Tag Archive for: konferensi

Polandia
Reading Time: 2 minutes

Deretan tugas akademik dilakoni oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi UII selama satu bulan di Krakow, Polandia. Pada minggu-minggu terakhir Iwan Awaluddin Yusuf, PhD. setidaknya menyelesaikan beberapa tugas tersebut mulai menjadi reviewer tamu dalam simposium hingga presenter di konferensi yang digelar Krakow University of Economics.

“Tiga kegiatan akan saya ikuti selama pekan terahir ini. Simposium (sebagai reviewer tamu), Konferensi ODDEA, dan Konfernsi internasional UEK beserta 3 negara penyelenggara. Saya insyaAllah menjadi presenter di konferensi yg ketiga ini,” ujarnya menjelaskan.

21st Four-Party Scientific Conference, Krakow University of Economics yang diselenggarakan pada 27 hingga 28 Mei 2024 mengangkat tema Contemporary Economy in the face of Economic, Social and Political Crises (Economic, Managerial, Social and Legal Aspects).

Konferensi tersebut merupakan program tahunan yang digagas oleh empat universitas yakni Krakow University of Economics, State University of Trade and Economic, University of Kragujevac, dan University of Messina.

Tema tersebut beririsan dengan berbagai permasalahan pada disrupsi industri media di Indonesia terutama krisis pasca pandemi Covid-19. Dalam kesempatan itu beliau menyampaikan materi bertajuk Beyond Boundaries: The Evolving Landscape of Indonesia’s Media Industry in the New Normal.

“Karena tema besar konferensinya “ekonomi di era krisis dan new normal”, saya ambil yang nyambung dengan fokus industri media di Indonesia dengan salah satunya bahas tutupnya media cetak itu dan kebangkitan model-model bisnis baru yang terus mencari bentuk di tengah ketidakpastian,” tambahnya.

Dalam presesntasi tersebut ada empat pembahasan pokok yakni terkait lanskap industri media di Indonesia, digitalisasi dan disrupsi media, pergeseran tren media, hingga rekomendasi untuk berinovasi dalam model bisnis media.

Sebelumnya beberapa artikel dan riset yang relate dengan topik juga pernah digarap sperti artikel berjudul Bagaimana COVID-19 Menciptakan Normal Baru Bagi Media dan Jurnalis yang terbit pada laman The Conversation serta proyek bersama SAGE yakni The SAGE International Encyclopedia of Mass Media and Society yang diedit oleh Debra Merskin.

Perjalanan Kaprodi Ilmu Komunikasi UII tersebut merupakan bagian dari hibah European Union di bawah proyek the Horizon Europe Framework Programme dengan judul Overcoming Digital Divide in Europe and Southeast Asia (ODDEA).

Praktiknya, ODDEA mengirim dosen Eropa ke salah satu negara di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand) dan sebaliknya dosen Asia Tenggara dikirim ke salah satu negara Eropa (Poland, Montenegro, Slovakia).

 

Krakow
Reading Time: 3 minutes

Salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII berkesempatan terbang ke Krakow, Polandia untuk menjalankan berbagai tugas akademis. Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D. kini tengah menjalankan rangkaian program riset dan pertukaran peneliti Asia Tenggara dan Uni Eropa.

Perjalanan Kaprodi Ilmu Komunikasi UII tersebut merupakan bagian dari hibah European Union di bawah proyek the Horizon Europe Framework Programme dengan judul Overcoming Digital Divide in Europe and Southeast Asia (ODDEA).

Praktiknya, ODDEA mengirim dosen Eropa ke salah satu negara di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand) dan sebaliknya dosen Asia Tenggara dikirim ke salah satu negara Eropa (Poland, Montenegro, Slovakia).

“Di negara-negara ini kami menjadi “tamu” di kampus setempat yang ditunjuk (pengusul hibah) sebagai “rumah” berkegiatan,” jelasnya.

Yuk Intip Apa Saja yang Dilakukan Pak Iwan di Polandia?

Selama 30 hari di Krakow, selain riset dan menulis laporan yang akan dipublikasikan, beliau juga berkesempatan mengikuti beberapa konferensi dan sesekali mengajar atau diminta masuk kelas sebagai dosen tamu. Hal ini dilakukan agar para kandidat memperoleh pengalaman baru, paparan tradisi akademik, dan jejaring internasional dari kedua wilayah untuk saling memahami, berkolaborasi, dan berbagi pengetahuan.

