Tag Archive for: Jurusan Ilmu Komunikasi

Visiting lecturer

Dosen sekaligus Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D berkesempatan mengikuti program International Faculty Exchange Week (IFEX) 2024 ke Universiti Utara Malaysia (UUM) pada 4 hingga 6 November 2024.

Dalam program tersebut, beliau melakukan pengajaran (visiting lecturer) di salah satu fakultas, yakni School of Creative Industry Management and Performing Arts (SCIMPA). Beberapa materi yang dibagikan meliputi creative thinking, creative writing, literasi digital, kecerdasan buatan (AI), hingga fotografi jurnalistik.

Bukan tanpa alasan, materi tersebut dipilih karena memiliki keterkaitan dengan keilmuan komunikasi juga kurikulum di SCIMPA UUM.

“Materi seputar dunia kreatif dan industri komunikasi juga kaitannya dengan tren-tren dunia komunikasi saat ini dan ke depan yang saya bahas dari perspektif komunikasi. Jadi sangat berkaitan dengan SCIMPA saya bicara tidak terlalu pada tataran yang sangat teoritis tapi juga bagaimana itu bisa diterapkan dengan kebutuhan mereka,” ujaranya menjelaskan.

Pengalaman mengajar kali ini cukup bergam, dosen Ilmu Komunikasi UII harus mengisi lima kelas mulai undergraduate, postgraduate, hingga dosen dan staf.

Visiting Lecturer

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII Ikuti Lecturer Exchange di Universiti Utara Malaysia, Foto: Dok Pribadi

“Untuk yang postgraduate menyampaikan hasil riset sebagai satu insight ke mereka seperti pengembangan AI dan teknologi komunikasi di dunia jurnalisme, dunia media dan segala rupa kaitannya dengan masa depan keilmuan komunikasi,” tambahnya.

Dalam program IFEX 2024 tercata melibatkan 14 dosen dari 6 negara yang selanjutnya tersebar mengajar di berbagai fakultas di UUM.

Peluang Kerja Sama dengan Mitra Internasional

Selain menjadi guest lecturer, dosen Ilmu Komunikasi UII juga melakukan pertemuan-pertemuan strategis untuk menindaklanjuti beberapa peluang kerja sama yang sebelumnya telah digagas.

Sebagai informasi, beberapa kerja sama yang akan direalisasikan dalam waktu dekat tentu mobility international untuk mahasiswa IPC yakni P2A 2025. Jangka panjang akan ada program dual degree serta matching grand.

“Kegiatan kemarin cukup produktif karena mereka akan berkunjung kembali Jogja untuk menindaklanjuti yang saya sampaikan kemarin tentang dual degree dan matching grant,” jelasnya.

Usai menjalankan kegiatan akademik, beliau menyempatkan untuk bertemu dengan empat mahasiswa IPC yang sedang menempuh kredit transfer internasional (ICT) di SCIMPA, UUM.

Kegiatan menarik lainnya adalah Do-Bond, yakni pertemuan akbar dengan semua mahasiswa, dosen, dan staf dan termasuk lembaga kemahasiswaan untuk sosialisasi dan membahas beragam isu atau persoalan kampus.

GLSP

Konten lokal semestinya mendapat porsi yang layak dalam program siaran di TV maupun radio, sayangnya hal tersebut belum terwujud.

Ironi dengan persoalan tersebut, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Yogyakarta menggandeng Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar diskusi Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa (GLSP) di Gedung GKU UII pada 1 November 2024.

Secara khusus, isu konten lokal dibahas mendalam oleh praktisi dan akademisi. Bertajuk Konten Lokal Sebagai Medium Demokratisasi diskusi tersebut menghadirkan dua pemateri dari KPID Yogyakarta serta akademisi UII.

Rektor UII, Fathul Wahid menyambut hangat niat tersebut. Dalam sambutannya beliau memberikan statement terkait konteks informasi yang selalu mengalami pergeseran.

“Setiap zaman setiap konteks itu mempunyai tafsirannya masing-masing, apa yang kita lihat hari ini belum tentu terjadi di masa lampau. Sehingga kita harus memaknai dengan cara yang berbeda,” ujarnya.

“Dalam kehidupan kita juga sama, di sini kita bicara konten lokal yang dulu di Indonesia tahun 80an 90an tidak pernah masuk diskusi. Ketika ada undang-undang baru kita diskusikan, kemudian diperkuat dengan medium demokratisasi budaya. Banyak sekali yang harus kita tafsirkan ulang,” tambahnya.

Mendukung KPID Yogyakarta dalam mendorong media-media penyiaran dalam memberikan porsi lebih banyk pada konten lokal, Rektor UII turut melakukan penandatangan nota kesepakatan kerja sama.

Konten Lokal Sebagai Medium Demokratisasi Budaya

Menghadirkan pemateri dari Komisioner KPI, Amin Shabana dan dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Puji Rianto keduanya menyampaikan secara detail bagaimana posisi konten lokal.

Konten lokal adalah siaran bermuatan lokal yang mencakup program siaran jurnalistik, program siaran faktual dan non faktual dalam rangka pengembangan potensi daerah setempat serta dikerjakan dan diproduksi oleh sumber daya dan lembaga penyiaran setempat. 

