itu.

Ia menghadapi bagaimana kesadaran kesehatan sangat rendah. Namun, ini semua tak bisa diambil kesimpulan begitu saja. Para ibu di Dongi-Dongi tak bisa setiap bulan mengakses pemeriksaan USG, kontras jika dibandingkan dengan kondisi warga kota. Mereka dipaksa oleh keadaan yang serba tak ideal.

Dongi-Dongi

Pemeriksaan kesehatan ibu hamil oleh relawan YTBN, Foto: Rizka Aulia Ramadhani

“Mungkin kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan terutama kesehatan ibu hamil itu sangat rendah. Kemarin ada kasus bagaimana ibu hamil aterm 37 minggu ternyata pertumbuhan tulangnya tidak sesuai ukurannya 31-32 minggu. Namun ketika disampaikan kepada pasien, pasien tidak ada concern sama sekali mereka menganggap itu hal yang normal saja dan hanya peduli apa jenis kelamin bayinya saja,” jelas Raissa.

“Apa yang saya tangkap kesadaran dari masyarakat rendah, mereka mungkin tidak punya akses terhadap vitamin atau terhadap gizi yang baik atau mungkin pendidikan mereka masih tergolong rendah sehingga mereka tidak tahu apa itu pentingnya bayi yang sehat berpengaruh terhadap anak yang pintar, mereka belum ditahap itu,” tambahnya lagi.

Akses pendidikan yang tak memadai disinyalir menjadi pemicu-pemicu kondisi ini. Tak sedikit anak-anak melakukan pernikahan dini. Cerita yang dituturkan siswa-siswi sekolah Satap Dongi-Dongi banyak dari keluarga dan para tetangga yang menikah di usia dini, 14 tahun adalah usia yang sangat belia.

Dalam program SN lain yang fokus terhadap penyuluhan gizi tampak dua perempuan berusia belasan. Ketika berbincang, mereka mengaku akan melangsungkan pernikahan dengan laki-laki pilihannya beberapa bulan ke depan. Penyuluhan gizi yang mereka ikuti harapannya mampu memberi bekal ketika mereka berumah tangga nanti, bagaimana menyiapkan makanan pendampin asi untuk buah hatinya kelak.

Meski demikian, Dongi-Dongi adalah bagian dari Indonesia. Anak-anak di Sekolah Satap berhak meraih mimpinya. Beberapa dari mereka menyimpan semangat luar biasa. Mencoba mengurai rumitnya Dongi-Dongi, YTBN bersama banyak pihak membangun Puskesmas Pembantu atau Pustu Plus untuk memfasilitasi para masyarakat.

Semua pihak berhak mendapat fasilitas yang layak dan pendidikan yang memadai.

Dongi-Dongi

Kegiatan Inspirasi Nusantara di Sekolah Stap, Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Nama saya Alif, cita-cita ingin menjadi tantara. Saya ingin melanjutkan SMA di Palu karena di sana lebih bagus. Ada kakak sepupu melanjutkan di sana”

“Saya Novita, kelas 7. Cita-cita ingin menjadi TNI, ingin melanjutkan sekolah di daerah Parigi Palu. Di keluarga saya ada yang menikah usia dini kakak sepupu, ada yang lulus SMP ada yang lulus SMP”

“Saya Kayra, cita-cita ingin menjadi dokter, Mudah-mudahan nanti bisa sekolah di Palu. Saya sedih kakak sepupu menikah dini lulus SD”

Dongi-Dongi, untuk tiba di sana memang sangat berliku.

 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Kaleidoskop 2023
Reading Time: 7 minutes

Menutup tahun 2023 adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan diri tentang apa yang telah kita lakukan dan rencana apa yang perlu disempurnakan untuk tahun berikutnya. Mengingat tahun depan merupakan perjalanan Program Studi Ilmu Komunikasi UII menuju dua dekade.

Usia yang tak muda, kebaikan demi kebaikan sudah selayaknya terus dipupuk dan dilestarikan. Sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan untuk pemberdayaan atau Communication for Empowerment, jajaran dosen serta staf di Prodi Ilmu Komunikasi UII telah melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan yang telah dirangkum dalam “Kaleidoskop Communication for Empowerment”.

