Tag Archive for: IP

Time management

Graduating from school to university presents both excitement and challenges. School life offers structured schedules, guidance from parents and teachers, while university life offers freedom, independence, and responsibility, requiring students to learn crucial skills.

During their first year, students should develop time management and goal-setting skills to balance personal and academic lives, create direction, and avoid feeling overwhelmed.

First-year students usually struggle with the new demands of university life. It is challenging for them to manage their time effectively between classes, study, do extracurriculars, and manage their personal lives; moreover, these students who still have not developed any kind of skills usually spend their time on unimportant tasks and then end up stressing about the delayed ones. To navigate these obstacles and have a smoother university life, students should start working on their fundamental soft skills and focus more on the two main skills.

The importance of time management:

A big workload and no clear structure make managing time essential, especially during the first year. “Time management is the process of planning, organizing, and prioritizing tasks and activities to make the best use of your time. It involves setting goals, creating schedules, and making conscious choices about how to allocate your time to various tasks and responsibilities”. Students who use their time wisely will be able to finish tasks without hurrying at the last minute and keep up with their class while also making time for hobbies, friends, and rest, leading to a balanced university life.

Time-blocking is one of the effective techniques for time management; it involves focused work periods followed by breaks. For example, a student may set aside two hours each day to study and take brief breaks to unwind. This method helps keep focus and prevents tiredness. As a first-year student, this method was a turning point for me. It effectively helped me to set my priorities right and have enough time to finish my list without stressing.

Why Goal Setting is Essential:

Goal setting is a skill that involves identifying a specific target or outcome, breaking it down into smaller, manageable tasks, and setting a timeline. It also plays a significant role as an aspect of time management and as a fundamental soft skill. It increases motivation and

Based on the workshop “Goal Setting & Time Management” delivered by Miss Wanadya Ayu Krishna Dewi on October 28, I learned about the SMART method. This approach to setting goals involves making sure that each goal is:

  1. Specific: Clearly defining what you want to achieve.
  2. Measurable: Ensuring there are criteria to track progress and completion.
  3. Achievable: Setting realistic goals within your reach.
  4. Relevant: Aligning goals with your broader objectives and values.
  5. Time-bound: Having a clear deadline or timeframe for each goal.

This workshop provided me with practical tools for goal setting and time management, which I can apply in my personal and professional life.

University is a place where students can turn their challenges into opportunities, but this transformation occurs when they are dedicated to improving their experience. They should view it as a chance for personal growth and to build a successful future for themselves.

 

Written by: Thrya Abdulraheem Motea Al-aqab

Edited by: Meigitaria Sanita

International conference

Salah satu mahasiswa International Program (IP) Ilmu Komunikasi UII, Muhammad Fathurrahman Prima Sakti telah bergabung pada forum internasional bertajuk International Youth Inclusive Symposium and Leadership Camp (IYISLC) 2024, di Kuala Lumpur, Malaysia pada 29 Agustus hingga 1 September 2024.

Perhelatan IYISLC 2024 mengambil tema Space for All: Promoting Inclusive Youth Leadership, dalam kesempatan tersebut Sakti menyampaikan risetnya terkait gender dalam media di Indonesia ‘Analysis of Gender Equality in The Perspective of Javanese Culture at Kedaulatan Rakyat and Harian Jogja’.

Kesetaraan gender dan inklusi sosial di Indonesia dalam riset tersebut disuarakan agar mampu memberikan pemahaman yang lebih luas. Sementara hasil diskusi nantinya akan menghasilkan pemikiran bahkan kebijakan yang inovatif dalam mengentaskan persoalan-persoalan yang terjadi.

“Menuntaskan problem representasi merupakan perjalanan panjang yang perlu dilakukan dengan pendekatan interdisipliner yang holistik. Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman komprehensif terkait fenomena sosial yang kompleks, membantu proses identifikasi akar masalah, dan menghadirkan solusi yang inovatif. Dalam upaya ini, partisipasi intelektual muda amat diperlukan,” ujar Sakti.

Forum internasional tersebut diikuti oleh pemuda anggota ASEAN dengan segmentasi usia 15-25 tahun yang tertarik dalam bidang riset, pendidikan, pengabdian masyarakat, dan kebijakan publik.

Tak hanya mendiskusikan hasil risetnya, para delegasi mengikuti berbagai rangkaian kegiatan mulai dari coaching clinik, focus group discussion, hingga terjun langsung dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Sekolah Lingkungan – Refugee Camp Kuala Lumpur.

Pengalamannya dalam forum internasional memberikan banyak insight, selain bertemu teman baru dan menjalin relasi dari berbagai negara, ia juga mendapat perspektif yang luas dan segar.

Sebagai pemuda Sakti juga memberikan pesan sederhana untuk teman-teman lainnya, terkait bagaimana mengtaskan tanggung jawab serta bagaimana mengambil peluang.

“Finished what you already started. So, start it right now and grab what you want,” pungkasnya.

P2A

Passage to ASEAN (P2A) 2024 bertajuk AWARE: Exploring Digital Culture and Urban Environment in Creative Ecosystem telah berlangsung dengan seru. Kegiatan ini melibatkan dua institusi pendidikan yakni International Program (IP) Prodi Ilmu Komunikasi UII bersama SCIMPA Universiti Utara Malaysia (UUM). Terdapat berbagai agenda menarik yang dilakukan dalam perjalanan dua negara di Indonesia dan Malaysia.

Inbound program mengambil latar di Yogyakarta, Provinsi yang kaya budaya tak akan habis dieksplorasi hanya dengan waktu satu pekan. Inbound berlangsung selama lima hari sejak 20 hingga 24 Agustus 2024. Peserta dari dua negara memiliki misi untuk menyelesaikan berbagai tugas pada setiap sesinya.

Tak hanya bersenang-senang keliling dua negara, program P2A memiliki prinsip Project Based Learning (PBL) dimana setiap delegasi berkesempatan meningkatkan hard skill dan soft skill untuk membuat berbagai karya dan konten melalui media. Selain itu mereka juga ditantang untuk bekerja sama dalam tim dengan berbagai perbedaan karakter dan budaya.

Dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII, Qurotul Uyun menyebut jika tema yang diangkat tahun ini menarik dan sesuai dengan beberapa masalah yang terjadi di Yogyakarta.

“Konsisten dilakukan setiap tahunnya, artinya ada komitmen antara dua belah pihak. Saya sangat mengapresiasi hal ini. Sementara isu yang diangkat, khususnya lingkungan di Yogyakarta ini sangat relate. Isu ini memang membutuhkan perhatian dari kita semua,” ujarnya dalam speech yang di gelar di Auditorium FPSB, (21/08).

Pada kesempatan yang sama Kaprodi Ilmu Komunikasi, Iwan Awaluddin Yusuf menyambut para delegasi dari SCIMPA UUM dengan pantun. Memiliki kedekatan budaya Melayu, pantun mampu mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal dan kesamaan identitas dua negara.

“Dari Kedah terbang ke Jogja. Mengikuti perjamuan di UII. Hati merekah datang ke acara Passage to Asean. Semoga persahabatan abadi hingga nanti,” ujarnya.

Disambut dengan hangat, perwakilan yakni Syamsul Hirdi Bin Muhid, selaku Deputy Dean (Student Affairs and Alumni) UUM mengaku lega dan seperti mengunjungi keluarga sendiri.

“Our first day it has been very, actually you know describe we feel. And we feel we are coming back to home and we are coming to our family,” ujarnya.

Program Inbound di Yogyakarta

Sesuai dengan tema yang AWARE: Exploring Digital Culture and Urban Environment in Creative Ecosystem semua program yang dirancang khusus oleh IP Ilmu Komunikasi UII bersama tim fokus dengan eksplorasi budaya di Yogyakarta, khususnya wilayah perkotaan. Tak hanya itu, budaya digital serta ekosistem kreatif di sekitarnya juga tak luput dari perhatian.

Selama pelaksanaan program, delegasi dari SCIMPA UUM didampingi oleh buddies yang berasal dari mahasiswa Ilmu Komunikasi UII. Mereka membentuk beberapa tim untuk saling aktif berdiskusi selama program berlangsung

Campus Tour

Herman Felani, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi mengajak para delegasi mengelilingi lingkungan kampus UII. Beberapa gedung yang disambangi adalah FPSB, FIAI, dan sekitarnya. Herman menjelaskan secara detail mulai dari sejarah hingga gaya arsitekturnya.

Tak terlewatkan, Gedung Mohammad Hatta adalah tujuan utama. Perpustakaan pusat ini memiliki koleksi yang beragam hingga arsitekturnya yang tak biasa ternyata menyimpan sejarah dan peradaban yang sangat kaya. Di sana terdapat museum yang berisi informasi sejarah UII, sisi kanan berbagai artefak administrasi, bagian tengah berbagai benda bersejarah milik rektor pertama UII, KH Abdul Kahar Muzakkir. Dan sisi kiri dipenuhi dengan visual sejarah perjalanan UII.

Sementara, hal menarik lain adalah bangunan Candi Kimpulan yang tak sengaja ditemukan saat pembangunan perpustakaan tahun 2009 lalu. Candi bercorak Hindu ini sejajar dengan keberadaan Masjid Ulil Albab UII. Menambah nilai kergaman dalam sejarah budaya dan agama di wilayah Jawa.

Sejarah lengkap Candi Kimpulan dapat diakses melalui laman berikut:

https://library.uii.ac.id/candi/

Urban Walking Workshop

Tak hanya jalan-jalan di pusat kota, Urban Walking Workshop ini menggunakan sensory method. Zaki Habibi, dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII sebagai fasilitator dalam workshop tersebut menekankan bahwa dalam jalan-jalan itu menekankan penggunaan seluruh indra untuk mengeksplorasi pengalaman perjalanan itu.

Dimulai dari Tugu Golong Gilig (Tugu Yogyakarta) pada pukul 08.00 WIB kemudian melanjutkan perjalanan melalui jalan utama Kota Yogyakarta yang masuk dalam bagian situs UNESCO World Heritage: mulai dari jalan Margo Utomo, Mangkubumi, melewati rel kereta, kemudian berakhir di Jalan Malioboro. Jarak perjalanan kurang lebih sejauh 2.5 kilometer.

Photography Workshop

Mengambil latar di Ledok Sambi, photography workshop berlangsung pada 22 Agustus 2024 dipandu oleh Hardoyo, dosen sekaligus praktisi bidang fotografi dan desain grafis. Sebelum menerjunkan para delegasi untuk hunting foto di alam, Hardoyo menjelaskan sejarah bagaimana Ledok Sambi yang merupakan desa wisata inisiasi warga hingga budayanya.

Hasil jepretan dari delegasi UII dan UUM akhirnya direview satu per satu. Salah satu yang disampaikan terkait teknik mengambil foto adalah membuat komposisi yang tepat.

“Dalam mengambil foto kita harus berani untuk mendekati objek, agar angle dan komposisi lebih pas dan tidak ambigu,” ujar Hardoyo.

Cultural Night

Ini merupakan program terakhir yang berlangsung di Hotel Cakra Kembang. Program penutup tersebut menampilkan dua pertunjukan dari UUM dan UII. Diawali dengan makan malam yang hangat, kemudian acara dilanjutkan dengan pertunjukan kedua negara.

Delegasi UUM menampilkan tarian dan lagu-lagu Melayu, lengkap dengan pakaian adat yakni baju kurung. Sementara, dari UII menampilkan teater dengan cerita modern atas fenomena viral di media sosial.

Penulis: Meigitaria Sanita

Lomba

Salah satu mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII, Nandita Faiza meraih juara 2 dalam kompetisi Qiroatus Syi’ir tingkat nasional pada bulan Juni 2024.

Mahasiswa International Programme (IP) angkatan 2022 tersebut berkesempatan mengikuti kompetisi bertajuk Gelanggang Kreasi Dunia Arab Berprestasi (GRADASI) yang dihelat oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Kompetisi yang dihelat selama empat hari sejak 10 Juni hingga 13 Juni 2024 itu bertujuan untuk menggali, mengembangkan, dan mengapresiasi bakat dan kemampuan mahasiswa dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan bahasa dan budaya Arab berskala nasional.