Amin Shabana menjelaskan urgensi lokalitas konten dalam beberapa perspektif. Mulai dari Amanah regulasi, wajah daerah, potensi daerah, partisipasi kolektif, dan pemberdayaan SDM lokal.

“Demokrasi itu partisipasi, partisipasi masyarakat terkait dengan akses informasi, kebebasan berekspresi itu merupakan konteks dasar demokrasi. Termasuk di dalam sektor kebudayaan, karena sektor penyiaran merupakan multisector yang semuanya ada,” ujarnya.

“Kita dimandatkan untuk mengawal konten lokal yang sesuai dengan karakteristik daerah. Untuk program wisata budaya semestinya bukan hanya kontennya saja yang diangkat melainkan juga seumber daya penyiarnya harus mengoptimalkan daerah setempat,” tambahanya.

Sementara dari Puji Rianto, selaku akademisi sekaligus researcher menempatkan televisi lokal sebagai upaya untuk membangun cultural sphere.

Cultural sphere atau ruang budaya bpada kesenangan dan estetika, industri budaya berbiaya tinggi tapi perolehannya berpotensi zero dan di sisi lain tv lokal harus mencari profit.

“Agak ironis, kita punya kekayaan budaya yang luar biasa lebih dari 200 etnis. Problem akses, di mana kita diberi ruang di mana kita tidak diberi ruang,” ujarnya.

Beliau memberikan dua tawaran solusi yakni memperlakukan konten lokal sebagai public goods. Kedua mengupayakan regulasi terkait pendanaan khusus oleh daerah dalam produksinya.

Dalam kesempatan itu, hadir pula jajaran Komisioner KPI Bidang Kelembagaan dan Penanggung Jawab GLSP Evri Rizqi Monarshi, Ketua KPID Yogyakarta Hazwan Iskandar serta jajaran Dekan FPSB UII bersama Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Mahasiswa Berprestasi

Kabar membanggakan dari salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2023. Nur Kholifah Arifiani, berhasil menyabet gelar juara 1 Tahfidz 30 Juz Putri dalam gelaran Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa Internasional – Milad Universitas Islam Riau (UIR) 2024 ke-62.

Kepada Prodi Ilmu Komunikasi UII, Arifiani mengucapkan rasa syukurnya setelah berhasil meraih posisi pertama kategori Tahfidz 30 Juz.

“Alhamdulillah tahun ini mendapat kesempatan untuk berhasil di Juara 1 kategori Tahfidz 30 Juz,” ujarnya saat dihubungi Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Kompetisi internasional yang digelar secara hybrid ini diikuti oleh ratusan mahasiswa dari berbagai negara yakni Indonesia, Malaysia, Kamboja, Thailand, dan Brunei Darussalam. Dari laman resmi uir.ac.id, kompetisi tingkat mahasiswa cabang tahfiz diikuti oleh 147 peserta.

Belajar dari pengalaman tahun lalu Arifiani memantapkan diri untuk mendaftarkan diri dengan mengambil tingkat tertinggi 30 Juz. Dalam cabang Tahfidz terdapat beberapa kategori yakni 5 Juz, 10 Juz, 20 Juz, dan 30 Juz.

Selain rasa percaya diri, dukungan dari orang tua dan teman-teman terdekat menjadi kunci keberhasilannya dalam percobaan kedua.

“Jadi sebetulnya saya tahun lalu juga mengikuti MTQ UIR ini tapi saya belum berkesempatan untuk menang. Support dari orang tua sama teman-teman terdekat juga yang buat saya percaya diri untuk sampai disini.” Ungkapnya.

Selain merayakan milad ke-62, Universitas Islam Riau berharap kompetisi ini mampu menciptakan Qori dan Qoriah berstandar internasional dengan meningkatkan kualitas peserta dalam memahamimakna dan isi kandungan dalam Al Qur’an.

Juara

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII raih prestasi berturut-turut dalam dua bulan terakhir. Ia adalah Kelvin Alviana Setiawan, mahasiswa angkatan 2023 yang berhasil menaklukan tiga kompetisi Islami tingkat nasional.

Kompetisi pertama adalah Musabaqoh Tilawah Qur’an dalam ajang Salam Fair yang diselenggarakan oleh Maskanul Huffadz sejak Agustus hingga September 2024. Setelah melewati berbagai tahapan Alvin bersama timnya dinyatakan menang dan meraih juara 2.

Kompetisi selanjutnya adalah Musabaqoh Seni Qur’ani Nasional (MSQN) 2024 yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) pada 19 Oktober lalu. Kompetisi beregu tersebut membawanya meraih juara 2 dari 200 peserta yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Tak berhenti disitu, Kelvin dengan timnya kembali menorehkan prestasi dalam bidang yang sama. Pihaknya berhasil meraih posisi terbaik 2 pada Musabaqoh Seni Qur’an Nasional (MSQN), Gebyar Brawijaya Qur’an Nasional yang digelar pada 24 hingga 27 Oktober 2024.