Merujuk pada KBBI, kata Kaleidoskop memiliki arti aneka peristiwa yang telah terjadi dan disajikan secara singkat. Sepanjang satu tahun ke belakang, catatan pengabdian dari area sekitar Yogyakarta hingga daerah 3T telah dilakukan. Tentu pengabdian ini dilakukan berdasarkan keilmuan bidang komunikasi.

Pengabdian ini ditujukan kepada masyarakat secara umum, SDM di instansi, perempuan, hingga anak-anak. Lantas apa saja yang telah dilakukan sepanjang tahun ini, Simak ulasan berikut ini.

Kaleidoskop 2023

Perjalanan para dosen dan staf Prodi Ilmu Komunikasi UII menuju lokai kampung nelayan di Demak yang terdampak banjir rob

Kaleidoskop Communication for Empowerment 2023

  1. Pelatihan Jurnalistik untuk SDM di Pemerintah Kota Yogyakarta

Pengabdian bertajuk “Pelatihan Jurnalistik dan Fotografi bagi Admin Website Kelurahan di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta” itu diinisiasi oleh dua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Raden Narayana Mahendra Prastya, S.Sos., M.A., dan Ida Nuraini Dewi Kodrat Ningsih, S.I.Kom., M.A.

Kegiatan ini dilakukan selama tiga kali pertemuan yakni 28 Februari, 7 Maret, dan 13 Juni 2023. Pelatihan ditujukan kepada pengelola website di setiap kelurahan di Kota Yogyakarta. Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini juga bekerjasama dengan Dinas Komunikai Informatika dan Persandian (Kominfosan) Kota Yogyakarta.

  1. Optimalisasi Pemasaran Digital untuk Nelayan Perempuan di Demak

Menuju Jawa Tengah pengabdian dilakukan di sebuah kampung nelayan, yang berlokasi di Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Wilayah ini merupakan kampung yang tenggelam akibat banjir rob pantai utara.

Sebuah komunitas yang beranggotakan nelayan perempuan adalah salah satu kekuatan ekonomi di wilayah tersebut. Melihat potensi dan kebermanfaatannya kepada para perempuan di wilayah tersebut, dosen Prodi ilmu Komunikasi UII yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom, M.A. melakukan pengabdian yang diberi nama “Pelatihan Optimalisasi Pemasaran Digital Koperasi Puspita Bahari Komunitas Perempuan Nelayan di Morodemak, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak”.

Kegiatan tersebut dilakukan pada 3 Juni 2023, pengabdian ini juga melibatkan jajaran staf dan laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Kaleidoskop 2023

Literasi dan parenting di kampung nelayan yang dilakukan dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom.

  1. Parenting dan Literasi Digital

Parenting dan literasi digital sudah selayaknya menjadi wawasan yang mesti dimiliki oleh para orang tua di era Society 5.0. Pengabdian yang dilakukan oleh Puji Hariyanti., S.Sos., M.I.Kom., kali ini juga berlokasi di Demak, Jawa Tengah yakni Tambak Polo dan Timbul Sloko yang juga wilayah terdampak banjir rob.

Pengabdian ini menyasar kepada komunitas perempuan Puspita Bahari, para perempuan di sana memiliki peran ganda selain mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak, mereka juga menjadi pencari nafkah untuk keluarga.

Kegiatan bertajuk “Program Edukasi Literasi Digital dan Parenting di Komunitas Nelayan Perempuan Puspita Bahari Demak” dilaksanakan selama dua hari yakni pada 2-3 Juni 2023. Meski disibukkan dengan berbagai peran, harapannya para perempuan di sana juga memiliki wawasan lewat pengabdian yang singkat ini.

  1. Marketing dan Service Excellent

Mendalami ilmu terkait marketing dan service membawa salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A., untuk turun ke masyarakat menyalurkan passion dan ilmunya.