Polandia

Berdasarkan rancangan Program ODDEA akan dijalankan selama empat tahun dengan target berbeda dan berkelanjutan dengan fokus mengatasi kesenjangan digital. Dalam pelaksanaan program para peserta dikelompokkan menjadi dua kategori: peneliti senior dan junior. Peneliti senior mengikuti program selama satu bulan, sementara peneliti junior mengikuti program selama dua hingga tiga bulan di negara mitra.

“Kebetulan saya adalah peserta tahun kedua dengan kategori pertama sehingga insyaAllah tinggal kurang lebih 10 hari menyelesaikan program ini di Polandia sebelum kembali ke Indonesia. Universitas yang menaungi saya adalah Krakow University of Economics (UEK), yang berlokasi di kota Krakow. Kota yang pernah menjadi ibukota Polandia sebelum berpindah ke Warsawa pada awal abad ke-17,” tambahnya.

Menjelajahi Berbagai Kota dan Keunikannya

Selama tiga pekan di Krakow kesempatan menjelajah berbagai kota tentu tak dilewatkan. Hal ini dilakukan untuk mendukung riset yang dilakukan. Dari perjalanan tersebut beliau mengaku menemukan pengalaman baru terkait tradisi akademik dan kehidupan ekonomi, sosial, budaya, hingga kuliner dan lansekap kota.

Tatra Mountain, Foto: Iwan Awaluddin Yusuf

“Karena melihat adalah bagian dari observasi, maka saya juga selalu menyempatkan melihat-lihat suasana dan landmark kota Krakow. Apalagi traveling menjadi kegiatan sekunder yang diajurkan di sela-sela kegiatan utama,” jelas Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Sudut-sudut kota Krakow menyimpan berbagai sejarah hingga romantisme yang menarik untuk dijelajahi. Deretan kota yang sudah dijelajahi beliau antara lain Old Town, Kazimier, Salt Mine, Tyniec, dan Wawel Castle. Tak hanya menjelajah wilayah kota, blusukan ke pasar-pasar tradisional juga menjadi pilihan yang tak kalah seru, tak lupa mampir ke Islamic Center untuk Solat Jumat. Sementara pada pekan terakhir rencananya akan mengunjungi Zakopane, daerah pegunungan Tatra Mountain yang sangat terkenal di Eropa Tengah.

Pengalaman tinggal di luar negeri memang bukanlan kali pertama untuk beliau, sebelumnya hampir 4 tahun di Australia kendala bahasa bukanlah sesuatu yang sulit. Sementara bahasa Inggris bukanlah bahasa pengantar utama, warga lokal menggunakan bahasa asli Polandia yang terkenal cukup rumit.

“Berinteraksi langsung dengan warga lokal yang mayoritas berbahasa Polandia dan tidak bisa berbahasa Inggris. Sekadar informasi Bahasa Polandia konon termasuk 3 besar bahasa paling sulit dipelajari dunia. Karena ada kata ganti gender yang kompleks seperti Bahasa Arab. Inilah yang menjadikan bahasa Polandia sangat unik. Menyebut nama Krakow saja akan banyak variasi penulisannya: Krakowiak, Krakowski, Krakowska, Krakowie, Krakowia, Cracow, Cracovia,” jelasnya.

“Polandia memiliki sejuta keunikan dan keramahan yang membuat betah tinggal lama, meskipun banyak tantangannya tersendiri. Ini semua cukup berbeda dengan pengalaman saya menjalani empat tahun perjalanan studi di Australia. Meskipun sama-sama negara empat musim, Polandia memiliki banyak perbedaan dibanding Australia, terlebih Indonesia. Di luar tentu saja banyak pula kesamaan-kesamaannya dan kejutan-kejutannya,” tandasnya.

CCCMS 2024
Reading Time: < 1 minute

The Conference on Communication, Culture, and Media Studies (CCCMS) is back as an onsite event this year in Yogyakarta, Indonesia, from August 27th to 29th, 2024.

Our main theme, “hybrid,” addresses contemporary challenges within digital and environmental ecosystems. This theme explores the ‘nature-culture’ dichotomy, as discussed by Bruno Latour and Donna Haraway, and examines ‘cultural hybridity’ in post-colonial societies, as proposed by Homi Bhabha.

We welcome diverse interpretations of this theme, spanning from theoretical perspectives, various empirical cases, sites or area-based studies, media forms, communicative and cultural practices, to socio-cultural dynamics.

CCCMS invites papers from around the globe and across various disciplines, including communication and media studies, sociology of media/communication, media anthropology, philosophy, science and technology studies (STS), cultural studies, history of communication, strategic communications, and environmental communication. We look forward to your contributions.