Memborong prestasi berturut-turut, Kelvin menyadari raihan tersebut merupakan kerja keras bersama. Baginya doa dari orang tua dan guru merupakan yang utama.

“Alhamdulillah A’la Kulli Hal, Saya sangat bersyukur atas apa yang telah diraih sekarang ini. Saya bisa berada di posisi ini adalah hasil dari kerja keras, semangat juang yang tak pernah padam, serta dukungan penuh dari tim dan semua pihak yang telah bersama-sama berjuang. Dan tentunya tidak lepas doa dan dukungan dari orang tua, guru-guru, serta teman-teman,” ujarnya.

“Saya percaya bahwa kesuksesan ini tidak hanya milik satu orang, tetapi milik kita semua yang bekerja dengan dedikasi dan komitmen yang luar biasa. Kemenangan ini juga menjadi motivasi untuk saya untuk terus berusaha lebih baik, menghadapi tantangan berikutnya dengan optimisme semangat yang sama. Jangan pernah lelah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan jangan pernah lelah untuk mengsyiarkan Al-Qur’an.” Tandasnya.

Secara umum Musabaqah Tilawah Qur’an adalah lomba membaca Al Qur’an dalam lagu dan berhubungan dengan seni Islam yang termanifestasi dengan praktik budaya di Indonesia. Kompetisi ini merupakan salah satu bentuk resepsi estetis. Resepsi merupakan penerimaan atas teks sastra (teks al Qur’an dam efek yang dihasilkan). Sementara Estetis mencakup proses penerimaan dengan Indera (mata dan telinga), pengalaman seni, dan style dari penampilan yang tampak dari luar.

Untuk mengasah kemampuannya, Kelvin bergabung pada Tilawatil Quran Wa Funun Islamiyah (TFQI) UII, yang merupakan pusat pengembangan tilawatil Qur’an dan kesenian keislaman.

Mengenal ‘Green Skills’: Mindset Penting untuk Dipahami Seluruh Generasi

Ketika mengetik kata Green Skills di kolom pencarian media sosial khususnya Instagram, kita akan menemukan banyaknya konten berwarna hijau, pepohonan, hingga kampanye hemat energi. Lantas apa itu Green Skills?

Berdasarkan informasi pada laman United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), Green Skills adalah pengetahuan, kemampuan, nilai dan sikap yang mampu mendukung serta mengembangkan kehidupan berkelanjutan dengan menghemat sumber daya.

Artinya, Green Skills juga berkaitan dengan mindset atau pola pikir menuju keberlanjutan lingkungan. Jika menengok data yang dirilis Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) PBB, tindakan yang kita lakukan selama sepuluh tahun ke depan akan menentukan apakah planet yang kita huni saat ini layak atau tidak menjadi ruang hidup oleh generasi mendatang.

Mindset ini cukup luas. Tak cukup memahami konsep hemat energi dan transisi menuju rendah karbon namun juga bagaimana Green Skills yang kita miliki mengubah sistem ekonomi konvensional menuju ekonomi hijau.

Global Green Skills Report 2023 by Linkedin menyebut bahwa hanya 1 dari 8 pekerja (secara global) yang menerapkan Green Skills. Angka tersebut tentu menjadi tentangan, sehingga mindset ini perlu dipahami oleh seluruh generasi.

Mindset Green Skills, Mengapa Penting?

Seperti disinggung di awal, Green Skills sangat penting dipahami karena mencakup pengetahuan tentang kemampuan untuk pembangunan berkelanjutan.

Keterampilan ini memainkan peran dalam banyak sektor, terkait energi terbarukan, pengelolaan limbah, pertanian berkelanjutan, dan lain sebagainya. Sehingga dengan memahami Green Skills akan membuat masyarakat mengurangi ketergantungan dengan energi bahan tak ramah lingkungan, inovasi hijau, hingga menjadi masyarakat yang tangguh.

Dampak minimnya pengetahuan soal Green Skills secara gamblang dapat dilihat di Yogyakarta misalnya masalah sampah tak kunjung terselesaikan. Masyarakat dan pemerintah saling menuntut dan menyalahkan. Sementara di pesisir utara laut Jawa, banjir rob dari perubahan iklim dan faktor lain menjadi bencana yang menenggelamkan sebagian wilayah Demak, Jawa Tengah.

Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, banyak perusahaan yang mencari kandidat dengan Green Skills mindset. Data yang dirilis Bappenas menunjukkan tahun 2022, memproyeksikan kebutuhan tambahan tenaga kerja dengan keterampilan tersebut sekitar 1,8 juta hingga 4,4 juta di tahun 2030.

Deloitte bersama Institute of Environmental Management and Assessment (IEMA) dalam risetnya pada tahun 2022 menyebutkan pencarian kerja berbasis Green Skills meningkat dua digit di UK.

Hal tersebut relevan dalam mengurangi risiko finansial yang dihadapi oleh masyarakat, dalam riset Lucas Bretschger tahun 2013 yang berjudul Population Growth and Natural-Resouce Scarcity menyebutkan meningkatnya populasi di dunia yang tentu kebutuhan energi tak terbarukan juga demikian. Namun hal itu tidak akan memperburuk kondisi jika kebiasaan menuju transisi energi dan perubahan perilaku konsumsi (Green Skills). Lebih lanjut, Green Skills menjadi solusi sistem finansial.