Sekitar bulan Agustus 2023, ia berkesempatan melakukan pelatihan bertajuk “Social Media Marketing dan Service Excellent Bersama Sanggar Asi Indonesia”. Sanggar Asi Indonesia merupakan platform yang memberikan layanan konsultasi kepada calon ibu dalam perjalanan mengAsihi buah hatinya.

  1. Produksi Video

Beranjak sejenak dari kegiatan belajar mengajar di kampus, dosen Ilmu Komunikasi UII yakni Sumekar Tanjung, S.Sos., M.A., melakukan pengabdian dalam pembuatan video kepada jajaran Bhabinkamtibmas Polres Sleman.

Harapannya dengan kemampuan tersebut, penerima manfaat mampu memproduksi video yang informatif kepada masyarakat di Sleman. Pengabdian bertajuk “Produksi Video sebagai Media Informasi Inovasi Bhabinkamtibmas Polres Sleman” dilaksanakan sepanjang bulan Juli hingga Agustus 2023.

Kaleidoskop 2023

Pemberdayaan yang dilakukan Dr. Zaki Habibi pada film camp kepada para kolega dosen

  1. Film Pedagogy Camp 2023

Berbagi ilmu terkait dunia perfilman telah dilakukan Dr. Zaki Habibi, dalam kesempatan bertajuk “Film Pedagogy Camp 2023: Pelatihan Panduan dan Kurikulum Kelas-kelas Film untuk Dosen Film” pihaknya menyampaikan beberapa materi terkait 1) Komunitas dan Kolektif Film sebagai Ranah Kajian: Sejarah, Konseptualisasi dan Trajektori; (2) Dari “Practice Theory” ke “Sensory Approach”: Menilik Sejumlah Pendekatan Kontemporer dalam Kajian Film.

Program yang berlangsung pada 1 Agustus 2023 di Kampung Tembi Guest House, Bantul kali itu menjadi ruang sharing knowledge yang hangat. Tak hanya itu, Dr. Zaki juga aktif dalam kerja-kerja pemberdayaan lainnya di beberap universitas salah satunya di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Master of Public Policy and Management Monash University Indonesia Campus, Program Pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia.

  1. Akademi Media Publik

Kegiatan yang diinisiasi Prof. Masduki, fokus terhadap pengembangan model layanan pendidikan berbasi komunitas warga terkait agenda penguatan wawasan dan kepedulian terhadap media penyiaran publik di Indonesia.

Pengabdian ini menggandeng Rumah Perubahan LPP yang dikelola oleh aktivis media, dosen, jurnalis, dan pekerja media professional di Yogyakarta dan sekitarnya.

Program bertajuk “Akademi Media Publik (Angkatan 3) pada Rumah Perubahan Lembaga Penyiaran Publik di LPP Klaten, Jawa Tengah” telah berlangsung sejak bulan Mei hingga Oktober 2023 dan juga inisiasi lanjutan asistensi tahun 2022.

  1. Peningkatan Kapasitas Berorganisasi

Pengabdian kali ini merupakan Garapan dari dosen Ilmu Komunikasi UII yakni Puji Rianto, S.IP., M.A., bersama Fani Eka Nurtjahjo, S.Psi., M.Psi., (dpsen Psikologi UII). Worksop bertajuk “Peningkatan Kapasitas Berorganisasi” ditujukan kepada para siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta.

Worksop yang digelar selama 6 kali pertemuan di bulan Oktober 2023 membahas detail terkait strategical thingking, planning and organizing, fleksibilitas adaptabilitas, leadership and problem solving, public speaking, hingga program dan proposal planning.

  1. Produksi Video Profile

Pengabdian kali ini menyasar pada SMP 1 Ngaglik yang berada di Sleman, Yogyakarta. Sharing knowledge yang dilakukan oleh Sumekar Tanjung, S.Sos., M.A., kali ini bertujuan untuk menciptakan media informasi yang efektif.

Kegiatan tersebut adalah “Produksi Video Profil SMP 1 Ngaglik sebagai Media Informasi Sekolah” dan dilakukan sepanjang bulan Oktober hingga November 2023.

  1. Edukasi Perempuan dan Pembalut Kain

Kegiatan ini adalah gagasan yang dilakukan oleh Puji Hariyanti, S.Sos., M.I.Kom., seorang dosen Prodi Ilmu Komunikasi yang memiliki perhatian tinggi dalam dunia pemberdayaan.

Tak hanya menyasar pada perempuan dewasa, edukasi juga ditujukan kepada remaja perempuan di sekitar wilayah Karanglo, Sukoharjo, Sleman. Tak hanya menegaskan soal kesehatan, kebersihan diri, worksop ini juga menyinggung isu lingkungan melalui inisiatif memakai pembalut kain.

Pengabdian tersebut adalah “Workshop dan Edukasi, Perempuan Pakai Pembalut Kain” yang dilaksanakan pada 22 dan 29 Oktober 2023.

  1. Pengembangan Komunikasi Pemasaran

Berangkat menuju Sumbawa Barat NTB, Dr. Subhan Afifi, M.Si., membagikan wawasannya terkait pengembangan komunikasi pemasaran di TK Tahfidzul Qur’an Ahsanu Amala, sebuah lembaga pendidikan formal untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang baru didirikan pada tahun 2023.

Berlokasi di Kokar Dalam RT 01/RW03, Telaga Bertong, Taliwang, Sumbawa Barat NTB ada masalah yang signifikan terkait pengembangan kempetensi SDM untuk mengembangkan manajemen sekolah dan pemasaran, terbatas sarana prasarana pembelajaran, dan belum terlalu dikenal masyarakat Taliwang.

Untuk mengurai dan menyelesaikan permasalahan itu dibuatlah program “Pengembangan Komunikasi Pemasaran TK Tahfidzul Qur’an Ahsanu Amala Taliwang” yang berlangsung sejak Juli hingga November 2023.

  1. Produksi Video Dokumenter

Salah satu cara mempromosikan potensi suatu desa dapat dilakukan melalui media informasi berupa video dokumenter. Hal ini dikembangkan oleh Sumekar Tanjung, S.Sos., M.I.Kom., selama dua bulan terakhir yakni November hingga Desember 2023.

Kegiatan bertajuk “Jinawi: Produksi Video Dokumenter Potensi Desa Gondangsari Magelang” adalah Upaya memaksimalkan potensi di wilayah tersebut.

  1. Literasi Digital untuk Guru dan Orang Tua

Menuju wilayah Pati, Jawa Tengah sebuah pengabdian masyarakat dilakukan kepada para guru serta orang tua terkait wawasan literasi digital yang sangat penting dalam mendampinngi proses belajar anak.

Pengabdian yang dilakukan oleh dosen prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP, M.Si, Ph.D., tersebut bertajuk “Literasi Digital: Orang Tua dan Penggunaan Gadget pada Anak” terlaksana pada 23 Oktober 2023.

Pogram tersebut diikuti setidaknya 77 peserta yang datang dari berbagai kalangan. Terlaksananya program ini juga didukung oleh pihak RA Masyitoh Sirahan yang bertindak sebagai partner dan tuan rumah.

Fokus program pengabdian ini adalah literasi digital untuk guru dan orangtua dalam mendampingi anak belajar dan berinteraksi dengan teknologi di Desa Sirahan, Kabupaten Pati.

  1. Pendampingan Anak dengan Risiko Disleksia

Disleksia termasuk kesulitan belajar spesifik (KBS), terutama dalam area berbahasa tulisan, bahasa lisan, dan bahasa sosial. Di Yogyakarta terdapat Dyslexia Parents Support Group (DPSG) yang berdiri sejak 2018. Para orang tua yang memiliki perhatian terhadap disleksia pada lingkaran itu tentu perlu adanya rekoneksi.

Salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Holy Rafika Dona, S.I.Kom., M.A., yang memiliki fokus dengan hal ini membuat program bertajuk “Mendampingi Anak dengan Risiko Disleksia” yang dilaksanakan pada 25 Oktober 2023.