Qiroatus Syi’ir merupakan lomba puisi bahasa Arab yang masuk kategori seni dan sastra. Diikuti oleh 43 peserta dari berbagai provinsi membuat kompetisi semakin ketat. Meski awalnya sempat ragu, Nandita akhirnya mampu meraih juara 2.

“Lomba Qiroatus Syi’ir atau bisa dibilang Lomba Membaca Syi’ir Arab yang saya ikuti ini merupakan salah satu cabang lomba seni, meskipun begitu, kompetisi yang saya rasakan di sini amat terasa, terlihat dari semangat masing-masing peserta yang hadir dari berbagai daerah. Menurut saya, keberhasilan saya pada lomba ini tidak luput dari ilmu yang saya dapatkan sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi sekaligus santri dari Pondok Pesantren UII,” ujar Nandita.

Salah satu faktor paling penting dalam lomba Qiroatus Syi’ir ini adalah bagaimana menyampaikan makna dalam teks dengan ekspresi yang meyakinkan.

“Saya belajar bagaimana caranya supaya saya dapat menyampaikan makna yang terkandung dalam syi’ir melalui ekspresi, mimik, nada bicara dan gaya yang saya miliki sehingga berhasil menyentuh hati,” tambahnya.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Ikut Lomba Qiroatus Syi’ir?

Praktisnya, mahasiswa Ilmu Komunikasi memang fokus belajar soal media, jurnalisme, dan PR. Lantas apakah kompetisi ini relate dengan bidang ilmu yang dipelajari?

Nandita mengakui jika ini menjadi tantangan bagi dirinya, selain fokus dengan ekspresi dalam pembacaan teks ia menyadari bahwa itu bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan.

“Para pendengar dan pemirsanya, termasuk dewan juri, panitia, dan juga semua hadirin yang ada di tempat yang bisa jadi tidak semua dari mereka memahami makna bahasa yang saya ucapkan,” ujarnya lagi.

Menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, salah satu mata kuliah yang membawanya mengubah cara berfikir dalam membaca teks adalah tentang ilmu semiotik. Ilmu ini mempelajari mitos dan metafora termasuk tanda, kode, dan makna.

Sehingga hal-hal detail cukup menjadi perhatian bagi Nandita, termasuk kostum yang ia kenakan dalam kompetisi tersebut.

“Pada saat persiapan, saya fokus pada beberapa aspek mulai dari pelafalan, kelancaran, hingga pakaian yang saya gunakan nanti sehingga dapat menggambarkan apa yang terkandung dalam isi Syi’ir yang saya bawa, mungkin terlihat sepele tapi ternyata untuk sampai bisa memikirkan hal sedetail itu perlu yang namanya ilmu dan saya merasa bisa sampai di titik yang memikirkan hal itu setelah mempelajari ilmu semiotik yang saya dapatkan pelajarannya di Ilmu Komunikasi, yang kemudian mengubah pandangan saya dan membuat saya lebih kritis dalam memaknai setiap hal yang saya lihat,” tandasnya.

Internasional program

Kegiatan internasional sangat menarik untuk dicoba oleh mahasiswa. Selain memberikan pengalaman berharga seperti jalan-jalan ke luar negeri, kegiatan ini bisa menjadi kesempatan emas untuk membangun relasi bagi mahasiswa.

Penting sekali menjadi mahasiswa yang berhasil dalam segi akademis dengan meraih indeks prestasi (IPK) tinggi, namun juga perlu diimbangi dengan wawasan global di tengah-tengah era Society 5.0. Salah satu cara menambah wawasan global adalah dengan mengikuti kegiatan internasional.

Melansir dari laman Study Abroad Sholarships, setidaknya ada beberapa manfaat yang akan didapat mahasiswa dengan mengikuti kegiatan internasional yang akan berdampak terhadap masa depan.

Pertama meningkatkan creative thingking. Pengalaman bersosialisasi dengan rekan-rekan di negara lain dengan perbedaan budaya tentu punya tantangan tersendiri. Berkomunikasi dengan orang-orang dengan latar budaya yang berbeda akan memberikan dampak positif mulai dari proses pendewasaan mental dalam menyelesaikan masalah dengan pemikiran kreatif.