I consider an economy that is constrained by the use of natural resources and driven by knowledge accumulation. Resources are essential inputs in all sectors. I show that population growth and poor input substitution are not detrimental but, on the contrary, are even necessary to obtain a sustainable consumption level. I find a general rule to define the conditions for a constant innovation rate. The rule does not apply to capital but to labor growth, which is the crucial input in research.

Pengetahuan Green Skills dalam Kajian Ilmu Komunikasi

Green Skills mendapat prioritas dalam kajian Ilmu Komunikasi. Kajian tersebut dipelajari secara utuh dalam Komunikasi Lingkungan (Environmental Communication).

Secara umum Komunikasi Lingkungan berisikan materi terkait strategi komunikasi yang mendukung penyususnan kebijakan, partisipasi, hingga implementasinya dalam lingkungan.

Hal ini memungkinkan mahasiswa Ilmu Komunikasi memahami isu-isu lingkungan yang kompleks dan memperkuat perannya sebagai individu maupun di organisasi dalam tata Kelola lingkungan. Dengan keterampilan tersebut harapannya lulusan sarjana Ilmu Komunikasi mampu mempengaruhi opini publik hingga menawarkan problem solving.

Di Prodi Ilmu Komunikasi UII, beberapa dosen yang concern pada bidang tersebut antara lain Dr. Anang Hermawan, Dr. Zaki Habibi, dan Muzayin Nazaruddin, S.Sos., MA., (Ph.D candidate).

Bagaimana Comms, tertarik untuk mempelajari lebih lanjut soal Green Skills?

Workshop Jurnal

Tugas akhir atau skripsi jika digarap dengan serius maka layak untuk dipublikasikan di jurnal bereputasi. Tentu bukan perkara mudah, lantas bagaimana cara mempublikasikan tugas akhir ke jurnal?

Dalam workshop bertajuk Strategi Publikasi Ilmiah di Jurnal Bereputasi Berbasis Tugas Akhir yang diinisiasi oleh Jurnal Cantrik bersama Prodi Ilmu Komunikasi UII pada 19 Oktober 2024 secara daring membahas detail terkait kiat-kiat menulis karya ilmiah berkualitas.

Di tengah masifnya keculasan dalam dunia akademik dan dugaan-dugaan jurnal predator, tentu workshop ini menjadi angin segar bagi mahasiswa dan para akademisi untuk menambah pengetahuan.

Hal tersebut sempat disinggung oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D, dalam membuka sesi workshop.

“Di tengah kecurangan praktik akademik masih ada orang yang peduli dengan urusan mengelola jurnal, naskah, edit, mengurus akreditasi jurnal dengan penuh dedikasi,” ujarnya

“Apreasiasi untuk rekan para penyelamat sistem akademik yang berintegritas bukan seperti yang itu, jangan ya dek ya seperti yang kita lihat praktik-praktik yang tidak bagus dalam konteks integritas akademik,” tambahnya.

Diikuti lebih dari 200 peserta yang tersebar dari penjuru negeri, workshop tersebut menghadirkan tiga pembicara yakni Prof. Rajab Ritonga (Ketua APJIKI), Dr. Fuad Nashori (Dosen Psikologi UII), dan Puji Rianto, M.A (Editor in Chief Jurnal Mahasiswa Cantrik).

Prof. Rajab Ritonga menyampaikan materi terkait Standar Penulisan Artikel Jurnal Nasional Terakreditasi. Dalam penjelasanya beliau menyebut jika salah satu ciri jurnal yang bereputasi baik adalah proses penerbitan yang prosesnya cukup panjang.

“Jurnal yang baik akan selalu melalui proses review, oleh sebabnya jurnal perlu waktu menerbitkan artikel minimal 6 bulan bahkan 1 tahun. Belum lagi proses balik setelah direview dikembalikan ke author untuk dilakukan perbaikan,” ujarnya.

Hal ini selaras dengan materi yang disampaikan oleh Puji Rianto, M.A, Memahami Selingkung Jurnal sebagai Strategi Penting Menembus Jurnal. Mengawali materi dengan menjelaskan detail alur kerja redaksi jurnal yang begitu panjang, ditambah para banyak penulis yang tidak memperdulikan selingkung jurnal sehingga berujung penolakan.

“Para penulis banyak yang kurang memperdulikan selingkung ini, sehingga kalau di Jurnal Komunikasi antriannya setahun bisa 300 artikel dan yang kami publish hanya 20. Kalau selingkungnya tidak sesuai akan kami tolak,” ungkapnya.

Sementara Dr. Fuad Nashori memberikan saran dalam materinya Publikasi Tugas Akhir, agar para mahasiswa mencari jurnal yang sesuai dengan riset yang tengah dilakukan.

“Tentu saja menyesuaikan topik, fokus dan scope harus tahu. Karena missal sama-sama jurnal komunikasi atau psikologi kalau di riset banyak nama-nama yang umum.” Pungkasnya.

Berikut berbagai tips terkait menulis tugas akhir agar berpeluang terpublikasi di jurnal berintegritas:

Tips Menulis Tugas Akhir untuk Diterbitkan di Jurnal

  1. Judul penting untuk menarik perhatian editor, sebaiknya mempresentasikan isi, informatif (highlight dan finding)
  2. Judul maksimal 14 kata
  3. Abstrak Mengandung latar belakang (jika ada), tujuan penelitian, metode penelitian, finding/hasil penelitian dan simpulan. Selain itu dilengkapui maksimal 5 kata kunci.
  4. Introduction memuat state of the art, serta menyatakan dan merumuskan masalah penelitian.

Tahap Awal Memilih Jurnal

  1. Kesesuaian topik TA dengan fokus scope jurnal
  2. Kesesuaian jenis artikel hasil riset dan non riset, riset kuali kuanti mix method
  3. Memutuskan jurnal sasaran dengan skala prioritas 1 sampai 3

Sistematika/Selingkung (Jurnal Cantrik)

  1. Judul
  2. Abstrak
  3. Pendahuluan
  4. Teori
  5. Metode
  6. Hasil dan Pembahasan
  7. Kesimpulan
  8. Daftar Pustaka

Soal pelanggaran akademis selengkapnya dapat dibaca pada laman berikut:

https://communication.uii.ac.id/pelanggaran-akademis-di-tingkat-universitas-mengapa-sering-terjadi/

Benchmarking kurikulum

Prodi Ilmu Komunikasi UII menerima kunjungan dari Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sriwijaya (UNSRI) pada Jumat, 11 Oktober 2024 di Gedung FPSB. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka benchmarking kurikulum dan penjaminan mutu.

Pihak UNSRI melakukan kunjungan benchmarking dalam rangka revisi kurikulum berbasis outcome-based education (OBE) dan penyesuaian terhadap Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.

Diskusi diawali dengan perbincangan kurikulum yang diterapkan di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Tercatat pada semester ganjil 2023, beberapa mata kuliah mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan dan zaman.

Benchmarking kurikulum

Diskusi terkait benchmarking kurikulum dan penjaminan mutu, Foto: Dokumentasi Prodi Ilmu Komunikasi UII

Seperti Jurnalisme yang lebih disempurnakan dengan Jurnalisme Digital, Ekologi Media, hingga memasukkan materi Big Data Analytic and AI.

Kaprodi Ilmu Komunikasi Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D, menyebut jika sangat terbuka dengan kunjungan tersebut.

“Kami sangat terbuka dengan kunjungan benchmarking kurikulum dari Prodi Ilmu Komunikasi UNSRI. Bersyukur Prodi Ilmu Komunikasi UII bisa berbagi kepada kolega, itu artinya kurikulum kita bisa menjadi contoh pengembangan kurikulum untuk kajian Ilmu Komunikasi di Indonesia,” ungkapnya.

Selain diskusi mendalam terkait bencmarking kurikulum dan penjaminan mutu, kedua pihak juga mendiskusikan strategi yang berkaitan antara riset mahasiswa dan dosen. Salah satu program yang ingin diadaptasi untuk mencapai kolaborasi tersebut adalah research day dan research week yang tersedia dalam platform digital Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Kemarin kami juga berdiskusi soal research day dan research week, agar riset yang dilakukan mahasiswa bisa saling bersinergi dengan klaster riset dari masing-masing dosen.” Tandasnya.

Dari Palembang rombongan UNSRI diwakili oleh Rindang Senja Andarini, S.I.Kom., M.I.Kom, Harry Yog Sunandar, S.IP., M.I.Kom, dan Miftha Pratiwi, S.I.Kom., M.I.Kom.

Sementara dari Prodi Komunikasi UII hadir pula Sekretaris Prodi yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A, Kepala Laboratorium Dr. Zaki Habibi, serta Koordinator Penjaminan Mutu Tingkat Fakultas (2022-2023) yakni Narayana Mahendra Prastya, S.Sos., M.A.

Informasi lengkap terkait kurikulum Prodi Ilmu Komunikasi UII dapat diakses melalui link berikut:

https://communication.uii.ac.id/program-studi/

Mahasiswa baru

Mahasiswa baru dituntut cepat beradaptasi dengan lingkungan sosial yang berbeda dari masa sebelumnya. Untuk bisa bertahan dan berhasil dalam menyelesaikan study diperlukan berbagai skills yang mendukung proses tersebut.

Keberhasilan menempuh pendidikan di perguruan tinggi nyatanya tidak cukup dengan kecerdasan intelektual (IQ) saja, namun perlu keseimbangan kecerdasan emosional (EQ) serta kercedasan transcendental (TQ).

Terbukti dari beberapa mahasiswa yang gagal dan terancam DO, beberapa diantaranya bukan karena tidak pintar melainkan karena cara berkomunikasi yang kurang tepat dengan dosen pembimbing, motivasi belajar yang rendah, hingga minimnya kemampuan sosial.

Berikut beberapa keterampilan yang penting dimiliki mahasiswa baru agar sukses menjalani masa study yang dirangkum dari berbagai sumber:

1. Public Speaking

Kemampuan public speaking nampaknya menjadi prioritas teratas bagi mahasiswa untuk mencapai kesuksesan di dunia akademik. Selain kepercayaan diri, bertutur kata dengan struktur yang tepat membuat seseorang berhasil dalam presentasi di depan audiens. Mahasiswa Ilmu Komunikasi tentu tak asing dengan keterampilan ini, salah satu mata kuliah Pengantar Public Relations adalah wadah paling tepat untuk mengembangkan keterampilan public speaking.

2. Komunikasi Tertulis

Tak hanya lihai dalam menulis paper tugas, mahasiswa perlu menguasai komunikasi tertulis. Hal ini berkaitan dengan penulisan pesan dan surat formal. Ketika menulis email yang ditujukan kepada institusi berkaitan dengan kebutuhan administrasi akademik tentu bahasa formal serta salam pembuka akan menunjukkan jika seorang mahasiswa memiliki etika yang baik.

Hal lain yang kerap dianggap sepele adalah chat kepada dosen, untuk melakukan janji misalnya mahasiswa harus pandai memilih kata yang tepat. Jika ingin menutarakan pendapat sampaikan secara singkat namun akurat. Secara umum cara paling umum adalah dengan memberi salam dilanjutkan dengan menyebutkan identitas, maksud dan tujuan, dan diakhiri dengan ucapan terimakasih.

3. Bahasa Asing

Menguasai bahasa asing akan membawa mahasiswa mencapai beberapa peluang. Misalnya kemampuan bahasa Inggris. Tak hanya sebagai dokumen syarat kelulusan semata, lihai berbahasa Inggris akan menguntungkan bagi mahasiswa yang tertarik terlibat dalam berbagai international program, student exchange, hingga symposium international.

4. Literasi Digital

Mahasiswa baru tahun ini hampir seluruhnya adalah Gen Z, artinya mereka adalah native digital. Maka kemampuan literasi digital adalah kunci utama. Selain lihai mengoperasikan segala jenis media sosial, literasi digital yang mumpuni mulai dari menemukan, mengevaluasi, dan menyusun informasi adalah hal yang mestinya harus dikuasai. Selain itu bijak bermedia serta etika menggunakan media sosial perlu perhatian khusus, mengingat semua hal bisa dengan mudah viral. Jika tidak menguasai hal tersebut, maka hal tersebut juga kan mempengaruhi reputasi mahasiswa dalam perjalanan akademik.

5. Manajemen Keuangan

Hidup jauh dari orang tua memaksa mahasiswa cerdas dalam mengelola keuangan. Usahakan membuat daftar prioritas untuk membelanjakan uang dengan bijak. Literasi keuangan tidak diajarkan pada ruang kelas, sehingga mahasiswa perlu mempelajarinya secara mandiri dengan berbagai referensi. Jika tidak ditangani dengan baik masalah keuangan bisa menjadi salah satu faktor yang mengganggu proses penyelesaian study.

Itulah deretan keterampilan sederhana namun perlu dimiliki mahasiswa, apakah sudah menerapkan keterampilan tersebut Comms?

Communication skill

Berseliweran di berbagai media online terkait artikel yang menyebutkan jika jurusan Ilmu Komunikasi adalah pilihan yang tepat untuk seseorang yang “tidak pintar”.

Terkait kata “tidak pintar” menurut KBBI VI Daring, pintar berarti pandai, cakap, banyak akal hingga mahir melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sementara tidak adalah bentuk penolakan dan penyangkalan.

Padahal salah satu kemampuan yang menentukan kesuksesan dalam dunia kerja adalah Communication Skill dan tentu saja menjadi kunci utama jurusan Ilmu Komunikasi.

Menurut HubEngage sebuah Perusahaan Business Cloud Communications yang berlokasi di Cambridge menyebut jika keterampilan komunikasi di ruang kerja tidak hanya penting untuk menjaga hubungan baik antara karyawan dan manajemen tapi juga menjadi peran kunci produktivitas dan efisiensi sehingga menentukan keberhasilan sebuah bisnis dan unggul dalam persaingan.

Salah satu mahasiswa Internasional Program Ilmu Komunikasi yang telah lulus beberapa bulan lalu yakni Suwaibah Mataeha, menyebut jika mengenyam pendidikan empat tahun di jurusan Ilmu Komunikasi telah mempertemukan dirinya dengan orang-orang yang open minded.

Tak hanya itu, bagi seorang mahasiswa asing dari Thailand, tentu kendala komunikasi menjadi persoalan besar. Namun dengan ilmu yang diperoleh ia bahkan mampu bernegosiasi dengan klien yang dihadapinya.

“Bukan tidak pintar, menurutku banyak orang-orang yang kreatif cenderung berpikir terbuka di jurusan Ilmu Komunikasi. Ilmu yang bisa kudapat jadi memudahkan untuk kerja dengan banyak orang, kolaborasi semakin mudah. Selain itu communication skill yang saya memiliki sangat mendukung dalam pekerjaan saya di bidang desain grafis dan edit video, antara saya dan klien negosiasi berjalan sesuai rencana,” jelasnya.