Dalam program tersebut bebrapa pembicara dihadirkan dengan memiliki kapasitas bidang masing-masing seperti psikolog, therapist, pengajar, hingga salah satu orang tua yang telah membersamai anak dengan disleksia.

Program ini penting, selain eksistensi dan wawasan terkait disleksia, lingkungan di Yogyakarta perlu diseminasi informasi terkait hal itu.

  1. Pengembangan TV Komunitas

Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai hal kehidupan masyarakat, tak hanya sosial namun juga ekonomi kreatif. Demi membangkitkannya kembali perlu strategi dan perencanaan komunikasi.

Salah satu desa di Magelang yakni Keditan memiliki potensi bidang ekonomi pariwisata, untuk mengoptimalkan hal tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak. Prodi Ilmu Komunikasi melalui inisiasi Dr. Herman Felani, S.S., M.A., membentuk sebuah program bertajuk “Pengembangan TV Komunitas Warga Desa Keditan, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah”.

Program tersebut dilakukan bulan Oktober 2023, dengan melibatkan masyarakat setempat. Harapannya program tersebut menjadi sarana penyebaran informasi dan promosi melalui media YouTube.

  1. Pelatihan Keterampilan Komunikasi di Tempat Kerja

Communication skill disebut-sebut sebagai penentu kesuksesan seseorang dalam dunia kerja, maka kemampuan ini perlu dibagikan. Sebagai akademisi yang berada di bidang ini, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP, M.Si, Ph.D., melakukan sebuah pengabdian bertajuk “Pelatihan Keterampilan Komunikasi di Tempat Kerja”.

Pengabdian ini dilaksanakan pada 23 November 2023 di SMKN 1 Girisubo, Gunung Kidul yang melibatkan kerjasama Program Studi Sarjana Terapan Akuntansi Pepajakan UII dan SMKN 1 Girisubo dan dialksanakan sebagai pembekalan siswa tingkat akhir SMKN 1 Girisubo sebelum menjalankan magang atau terjun di dunia profesi.

YTBN

Kegiatan dokumentasi dan wawancara tentang pembangunan faslitas air bersih di Desa Batuputih Daya Sumenep
Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

  1. Bakti Nusantara ke Daerah 3T

Bakti Nusantara merupakan kegiatan yang fokus dengan daerah di Kawasan 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), pada kesempatan ini Prodi Ilmu Komunikasi UII mendapat kesempatan untuk melakukan kerja kemanusiaan di Sumenep, Madura.

Sebenarnya kegiatan ini merupakan inisiasi dari Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN), peran dari Prodi Ilmu Komunikasi UII adalah sebagai tim dokumentasi mulai dari foto, video, hingga artikel kisah dan masalah yang ada di Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuoutih, Kabupaten Sumenep, Madura.

Dalam kesempatan ini empat relawan dari Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Desyatri Parawahyu Mayangsari, Rizka Aulia Ramadhani, Meigitaria Sanita, serta mahasiswa Ilmu Komunikasi International Program, Lalu Muhammad Lutfi Maududy turut menjadi tim dalam kegiatan kemanusiaan.

Secara umum kegiatan yang berlangsung pada 30 September hingga 1 Oktober 2023 meliputi penyediaan fasilitas air bersih, penyuluhan gizi dan pemberian paket gizi, pemeriksaan kesehatan, sunatan masal, psikoedukasi pernikahan dini, dan peningkatan kapasitas guru.

Itulah kaleidoskop seri Communication for Empowermen 2023 yang telah dilakukan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII. Selain menjadi pengingat, rentetan ini menjadi penyemangat agar terus melakukan kerja-kerja kemanusiaan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

YTBN
Reading Time: 3 minutes

Yayasan Tunas Bakti Nusantara (YTBN) menggandeng Program Studi Ilmu Komunikasi UII untuk turut serta “Bakti Nusantara” di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Pada kesempatan ini, YTBN bertandang ke Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura.