Suggested topics include but are not limited to:

  • Nature–culture tension and relations
  • Historical perspectives on hybridity in communication and media
  • Communication and hybrid culture
  • Popular culture and hybrid media
  • Online-offline performances and its social implication
  • Environmental communication: the hybrid practices and the challenges
  • Communication, media and sustainability
  • Hybrid energy transformation and the media role
  • Hybrid technology in strategic communication
  • Hybridity on IMC (integrated marketing communication)
  • Communication, empowerment and hybridity
  • Social activism through and in hybrid societies
  • Digital journalism in hybrid newsroom and the keep-changing public values
  • Digital divide, hybrid technology and socially-engaged public
  • Posthuman and artificial intelligent (AI) studies
  • Film, multi-platforms viewing practices, and hybrid media
  • Visual culture and hybrid arts
  • Creative media ecosystem: hybrid media and the cultural production
  • Communicating space and place in cultural hybridity
  • The city: hybrid culture, creativity and urban commons
  • Crisis, risk, hazard and disaster in hybrid cultures
  • More-than-human perspective in understanding hybridity of culture

Best Regards,
Chair of 7th CCCMS 2024
Department of Communications
Universitas Islam Indonesia

More information: https://conference.communication.uii.ac.id/

 

Konferensi
Reading Time: 4 minutes

Dua pengajar dari Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) bulan lalu berkesempatan mempresentasikan hasil risetnya di Sydney, Australia. Konferensi bertajuk “Indonesia Council Open Conference (ICOC) 2023” yang diselenggarakan oleh The Sydney Southeast Asia Centre at the University of Sydney and Humanitarian and Development Studies at Western Sydney University pada 25-27 September 2023.

Tema yang dipilih dalam ICOC 2023 adalah “Indonesia 25 Years On”, tema ini dipilih untuk menandai seperempat abad penolakan otoritarianisme di Indonesia setelah lengsernya Presiden Suharto pada Mei 1998.

Riset-riset yang dilakukan oleh para akademisi di berbagai disiplin ini diharapkan mampu menjawab kondisi Indonesia masa kini setelah jutaan orang turun ke jalan melakukan protes atas kekacauan ekonomi dan sosial masa itu.

Dua dosen yang berkesempatan mempresentasikan hasil risetnya adalah Dr. Herman Felani Tandjung, S.S., MA dan Dr. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si.

Setidaknya ada tiga riset dari Prodi Ilmu Komunikasi UII yang dipresentasikan pada ICOC 2023, riset-riset tersebut antara lain “From Agriculture to Tourism: The Race of  Villages in the Magelang area to become tourist attractions”,Digital Health Communication in Indonesia: Opportunities and Challenges”, dan “Sousveillance and New Social Control in Digital Democracy in the Present Indonesia”.

  1. From Agriculture to Tourism

Artikel berjudul “From Agriculture to Tourism: The Race of Villages in the Magelang Area to Become Tourist Attractions” merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Dr. Herman Felani Tandjung.

“Banyak desa di Magelang berlomba lomba untuk menjadi desa wisata yang justru menimbulkan masalah lingkungan dan benturan budaya beberapa warga lebih memilih bekerja di wisata dan meninggalkan dunia pertanian,” ungkap Dr. Herman saat menjelaskan hasil risetnya.

Konferensi

The Sydney Southeast Asia Centre at the University of Sydney and Humanitarian and Development Studies at Western Sydney University

Abstrak:

Dalam satu dekade terakhir, penggunaan media sosial yang masif telah mempengaruhi cara desa berinteraksi dengan dengan orang-orang dari daerah perkotaan. Banyak tempat yang dulunya terpencil dan kurang terpengaruh oleh masyarakat perkotaan, kini telah membuka diri terhadap orang luar, yang sering kali dibentuk oleh eksposur di media sosial. Desa-desa di Magelang, Jawa Tengah kini bertransformasi dari desa-desa pertanian menjadi ‘Desa Wisata’ untuk sebagai tempat wisata. Pergeseran ini didorong oleh pemerintah melalui kebijakan top down untuk meningkatkan ekonomi melalui ekonomi kreatif dan pariwisata. Namun, upaya untuk ikut berlomba mencapai status mencapai status ‘Desa Wisata’ tidak diimbangi dengan pembangunan manusia dan peningkatan pembangunan manusia dan perbaikan infrastruktur. Penelitian ini bertujuan untuk membahas perjuangan desa-desa di Magelang untuk menjadi wisata dan kesenjangan yang perlu diatasi.