Cerita menarik datang dari Arsila Khairunnisa mahasiswa Ilmu Komunikasi UII yang tengah mengerjakan skripsi, ia menerangkan jika banyak teman-temannya yang masuk jurusan ini lantaran belum tahu tujuan setelah study. Dugaan inilah yang membuatnya mengira jika asumsi “tidak pintar” menjadi ungkapan untuk jurusan Ilmu Komunikasi.

“Memang banyak sekali saya menemukan teman-teman yang berujung memilih komunikasi karena mereka tidak tau harus memilih jurusan apa dan tidak mengerti apa yang menjadi potensi diri mereka sehingga mereka memilih komunikasi dengan harapan bahwa jurusan ini akan mudah di pelajari dan mudah untuk mereka gapai,” ujar Arsila.

Bagi dirinya yang sedari awal memang memilih jurusan Ilmu Komunikasi, nyatanya banyak hal yang membuatnya membaca peluang begitu luas. Tak hanya itu dinamisnya Ilmu Komunikasi mampu beradaptasi dengan berbagai tren yang terjadi pada kehidupan sosial.

“Terkait statement bahwa jurusan komunikasi itu adalah jurusan bagi mereka yang ingin santai dan tidak mau capek belajar itu sangat salah. Karena nyatanya kita belajar untuk bisa menguasai soft skill dan hard skill yang sangat dibutuhkan bagi hampir semua sektor perusahaan bahkan hampir semua profesi pekerjaan. Justru berkuliah di komunikasi membuat kita bisa lebih tanggap akan hal-hal baru dan kekinian, sehingga kita dituntut kreatif dan adaptable,” tambahnya.

Sementara terkait pernyataan communication skill sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang di dunia kerja ternyata banyak pula dibahasa diberbagai dunia, salah satunya University of Southern California dalam artikel berjudul “Why Is Effective Communication Important to Career Success?” menyebut beberapa poin penting antara lain Communication skill yang penting untuk kesuksesan karier, mitigasi konflik, mengidentifikasi dan membangun keahlian komunikasi spesifik, menerapkan rencana komunikasi, pentingnya komunikasi untuk remote team, mengembangkan keterampilan untuk kesuksesan, hingga komunikasi dengan C-Level professional.

Communication skill ternyata tak hanya tentang mampu berkomunikasi dengan efektif (kemampuan menyampaikan informasi dan ide secara ringkas dan akurat), namun mampu menciptakan lingkungan tim yang positif. Mengutip dari laman Leadership Choice sebuah penyedia jasa training di Mesa, Amerika menyebut jika komunikasi adalah bagian integral dari penjualan, hubungan dengan klien, pengembangan tim, budaya perusahaan, keterlibatan dan dukungan karyawan, serta pemikiran yang inovatif.

Bagaimana pendapatmu soal ini Comms, kira-kira bagaimana pengalamanmu kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Peluang kerja jurusan Ilmu Komunikasi

Memilih jurusan Ilmu Komunikasi ternyata memiliki peluang pekerjaan yang menjanjikan bagi Gen Z. Bukan tanpa alasan, digitalisasi menjadi salah satu faktor yang memperluas peluang. Hampir semua konten yang kita konsumsi di internet bisa dikerjakan oleh lulusan sarjana Ilmu Komunikasi.

Lantas apa saja peluang pekerjaan lulusan sarjana Ilmu Komunikasi yang relate dengan karakter Gen Z?

Berdasarkan data dari Kemdikbud, Gen Z adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012. Artinya Gen Z adalah mereka yang saat ini berusia 11 hingga 26 tahun. Gen Z juga disebut sebagai masyarakat digital, mereka telah terpapar internet, jejaring seluler sejak dini. Hal ini membentuk generasi hiperkognitif yang nyaman mencari referensi dari berbagai sumber baik pengalaman virtual maupun offline. Hal ini juga mempengaruhi kecenderungan Gen Z terkait jenis pekerjaan yang akan dipilih.

Riset yang dilakukan Deloitte menyebutkan bahwa Gen Z menyukai pekerjaan yang fleksibel dan dapat dikerjakan kapanpun dan di manapun tanpa harus pergi ke kantor. Tak hanya itu, Gen Z menyukai pekerjaan yang dinamis dan banyak tantangan.

Ternyata, kemungkinan-kemungkinan pekerjaan yang tak perlu dilakukan di kantor sangat relate dengan beberapa skill yang didapatkan jika Anda mengambil jurusan Ilmu Komunikasi.

Hal ini dikonfirmasi oleh Iven Sumardiyantoro, salah satu Gen Z yang berprofesi sebagai videographer. Ia menyebut banyak side job yang dikerjakan berbekal dari skill yang didapatkannya selama berkuliah jurusan Ilmu Komunikasi.

“Gen Z tipe bosenan menurutku karena suka tantangan dan hal baru tidak bisa stay di satu tempat, tapi saya tipe yang loyal. Rata-rata Gen Z kerjaannya freelance dan banyak side job. Aku videographer dan editor, aku kerja kantoran dan punya side job,” ungkap Iven.