Kedua pengembangan social skill dan leadership. Mengikuti kegiatan internasional mahasiswa tentu akan mendapatkan pendamping atau staf professional yang mengatur kegiatan. Fasilitas ini akan membuat mahasiswa mampu mengembangkan gaya kepemimpinan, kerja sama tim, serta keterampilan komunikasi.

Ketiga meningkatkan rasa percaya diri. Berani mengikuti kegiatan internasional artinya mampu keluar dari zona nyaman. Dengan lingkungan baru, kegiatan menarik, dan pengalaman menginspirasi tentu akan mengembangkan citra positif pada diri mahasiswa. Hal ini sangat berdampak terhadap kepercayaan diri, harga diri, dan aspek pengembangan diri lainnya.

Keempat menambah wawasan. Mahasiswa akan mempelajari banyak hal selama kegiatan internasional. Bagi yang berkesempatan ke luar negeri akan mendapat banyak pengetahuan tentang budaya serta isu-isu negara yang dikunjugi.

Terakhir membangun relasi, banyaknya rekan yang ditemui tentu akan memberikan keuntungan yang berdampak pada masa depan. Dengan relasi yang terbangun maka akan mempermudah mahasiswa mendapat informasi seperti kesempatan studi di luar negeri di masa depan serta kesempatan-kesempatan emas lainnya.

Lantas apa saja jenis kegiatan internasional yang dapat diikuti oleh mahasiswa? Berikut informasi selengkapnya.

  1. Student Exchange dan Short Course

Student exchange adalah program yang memberikan peluang bagi mahasiswa untuk menjalani perkuliahan di universitas lain termasuk di luar negeri. Biasanya student exchange adalah bentuk kerja sama antara pihak universitas atau departemen.

Sementara short course adalah kuliah dengan durasi singkat yang dilakukan pada musim panas maupun musim dingin oleh beberapa universitas di luar negeri. Biasanya program ini dilakukan paling singkat 1 minggu bahkan 2 tahun.

  1. Volunter Internasional

Salah satu kegiatan internasional yang perlu dicoba adalan volunter internasional. Mahasiswa dapat bergabung untuk melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan. Salah satu volunter internasional yang bisa dicoba adalah program dari AIESEC yang fokus pada proyek sosial dan lingkungan di seluruh dunia.

  1. Konferensi Internasional

Mendaftar pada konferensi internasional cocok bagi mahasiswa yang gemar menulis paper ilmiah. Konferensi internasional adalah forum intelektual yang mempertemukan para akademisi, praktisi, dan mahasiswa untuk membahas atau mengkaji isu terkini.

Pastikan isu atau tema yang dipilih sesuai dengan konferensi international yang diselenggarakan agar paper yang ditulis diterima oleh penyelenggara.

  1. Magang Internasional

Biasanya magang diikuti mahasiswa semester akhir sebagai salah satu syarat kelulusan. Sementara untuk magang internasional dapat dilakukan melalui kerja sama departemen dengan perusahaan internasional yang dituju.

Magang internasional merupakan program kerja yang memungkinkan mahasiswa atau profesional muda dari satu negara ke negara lain dengan bimbingan dari institusi dan perusahaan yang dituju.

  1. Delegasi Mahasiswa

Terkahir, menjadi delegasi atau perwakilan mahasiswa dalam organisasi internasional. Beberapa organisasi internasional yang dapat diikuti adalah MUN, AIESEC, YSEALI, IAAS, dan lainnya.

Dengan menjadi delegasi mahasiswa dalam organisasi internasional yang dilakukan di berbagai negara akan meningkatkan kemampuan diplomasi, memahami isu-isu global, hingga pengambilan keputusan global.

Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi UII, ada banyak program internasional yang kini tengah berjalan, seperti exchange program di Universitas Utara Malaysia, P2A atau Pasaage to Asia, IISMA dan banyak program lainnya. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada laman Instagram @ip.communication.uii.

Kira-kira kamu tertarik mengikuti kegiatan internasional yang mana, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Being part of the IISMA (Indonesia International Student Mobility Award) Awardee is the dream of many Indonesian students nowadays. Listening to stories of the awardee’s journey and process while studying abroad will increase their enthusiasm to be part of IISMA. What Nadira’s journey was like when studying at Leeds University and how she got through has been much awaited by many students.

The theme for the teatime on 11 March 2022 reviews Nadira Muthia Supadi’s journey from preparation to the study process in the UK. Nadira is one of the students from the International Program of Communication Department at the Universitas Islam Indonesia (UII) who successfully passed the IISMA and studied at Leeds University in the United Kingdom.

Preparations to Avoid Culture Shock

Nadira talks about her preparations before she left for London, UK. Before leaving, she searched for articles about life in the UK (England). She did this so that later She would not be surprised by all the culture and way of life in the UK, which is very different from the way of life in Indonesia. She also prepared himself not to carry many things. “I only bring important things. Bring only a little stuff. Remember, I go there alone, and I have to bring all the stuff myself,” Nadira advised, remembering her previous trip preparations.

What she only know is how to behave in a place far from home. How to prepare to avoid all the culture shock. Prepare all of them in a simple way only. Conversely, what Nadira wants to say is don’t bother yourself. You are not in your hometown.

Nadira did not experience too many difficulties in the UK because she had prepared before departure. “I’m quite ready there. I’ve prepared a lot of tips for this and that. If you have to travel, how should you travel? So be more prepared for that.”

Even so, Nadira admitted that she still faced obstacles after arriving there. “I have to adapt again,” said Nadira.

Even though she has good English skills and is used to speaking foreign languages, Nadira still has to get used to speaking with English people whose words are sometimes difficult for her to understand. “In the beginning, sometimes I didn’t understand what they were talking about. It’s not clear,” Nadira said when she faced several people whose accents and vocabulary pronunciations weren’t very familiar.

Menjadi bagian dari IISMA (Indonesia International Student Mobility Award) Awardee adalah impian banyak mahasiswa Indonesia. Mendengarkan cerita perjalanan dan proses awardee saat kuliah di negeri orang akan meningkatkan gairah mereka untuk menjadi bagian dari IISMA. Seperti apa perjalanannya Nadira saat Kuliah di Leeds University dan bagaimana dia bisa menembus sudah banyak ditunggu oleh banyak mahasiswa.

Tema teatime pada 11 Maret 2022 ini mengulas perjalanan Nadira Muthia Supadi dari persiapan hingga proses belajar di UK. Nadira adalah salah satu mahasiswa International Program of Communication Department Universitas Islam Indonesia (UII) yang berhasil lolos untuk mengikuti IISMA ke Leeds University of United Kingdom.

Persiapan Menghindari Culture Shock

Nadira bercerita tentang persiapannya sebelum ia berangkat ke London UK. Sebelum berangkat ia banyak mencari artikel tentang kehidupan di UK (Inggris). Hal ini ia lakukan agara ia nantinya tidak kaget dengan semua kultur dan cara hidup di UK yang berbeda jauh dengan cara hidupnya di Indonesia. Ia juga mempersiapkan diri untuk tidak membawa barang banyak, “aku sih bawa barang yang penting aja. Jangan bawa barang banyak. Ingat, kalau aku kesana sendiri dan semua barang harus aku bawa sendiri,” pesan Nadira mengingat persiapan perjalanannya dulu.

Tantangan

Nadira tidak terlalu banyak mengalami kesulitasn ketika di UK karena ia sudah persiapkan sebelum keberangkatan. “Aku sih sudah agak siap di sana. Aku sudah banyak persiapan tentang beberapa tips untuk harus begini dan begitu. Kalau perjalanan harus bagaimana, kalau bepergian harus bagaimana. Jadi lebih siap gitu.”

Meskipun begitu, Nadira mengakui setelah sampai di sana ia masih menghadapi kendala. “Aku harus adaptasi lagi,” kata Nadira.

Meskipun memiliki kamampuan Bahasa Inggris yang bagus dan sudah terbiasa bertutur dengan Bahasa asing itu, Nadira masih harus membiasakan diri berbicara dengan orang Inggris yang kadang kata-katanya sulit ia pahami. “Ketika awal-awal kadang aku nggak ngerti mereka biacara apa. Enggak jelas,” Nadira bercerita saat ia menghadapi beberapa orang yang aksen dan pelafalan kosakatanya tidak begitu familiar.