“ICOC 2023 yang mempertemukan para akademisi dan peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang mempunyai minat terhadap Indonesia. Tema ICOC 2023 adalah Indonesia 25 Years On. Dalam ICOC ini saya berkesempatan mempresentasikan hasil riset tersebut,” tambahnya.

  1. Digital Health Communication in Indonesia

Riset berjudul “Digital Health Communication in Indonesia: Opportunities and Challenges” merupakan riset kolaboratif yang dilakukan oleh Dr. Subhan Afifi bersama Puji Rianto, S.I.P, MA yang berhalangan hadir dalam konferensi tersebut.

Konferensi

The Sydney Southeast Asia Centre at the University of Sydney and Humanitarian and Development Studies at Western Sydney University

Abstrak:

Setelah reformasi 1998, pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Kementerian Kesehatan telah membuat prioritas untuk merumuskan kebijakan dan strategi komunikasi kesehatan yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku kesehatan individu dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan, strategi, dan implementasi komunikasi kesehatan digital di Indonesia, dengan fokus pada identifikasi peluang dan tantangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, studi ini mengumpulkan data melalui analisis dokumen dan media komunikasi kesehatan digital yang diproduksi oleh Kementerian Kesehatan, dan wawancara mendalam mendalam dengan para pemangku kepentingan komunikasi kesehatan di Indonesia. Secara khusus, studi ini mengidentifikasi kebijakan dan strategi komunikasi kesehatan yang dirumuskan, karakteristik media dan konten komunikasi media dan konten komunikasi digital yang dikembangkan, menilai tingkat partisipasi masyarakat dan menyoroti hambatan dalam mengimplementasikan strategi komunikasi kesehatan digital yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia.

  1. Sousveillance and New Social Control in Digita; Democracy in the Present Indonesia

Riset ini juga dilakukan oleh Dr. Subhan Afifi bersama Puji Rianto, S.I.P, MA. Fokus riset ini adalah ketidakpercayaan publik terhadap polisi dan melihat bentuk sousveillance dalam konteks demokrasi digital.

Abstrak:

Tagar #percumalaporpolisi, yang berarti “percuma melapor ke polisi” menjadi menjadi trending topic di media sosial baru-baru ini. Tagar ini telah menjadi simbol gerakan di kalangan netizen Indonesia dalam melawan institusi kepolisian yang korup. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk-bentuk sousveillance dalam konteks demokrasi digital di Indonesia dan untuk mengidentifikasi sejauh mana dalam mengoreksi pelanggaran hukum dan menegakkan hukum. Melalui penelitian kuantitatif, penelitian ini penelitian ini mencoba untuk mengajukan investigasi mendalam tentang praktik sousveillance dalam demokrasi digital di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa tidak semua praktik tersebut berhasil membuat perubahan yang lebih baik. Namun, ada harapan yang berkembang untuk kontrol akar rumput dalam demokrasi Indonesia yang sedang mengalami kemerosotan. Studi ini juga menemukan beberapa faktor yang saling terkait yang menentukan efektivitas sousveillance seperti indikator media antar-agensi, kepentingan yang terlibat, aktor dan pihak yang berpengaruh dalam pengawasan.

“Alhamdulillah, melalui ICOC 2023 kami berkesempatan mempublikasikan hasil penelitian, sekaligus mengembangkan jejaring kerjasama dan kolaborasi riset secara internasional. Semoga memberikan kemanfaatan yang besar untuk semua. Terimakasih untuk Prodi Ilmu Komunikasi yang sudah memfasilitasi kegiatan ini. Jazakumullah khairan,” pungkas Dr. Subhan Afifi.

Internasional program
Reading Time: 3 minutes

Kegiatan internasional sangat menarik untuk dicoba oleh mahasiswa. Selain memberikan pengalaman berharga seperti jalan-jalan ke luar negeri, kegiatan ini bisa menjadi kesempatan emas untuk membangun relasi bagi mahasiswa.

Penting sekali menjadi mahasiswa yang berhasil dalam segi akademis dengan meraih indeks prestasi (IPK) tinggi, namun juga perlu diimbangi dengan wawasan global di tengah-tengah era Society 5.0. Salah satu cara menambah wawasan global adalah dengan mengikuti kegiatan internasional.