Pemuda 26 tahun itu cukup percaya diri mengambil berbagai side job karena benar-benar relate dengan keterampilan yang dimilikinya.

Relate banget (dengan jurusan Ilmu Komunikasi) Gen Z itu generasi yang ekspresif cocok banget sama ilmu komunikasi dengan dunia digital,” tambahnya.

Sosok Gen Z lain yang setuju dengan pernyataan tersebut adalah Zaidan yang berprofesi sebagai graphic designer. Ia berani mengambil pekerjaan di luar jurusan semasa kuliah karena merasa tertarik. Memulai dari dasar dan banyak belajar dengan beberapa temannya yang berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi untuk mengembangkan skill.

“Saya desainer grafis, mengambil bidang ini yang di luar jurusan karena tertarik dengan dunia editing. Skill justru banyak saya dapatkan dari teman-teman di jurusan Ilmu Komunikasi yang fokus pada bidang minat kreatif. Dengan minat ini saya juga merasa mudah berkembang, selain itu skill ini ternyata banyak dibutuhkan. Jadi saya tidak salah pilih,” sebut pemuda 23 tahun itu.

Secara umum, beberapa jurusan Ilmu Komunikasi akan mempelajari Public Relations (PR), Jurnalistik, Kajian Media, dan Media Kreatif. Lantas pekerjaan apa saja yang menjadi peluang emas bagi Gen Z lulusan sarjana Ilmu Komunikasi?

  1. Digital Content Producer

Sepertinya profesi ini menduduki posisi pertama yang cocok bagi Gen Z setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Pesatnya platform digital menuntut semua organisasi merekrut digital content producer. Outputnya adalah produksi konten untuk website, media sosial, hingga materi pemasaran.

Pekerjaan yang dilakukan digital content producer:

  • Riset audiens
  • Kerja kolaboratif dengan semua creator
  • Membuat konten digital
  • Mengedit dan mengoreksi
  • Memelihara dan memperbarui sistem manajemen konten

Dalam sistem kerja yang dibangun digital content producer keterampilan fotografi, videografi, penulisan, hingga desain menjadi penunjang utama.

  1. Copywriter dan Content Writer

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi tentu tidak akan asing dengan pekerjaan ini. Skill menulis yang didapatkan selama masa kuliah akan sangat berguna. Menjadi copywriter maupun content writer membutuhkan ide dan kreativitas yang tinggi. Namun, Anda tak akan bosan karena pekerjaan ini bisa dikerjakan di mana saja. Profesi ini sangat dibutuhkan oleh agensi pemasaran, media, perusahaaan, dan organisasi lainnya.

Pekerjaan yang dilakukan copywriter dan content writer:

  • Menulis naskah dengan menarik
  • Edit dan proofread
  • Menciptakan keunikan brand lewat tulisan
  • Riset audiens dan topik
  • Riset SEO
  • Kolaborasi dengan desain grafis dan divisi pemasaran

Pekerjaan ini menuntut Gen Z untuk cepat beradaptasi, detail dan kreatif, serta memiliki jiwa riset yang tinggi.

  1. Social Media Manager

Secara umum pekerjaan ini termasuk pendatang baru dalam dunia komunikasi karena perkembangan media dan digitalisasi. Social media manager bertanggung jawab mengkurasi seluruh platform media social suatu perusahaan ataupun organisasi.

Pekerjaan yang dilakukan social media manager:

  • Memantau, memoderasi, dan menanggapi komentar audiens
  • Mengelola kemitraan media social
  • Kampanye pemasaran digital multi-platform
  • Menganalisis dan mengatur strategi media sosial

Bagi Gen Z yang tertarik dengan pekerjaan ini tentu sangat relevan, kebiasaan memantau media sosial bisa menjadi modal besar. Selain sistem kerja yang kolaboratif, pekerjaan ini juga membutuhkan skill riset audiens. Tenang, pekerjaan ini cukup fleksibel dikerjakan di mana saja.

  1. Bidang Public Relations (PR)

Public Relations (PR) adalah bagian penting yang ada pada setiap organisasi dan bekerja sebagai pemecah masalah dan bertindak cepat dalam menangani krisis yang terjadi pada sebuah organisasi. Menjadi PR sangat tepat bagi Gen Z yang mudah bosan dan menyukai tantangan. Profesi PR dibutuhkan pada sektor pemerintah, perusahaan, media dan LSM.

Pekerjaan yang dilakukan PR:

  • Menjalin dan menjaga hubungan dengan para stakeholder organisasi
  • Merancang dan mengembangkan materi media
  • Manajemen acara
  • Mengevaluasi opini publik
  • Mengelola masalah dan krisis organisasi.

Menjadi PR artinya harus percaya diri untuk tampil di depan publik serta mengikuti perkembangan dan tren media.

Demikian beberapa peluang pekerjaan yang cocok bagi Gen Z setelah mendapat gelar sarjana Ilmu Komunikasi. Kira-kira tertarik yang mana nih?

 

Penulis: Meigitaria Sanita