Selama dua hari, tepatnya pada 30 September hingga 1 Oktober 2023, para relawan yang berasal dari berbagai penjuru negeri diterjunkan untuk mengisi berbagai kelas edukasi untuk masyarakat di sekitar Kecamatan Batuputih. Empat relawan dari Prodi Ilmu Komunikasi UII antara lain Desyatri Parawahyu Mayangsari, Rizka Aulia Ramadhani, Meigitaria Sanita, serta mahasiswa Ilmu Komunikasi International Program, Lalu Muhammad Lutfi Maududy yang turut serta menjadi tim media dokumentasi.

Kecamatan Batuputih masuk dalam daftar daerah 3T dengan letak geografis di pesisir pantai dan perbukitan kapur, sehingga membuat warganya kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan masyarakat sekitar harus menadah air di musim penghujan di tandon rumah masing-masing. Namun, hal itu belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga fasilitas pengadaan air bersih sangat dibutuhkan.

YTBN

Kegiatan dalam fasilitas kesehatan
Foto: Lalu Muhammad Lutfi Maududy

Kesulitan ini tentu perlu mendapat penanganan segera. YTBN berinisiatif membangun sumur untuk masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. YTBN merupakan organisasi inklusif penggerak bagi berbagai pihak yang turut serta bergabung dengan semangat kebersamaan, kepedulian, dan gotong royong yang berfokus pada pembangunan daerah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan) di Indonesia.

Kegiatan besar yang digelar di Batuputih meliputi tiga program yakni Bangun Nusantara, Sehat Nusantara, dan Inspirasi Nusantara melalui semangat gotong royong.

Teguh Dwi Nugroho selaku Ketua YTBN menyebut bahwa seluruh kegiatan yang menjadi program YTBN demi pemerataan fasilitas di Indonesia terutama daerah 3T.

“Semangat bersatu bergotong-royong harus selalu dikobarkan mengingat kondisi kesenjangan pembangunan dan pemerataan fasilitas di Indonesia menjadi isu nyata yang masih memerlukan perhatian lebih. Akses fasilitas kesehatan, pendidikan, dan juga lahan pekerjaan di daerah 3T masih belum merata tersedia,” ungkapnya dalam sambutan.

Edisi Bakti Nusantara di Desa Batuputih meliputi penyediaan fasilitas air bersih yang menjadi program Bangun Nusantara. Selanjutnya Sehat Nusantara yang meliputi penyuluhan gizi dan pemberian paket gizi, pemeriksaan kesehatan, dan sunatan masal. Terakhir, program Inspirasi Nusantara yang mencakup tiga kegiatan yakni psikoedukasi pernikahan dini, peningkatan kapasitas guru bersama KGBN dan PGRI, serta kemah perdamaian bersama MoP Indonesia.

Peran Prodi Ilmu Komunikasi

YTBN

Tim Prodi Ilmu Komunikasi UII dalam dokumentasi Bakti Nusantara di Sumenep, Madura
Foto: YTBN

YTBN menggandeng Prodi Ilmu Komunikasi UII sejak tahun 2022, berawal dari Bakti Nusantara di Aik Mual, Lombok Tengah, NTB serta kegiatan fasilitasi literasi yang diinisiasi oleh dosen, staf, dan mahasiswa di Sekon, Insana Timor Tengah Utara, NTT. Hingga kini, prodi Ilmu Komunikasi UII masih aktif turut serta dalam kegiatan pemerataan pembangunan di daerah 3T.

Selain memberikan fasilitasi, pada beberapa kesempatan, Prodi Ilmu Komunikasi menjadi tim media dokumentasi utama pada kegiatan Bangun Nusantara yang dijalani YTBN. Kegiatan ini selaras dengan visi dan misi Prodi Ilmu Komunikasi yakni Communications for Empowerment atau Komunikasi untuk Pemberdayaan. Tagline yang telah diusung sejak 2014 ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang dilakoni oleh para dosen, staf, serta mahasiswa.

YTBN

Kegiatan dokumentasi dan wawancara tentang pembangunan faslitas air bersih di Desa Batuputih Daya Sumenep
Foto: Desyatri Parawahyu Mayangsari

“Menjadi bagian dari Bakti Nusantara adalah kesempatan berharga, memotret kebaikan adalah kegiatan kemanusiaan yang tak mampu diukur dengan materi.”

Desyatri Parawahyu Mayangsari, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kegiatan Bakti Nusantara di daerah 3T yang berlangsug di Sumenep ini tak hanya fokus pada pembangunan fisik daerah, melainkan juga pemberdayaan serta edukasi untuk masyarakat. Tujuan ini tentu selaras dengan visi misi Prodi Ilmu Komunikasi UII dengan basis Communication for Empowerment. Sebagai penulis, inilah saatnya menulis kebaikan untuk kemanusiaan.”

Meigitaria Sanita, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kami tim di balik layar, menyaksikan berbagai aksi sosial yang begitu berarti untuk sebagian orang adalah kerja yang tak melelahkan dan justru menjadikan diri kita mendapat energi positif. Communication for Empowement ini begitu nyata. Semangat dan senyuman dari warga Sumenep Kecamatan Batuputih, mengartikan dengan kondisi apapun tetap harus mensyukuri segalanya.”

Rizka Aulia Ramadhani, relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Masa menjadi mahasiswa tak datang dua kali, Prodi Ilmu Komunikasi memberi banyak kesempatan untuk saya bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya berharap kesempatan seperti ini tak datang sekali. Selain menambah skill dalam dunia fotografi, saya juga belajar kemanusiaan.”

Lalu Muhammad Lutfi Maududy, Mahasiswa relawan Prodi Ilmu Komunikasi UII.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Reading Time: 2 minutes

Kondisi difabel masih sering dianggap sebagai hambatan untuk berkarya. Sejatinya difabel tak ubahnya kebanyakan orang, memiliki kemampuan berbeda masing-masing. Ia bukan terbatas kemampuan (dis-able). Kemampuan tiap orang dapat diasah dengan program yang akomodatif sesuai kebutuhan dan potensinya. Termasuk program pemberdayaan sosial yang selama ini rutin digelar oleh Prodi Ilmu Komunikasi UII. Seperti apakah program yang melibatkan difabel oleh Komunikasi UII?

Vadhiya Rahma dan empat kawannya dari komunikasi UII angkatan 2018 menerobos stigma difabel. Ia mempelopori pelatihan produksi karya ‘tie dye’ di Komunitas Difabelzone.id. Tujuannya mengembangkan keterampilan dan meningkatkan taraf hidup bagi difabel.

“Ternyata bukan hanya kita yang berbagi ilmu ke mereka, sebaliknya justru kita mendapatkan banyak ilmu dari mereka,” ujar Vadhiya, pada Rabu (31/03/2021), ketika hadir secara daring di diskusi bulanan Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim, Komunikasi UII. Menurutnya kondisi difabel bukanlah hambatan untuk berbisnis dan berkarya.

Stigma buruk terhadap difabel muncul karena memang masih banyak orang yang tidak mau kenal dan tidak mau tahu. Penggunaan diksi difabel pun sebenarnya belum banyak digunakan. Padahal kata ‘difabel’ (populer dikenal dari kependekan ‘different ability’), sebagai pilihan kata alternatif dibanding kata ‘disabilitas’ (disability) perlu selalu digaungkan.

Program yang ditawarkan Vadhiya dan tim tidak hanya memberikan pelatihan. Setelah hasil karya jadi, produk tie dye dipasarkan melalui media sosial. Program talkshow pun dilakukan. Talkshow bertajuk “How To Start Business in Young Age” memberikan inspirasi bisnis sekaligus upaya branding agar konten dapat menarik pembeli. Sementara itu, Vadhiya dan tim terbesit untuk melanjutkan program ini dengan skala yang lebih besar, seperti bazar online.

Program pelatihan ini juga didukung penuh oleh Komunitas Difabelzone.id yang sangat kooperatif. Disela acara, Irene Juliana salah satu pendamping komunitas Difabelzone.id menuturkan untuk tidak melihat teman-teman difabel sebagai orang yang mempunyai kemampuan terbatas, melainkan kemampuan yang berbeda. Ia juga menceritakan latar belakang berdirinya komunitas Difabelzone.id yang berdiri sejak 2016. Mulanya adalah Irene dan beberapa temannya melihat kurangnya fasilitas yang mengakomodir wirausaha difabel pada pasca program pelatihan keterampilan di salah satu yayasan difabel di Yogyakarta. Difabelzone.id menawarkan diri menjadi ruang alternatif bagi difabel untuk mandiri dan berkarya.

Di akhir acara, Vadhiya berharap program ini bisa menginspirasi siapa saja. Ia pun mengucapkan terimakasih kepada Difabelzone.id karena sudah diberi kesempatan untuk berbagi dan belajar. “Kita diterima dengan baik, makanya kita juga ingin memberikan feedback yang terbaik,” ucap Vadhiya di akhir sesi diskusi.

Reporter/ Penulis: Indria Juwita (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2017, Magang PSDMA Nadim Ilmu Komunikasi UII)

Editor: A. Pambudi W.

 

 

Reading Time: 2 minutes

Conditions with disabilities are still often seen as an obstacle to work. In fact, people with disabilities (diffable) is actually same as most people, have different abilities. They are not dis-able. Each person’s ability can be honed with an accommodating program according to their needs and potention. Including the social empowerment program that has been routinely held by the UII Department of Communication. What is the program involving the diffable by UII Communication’s students like?

Vadhiya Rahma and four of her friends from Deartment of Communication, class 2018 broke through the stigma of disabilities/ diffable person. She pioneered the production training for producing tie dye in the Difabelzone.id Community. The goal is to develop skills and improve the standard of living for diffable person.

“It turns out that not only us who share knowledge with them, on the contrary we get a lot of knowledge from them,” said Vadhiya, on Wednesday (31/03/2021), when she was present online at the monthly discussion of the Center for Alternative Media Studies and Documentation (PSDMA). Nadim, Department of Communications of UII. According to her, diffable persons are not an obstacle to doing business and working.

The bad stigma against diffables arises because there are still many people who do not want to know and do not want to know. The use of diffable diction is actually not widely used yet. Whereas the word ‘diffable’ (popularly known for its short form ‘different ability’), as an alternative word choice compared to the word ‘disability’ (dis-ability) needs to always be echoed.

Training and Marketing

The programs offered by Vadhiya and the team did not just provide training. After the work was finished, tie dye products marketed through social media. A program of talk show was held then. The talk show entitled “How To Start Business in Young Age” provides business inspiration as well as efforts branding so that content can attract buyers. Meanwhile, Vadhiya and her team were determined to continue this program on a larger scale, such as an online bazaar.

This training is also fully supported by the Difabelzone.id Community which is very cooperative. In between the event, Irene Juliana, one of the facilitators of the Difabelzone.id community, said not to see disabled friends as people with limited abilities, but different abilities. She also shared the background of the founding of the Difabelzone.id community which was founded in 2016.

Initially, Irene and some of her friends saw the lack of facilities to accommodate entrepreneurs with disabilities after a skills training program at one of the diffable foundations in Yogyakarta. Difabelzone.id offers itself to be an alternative space for people with disabilities to be independent and work.

At the end of the event, Vadhiya hoped that this program could inspire anyone. She also thanked Difabelzone.id because she had been given the opportunity to share and learn. “We are well received, that’s why we also want to give the best feedback,” said Vadhiya at the end of the discussion session.

Reporter / Author: Indria Juwita ( Department of Communications Student of UII, class of 2017, Internship in PSDMA Nadim, Department of  Communications of UII)

Editor: A. Pambudi W.

 

 

 

Reading Time: < 1 minute

Webinar Teknik Reportase dan Foto Jurnalistik bersama Komunikasi UII dan SMA 1 Sleman

Sabtu – 19 September 2020

Pukul 09.30-11.00

Via Zoom Conference:

Kelas akan dipandu dan diisi oleh

Narayana Mahendra P

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII

Galih Yoga

Freelance Photographer

Siti Fauziah

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UII