Melansir dari laman Study Abroad Sholarships, setidaknya ada beberapa manfaat yang akan didapat mahasiswa dengan mengikuti kegiatan internasional yang akan berdampak terhadap masa depan.

Pertama meningkatkan creative thingking. Pengalaman bersosialisasi dengan rekan-rekan di negara lain dengan perbedaan budaya tentu punya tantangan tersendiri. Berkomunikasi dengan orang-orang dengan latar budaya yang berbeda akan memberikan dampak positif mulai dari proses pendewasaan mental dalam menyelesaikan masalah dengan pemikiran kreatif.

Kedua pengembangan social skill dan leadership. Mengikuti kegiatan internasional mahasiswa tentu akan mendapatkan pendamping atau staf professional yang mengatur kegiatan. Fasilitas ini akan membuat mahasiswa mampu mengembangkan gaya kepemimpinan, kerja sama tim, serta keterampilan komunikasi.

Ketiga meningkatkan rasa percaya diri. Berani mengikuti kegiatan internasional artinya mampu keluar dari zona nyaman. Dengan lingkungan baru, kegiatan menarik, dan pengalaman menginspirasi tentu akan mengembangkan citra positif pada diri mahasiswa. Hal ini sangat berdampak terhadap kepercayaan diri, harga diri, dan aspek pengembangan diri lainnya.

Keempat menambah wawasan. Mahasiswa akan mempelajari banyak hal selama kegiatan internasional. Bagi yang berkesempatan ke luar negeri akan mendapat banyak pengetahuan tentang budaya serta isu-isu negara yang dikunjugi.

Terakhir membangun relasi, banyaknya rekan yang ditemui tentu akan memberikan keuntungan yang berdampak pada masa depan. Dengan relasi yang terbangun maka akan mempermudah mahasiswa mendapat informasi seperti kesempatan studi di luar negeri di masa depan serta kesempatan-kesempatan emas lainnya.

Lantas apa saja jenis kegiatan internasional yang dapat diikuti oleh mahasiswa? Berikut informasi selengkapnya.

  1. Student Exchange dan Short Course

Student exchange adalah program yang memberikan peluang bagi mahasiswa untuk menjalani perkuliahan di universitas lain termasuk di luar negeri. Biasanya student exchange adalah bentuk kerja sama antara pihak universitas atau departemen.

Sementara short course adalah kuliah dengan durasi singkat yang dilakukan pada musim panas maupun musim dingin oleh beberapa universitas di luar negeri. Biasanya program ini dilakukan paling singkat 1 minggu bahkan 2 tahun.

  1. Volunter Internasional

Salah satu kegiatan internasional yang perlu dicoba adalan volunter internasional. Mahasiswa dapat bergabung untuk melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan. Salah satu volunter internasional yang bisa dicoba adalah program dari AIESEC yang fokus pada proyek sosial dan lingkungan di seluruh dunia.

  1. Konferensi Internasional

Mendaftar pada konferensi internasional cocok bagi mahasiswa yang gemar menulis paper ilmiah. Konferensi internasional adalah forum intelektual yang mempertemukan para akademisi, praktisi, dan mahasiswa untuk membahas atau mengkaji isu terkini.

Pastikan isu atau tema yang dipilih sesuai dengan konferensi international yang diselenggarakan agar paper yang ditulis diterima oleh penyelenggara.

  1. Magang Internasional

Biasanya magang diikuti mahasiswa semester akhir sebagai salah satu syarat kelulusan. Sementara untuk magang internasional dapat dilakukan melalui kerja sama departemen dengan perusahaan internasional yang dituju.

Magang internasional merupakan program kerja yang memungkinkan mahasiswa atau profesional muda dari satu negara ke negara lain dengan bimbingan dari institusi dan perusahaan yang dituju.

  1. Delegasi Mahasiswa

Terkahir, menjadi delegasi atau perwakilan mahasiswa dalam organisasi internasional. Beberapa organisasi internasional yang dapat diikuti adalah MUN, AIESEC, YSEALI, IAAS, dan lainnya.

Dengan menjadi delegasi mahasiswa dalam organisasi internasional yang dilakukan di berbagai negara akan meningkatkan kemampuan diplomasi, memahami isu-isu global, hingga pengambilan keputusan global.

Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi UII, ada banyak program internasional yang kini tengah berjalan, seperti exchange program di Universitas Utara Malaysia, P2A atau Pasaage to Asia, IISMA dan banyak program lainnya. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada laman Instagram @ip.communication.uii.

Kira-kira kamu tertarik mengikuti kegiatan internasional yang mana, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita