SDM Kami Tua-Tua, Bagaimana Sebaiknya? Manajemen SDM Kuncinya

Reading Time: 3 minutes

Sri Susilowati mulai bicara. Seluruh yang hadir di Gedung PKK, Komplek Balai Kota Yogyakarta, pada 22 Oktober, itu mendengarkan. Termasuk Puji Rianto, pemateri Pelatihan Usaha untuk Kelompok Gandeng Gendong kali itu. Sri Susilowati bilang, “SDM kita sudah tua-tua pak. bagaimana sebaiknya?” tanyanya pada Puji sebagai pemateri. Sri Susilowati adalah salah satu peserta dari kelompok usaha rintisan yang didampingi DPMPPA Kota Yogyakarta. Kenali potensi dan kemampuannya, bagi peran, dan raih tujuan organisasi, jawab Puji kira-kira begitu sederhananya.

Tak hanya itu, banyak lagi diskusi yang muncul dalam pelatihan yang dipandu Puji, Dosen Komunikasi UII, yang juga dikenal sehari-hari sebagai spesialis Kajian Klaster Kebijakan dan regulasi Media. Tujuannya sama, mencoba belajar dan meramu manajemen SDM yang pas untuk kelompok usahanya masing-masing. Puji mengajak menilai apakah manajemen SDM di kelompok usaha ibu-ibu peserta pelatihan usaha ini sudah sesuai untuk mencapai tujuan kelompok. atau selama ini tak ada evaluasi?

Puji memulai pelatihan dengan materi “Manajemen SDM untuk UMKM” itu dengan cerita manajemen SDM yang dijalaninya selama ini dalam Tim Risetnya di sebuah lembaga riset NGO tempat ia bernaung. Ia mulanya memetakan tujuan dan kebutuhan lembaganya, dan orang dengan kapasitas macam apa yang bisa membantunya mencapai tujuan lembaga itu. Ia akhirnya menemukan dua orang, dan dua orang dengan dua peran super itulah yang akhirnya membantu jalannya lembaga risetnya, tentu dengan tambahan banyak orang lain lagi sebagai peran peneliti.

Puji sedang menceritakan bagaimana Manajemen SDM perlu dan penting dilakukan untuk melihat apakah tujuan lembaga atau organisasi telah tercapai atau sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Puji menyerukan pada seluruh peserta pelatihan, manajemen SDM harus dilakukan karena manajemen SDM digunakan untuk mendayagunakan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi.

Di sela-sela materi, diskusi dilanjutkan. Paparan salah satu peserta menyita perhatian. Beberapa kelompok misalnya, mengalami ada anggota yang hanya bisa melakukan satu aktivitas dan yang lain juga begitu, akhirnya tidak bisa mencapai pesanan makanan. Menurut Puji, menjawab peserta tersebut, kita harus memetakan kapasitas para anggota.

Kalau ia tidak bisa melakukan satu hal tersebut, ya cari apa yang dia bisa lakukan. Jika perlu dilatih, ya terjunkan. Apa tujuan kelompok usaha ya seluruh anggota (SDM) harus mencapainya dengan kapasitas dan kemampuannya yang beragam.

Saran ini direspon dari kelompok usaha pepes, Tegalrejo. Meski ia kelompok usaha pepes, tidak semua bisa membuat pepes. “Kami produksi macam-macam. ada pepes tahu, jamur, dll. ada 20 orang anggota kelompok. tapi nggak semua bisa buat pepes, ada yang bisa buat snack. jadi kalau ada pesenan, kita semua bantu yang bisa buat. jadi kasih 5% dari keuntungan,” katanya.

Lalu apa langkah manajemen SDM yang efektif? Kata Puji, yang utama pastilah menentukan tujuan bisnis. Lalu mengidentifikasi struktur organisasi yang cocok. Barulah dari situ dilihat, denga tujuan dan model organisasi begitu, kebutuhan SDM macam apa yang sesuai. Keempat,konsultasi dengan SDM (anggota) tentang kebutuhan dan strategi apa yg perlu dilakukan untuk mencapai SDM yang pas untuk meraih tujuan organisasi. Jika sudah, buat strategi SDM seperti monitoring, evaluasi, pelatihan, bahkan sampai mekanisme pengalihan dan mungkin pemindahan peran atau pemberhentian anggota jika ada yang tidak lagi mendukung tujuan kelompok.

satu hal lagi yang dibagikan oleh Puji. Soal politik anggaran dan target. “usaha itu harus ada kenaikan. jadi kalau ibu2 tidak membuat target ya tidak naik-naik,” tuturnya. Menurutnya, salah satu hal penting untuk menghidupkan rintisan usaha kampung adalah pintar melobi dan memasukkan produk dan menawarkan produk agar dapat masuk dalam agenda anggaran kelurahan, atau dinas-dinas. “Itu namanya politik anggaran,” kata Puji sambil mencontohkan hotel-hotel yang seringkali menawarkan produk dan jasanya rutin sehingga orang bisa punya kemungkinan membeli dan memasukkkan nya dalam daftar rencana anggarannya.

Trik itu hampir mirip seperti yang dialamai Miyati dari kelompok usaha kampung Purbayan kotagede. “Kalau pas ada kegiatan pelatihan di kelurahan, pasti kuliner ambil di kami, karena kami ada di dalamnya. tapi kalau tidak ikut terjun apa-apa di dalamnya, kita belum pernah dipesanin,” katanya berbagi tips.