Tag Archive for: Communication UII

Reading Time: 2 minutes

In the midst of Independence Day, a sense of nationalism is not limited to flag symbols and flag ceremonies. Expressing nationalism in the midst of a pandemic can be done by doing small and simple things, but it can be very influential, done together. This can be done by students who are often embedded as agents of change.

Herman Felani, one of the lecturers at Department of Communications at the Universitas Islam Indonesia  (UII) offered the meaning of nationalism at the Teatime International Program of Communication Department, UII. Guided by Muhammad Daffa Athalariq, student class 2019, Saturday, August 20, 2021, we talked casually, discussing how to fill nationalism during a pandemic.

During a pandemic like this, any nuance loses its passion. August, which is usually filled with various competitions and other celebrations, can now only be done at home. Socializing is only limited to social media or the zoom room. In this condition at least, “If you can’t feel the vibe. But, we can put up flags, put up banners. It’s symbolic. It’s a trivial thing, but it awakens the spirit of nationalism,” suggested Herman if he couldn’t do anything else that was more useful.

On a higher level, on independence day Herman advised young people to convey good things as a nation. “If we can’t get together as a nation, imagine community we still apply. We are still one community by spreading good messages during the pandemic.

At the next level, Herman said that students can do simple and trivial things, but have great benefits. Herman described that many Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) have gone out of business. He gave an example of a neighbor who helps other neighbors whose sales are quiet due to the pandemic. “He helps sell his friend’s merchandise through social media accounts and online buying and selling accounts. This simple thing is not a big thing, but if many people do it, the benefits are great. It can help a lot of people,” said Herman as an example.

For Herman, nationalism is not just an independence day, a flag, or a ceremony. Nor is it about a particular geographic area, nor is it merely the hometown where I was born and raised. “Nationalism is humanity and justice. It’s not about the hometown where I was born and raised by my mother,” Herman said. Because now it is very felt that whatever happens on earth will have an effect wherever we are. Everything is connected.

Reading Time: 2 minutes

Di tengah hari kemerdekaan, rasa nasionalisme tak eebatas simbol bendera dan upacara bendera. Mengungkapkan nasionalisme di tengah pandemi bisa dilakukan dengan melakukan hal kecil dan simple, tapi bisa sangat berpengaruh besar dilakukan secara bersama-sama.  Hal ini bisa dilakukan oleh mahasiswa yang sering sekali tersemat sebagai agen perubahan.

Heman Felani, salah satu dosen pengajar di Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) menawarkan makna nasionalisme di acara Teatime International Program of Communication DEpartment, UII. Dipandu oleh Muhammad Dafa Athalariq, ngobrol santai sore ini, Sabtu, 20 Agustus 2021, mengulik soal bagaimana mengisi nasionalisme di kala pandemi.

Saat pandemi seperti ini, nuansa apapun jadi kehilangan gairahnya. Agustus yang bisanya diisi dengan berbagai lomba dan perayaan lain, kini hanya bisa di rumah saja. Berssosialisasi hanya sebatas di sosial media atau ruang zoom. Dalam kondisi ini paling tidak, “If you cant feel the vibe. Tapi,  kita bisa memasang bendera, memasang umbul-umbul. Itu simbolisnya. Hal sepele, tapi membangkinkan spirit nasionalisme,” saran Herman jika memang tidak dapat melakukan hal lain yang lebih berguna.

Pada level yang lebih tinggi, di hari kemerdekaan Herman menyarankan anak muda untuk menyampaikan hal-hal yang baik sebagai sebuah bangsa. “kalau nggak bisa kumpul bareng sebagai sebuah bangsa, imagine community masih kita terapkan. Kita masih tetap menjadi satu komunitasdengan menyebarkan pean-pesan yang baik saat pendemi.

Pada level berikutnya, Herman menyampaikan bahwa mahasiswa bisa melakukan hal sederhana dan sepele, tapi punya manfaat yang besar. Herman menggambarkan banyaknya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) banyak yang gulung tikar. Ia mencontohkan seorang tetangganya yang membantu tetangga lain yang jualannya sepi karena pandemi. “dia membantu menjual barang dagangan temannya melalui akun sosial media dan akun jual beli online. Hal simpel begini bukan hal besar, tapi kalau banyak orang melakukannya manfaatnya besar. Bisa bantu banyak orang” kata Herman mencontohkan.

Bagi Herman, nasionalisme bukan sekadar hari kemerdekaan, bendera, atau upacara. Bukan juga tentang satu wilayah geografi tertentu, bukan juga semata kampung halaman tempat lahir dan dibesarkan. “Nasionalisme adalah humanity and justice. Bukan tentang kampung halaman tempat aku lahir dan dibesarkan bunda,” kata Herman. Karena sekarang sudah sangat terasa bahwa apapun yang terjadi di muka bumi akan berpegaruh dimanapun kita berada.  Semua terkoneksi.