Resmi Gabung di Noice ‘Journal of Terror: Kelana Season 3’, Alumni Komunikasi UII Bagikan Pengalaman dan Tips Kerja Sesuai Passion
Noice sebagai salah satu platform konten audio lokal telah merilis audioseries Journal of Terror: Kelana Season 3 pada 25 Juli 2023. Audioseries ini merupakan konten terlaris dari Noice yang ditulis oleh Sweta Kartika. Dalam peluncurannya, ada wajah baru yang akan mendampingi tokoh utama. Ia adalah Pretisya Rahmani yang berperan sebagai Nawang.
Syasya, panggilan akrabnya, adalah alumni Ilmu Komunikasi UII yang mencuri perhatian karena wajahnya muncul di berbagai media nasional pada akhir Juli lalu. Setelah berkecimpung dan menekuni bidang voice over dan dubbing dari lulus kuliah, akhirnya kerja kerasnya menuai hasil.
Profesi ini cukup unik dan menjanjikan, dan tentu saja tak semua orang mampu untuk melakukannya. Dibutuhkan skill khusus untuk menjadi voice talent profesional. Mengutip inavoice.com, voice over talent merupakan profesi pembaca naskah untuk produk audio maupun audio visual.
Menjalani profesi yang unik ini ternyata membawa Syasya menemukan passion-nya. Terlebih, di era digital, profesi voice over talent cukup menjanjikan dan dibutuhkan oleh konten media sosial, advertising, hingga sulih suara film.
Journal of Terror: Kelana Season 3 sendiri berkisah tentang kultur dan klenik di Sunda. Berawal dari petualangan Prana saat KKN (Kuliah Kerja Nyata) bersama 12 temannya di Kampung Cilambayung, Jawa Barat. Prana dan teman-temannya menemui sebuah keganjilan, ia mencoba mengungkap misteri di kampung itu. Salah satu temannya bernama Nawang yang juga anak indigo akhirnya bekerja sama dan mengungkap fakta bahwa desa tersebut adalah kampung pesugihan. Cerita ini didukung dengan riset yang dilakukan oleh penulis terkait cerita budaya Nusantara.
Lantas bagaimana cerita Syasya bisa mendapat peran Nawang dan proses kerja sesuai dengan passion? Berikut pengalaman dan tips-tips yang dibagikan.
Sebenarnya, apa sih nama profesimu ini?
Alhamdulillah, profesiku saat ini menjadi freelancer voice talent, lebih tepatnya ke area voice over talent dan dubbing. Ada yang bilang profesi ini adalah voice actor karena sudah melingkupi semuanya.
Sudah berapa lama memulai karier tersebut? Boleh diceritakan awal mulanya?
Awal mulanya di tahun 2021 aku mulai iseng cari-cari pelatihan online, yah itung-itung isi waktu. Ada beberapa pelatihan online yang aku ikuti. Menurutku, yang paling berkesan adalah pelatihan content creator dan pembuatan audio drama. Nah dari audio drama, ini semua dimulai.
Pelatihan yang membawa aku sampai tahap ini adalah pembuatan audio drama. Kenapa aku memilih itu karena jarang ada ya, kayaknya ini menarik deh, dan perlu untuk dipelajari. Jadi akhirnya aku ikut pelatihan itu.
Pertemuan kedua atau ketiga, host-nya bilang output dari pelatihan ini adalah peserta harus membuat audio drama sendiri. Nah di situ sibuk para peserta mencari kelompoknya, singkat cerita aku dapet teman kelompok. Terus kita mulai menggarap proyek sambil ngobrol banyak hal. Di situ aku tahu, ada dua teman kelompokku yang sudah terjun duluan ke dunia voice over. Bahkan salah satunya adalah ketua komunitas suara, Rumah Suara Kita. Karena aku penasaran, aku gabung komunitasnya. Akhirnya aku diikutkan dalam proyek internalnya.
Lanjut tahun 2022, tepatnya bulan Januari, untuk pertama kalinya aku dan teman-temanku ikut pelatihan basic dubbing di Bandung. Saat itu mentornya Ibu Novi Burhan dan Kak Ihwan Said. Di Bandung itu titik mulai aku memutuskan untuk belajar lebih dalam dunia voice over dan dunia dubbing. Aku merasa jatuh cinta dan mendapatkan support. Akhirnya aku banyak ikut kelas, casting yang tersedia, dan Alhamdulillah di tahun yang sama aku dapet proyek pertama yaitu proyek dubbing. Ada juga proyek voice over sampai sekarang.
Sekarang ‘kan resmi gabung di Noice. Gimana sih tipsnya bisa sampai ke tahap ini?
Alhamdulillah, sekarang aku resmi bergabung ke dalam salah satu proyek audioseries Noice yang berjudul Journal of Terror: Kelana Seasson 3. Itu ceritanya tentang cowok yang bernama Prana memiliki kemampuan indigo. Seperti namanya jurnal ya berisi catatan-catatn pribadi Prana, tentang pengalamannya yang melibatkan makhluk-makhluk dari dunia lain. Journal of Terror ini adalah audioseries terfavorit di Noice.
Kalau ditanya apa sih tips bisa bergabung? Harus pandai melihat peluang mungkin, jadi aku kebetulan bisa bergabung dan menjadi voice over talent di audioseries tersebut karena ada casting online. Dulu aku lihat di Instagram Noice ada open casting voice over talent for audioseries special project. Tidak cuma dari Instagram, tapi dari grup komunitas yang aku ikuti juga nge-share info tersebut. Qodarullah, aku terpilih menjadi 3 besar finalis dan selanjutnya ada tahap voting online.
Berkat semua dukungan, aku bisa sampai di posisi ini, memiliki kesempatan emas yang datang. Aku benar-benar berterima kasih pada Allah, keluarga, teman-teman, dan komunitas yang benar-benar solid. Support system-nya kuat banget. Aku benar-benar terharu ternyata ada banyaj orang yang aku kenal bahkan gak kenal akupun mau mendukung aku.”
Apakah profesi ini sudah sesuai dengan passion kamu?
Aku bisa bilang iya soalnya aku merasa enjoy banget menjalani ini. Aku merasa lebih hidup, bermakna, punya rutinitas baru yang aku senangi walaupun awal-awal masih ditentang oleh keluarga. Ini juga freelance waktunya tidak menentu, lokasinya juga bisa di mana-mana. Aku pernah dapat project remote, aku rekaman malam-malam bahkan pernah sampai pagi untuk ngejar deadline. Aku juga pernah rekaman di studio yang jauh banget di daerah Gunung Sindur di Bogor.
Apakah profesimu ini sesuai bidang minat saat kuliah?
Bidang minat saat kuliah itu komunikasi strategis. Tetapi sebelumnya dari semester satu, sebenarnya tertarik pada bidang budaya media kreatif. Aku pengen banget masuk bidang minat itu. Pas semester tiga, aku mulai galau antara budaya media kreatif atau komunikasi strategis. Aku tanya dan konsultasi ke keluarga, senior, teman-teman, dan dosen. Akhirnya aku memilih komunikasi strategis. Tapi kalau ditanya sesuai bidang minat atau engga? Kalau “dicocoklogikan”, pekerjaan aku saat ini menjadi voice talent itu masih bisa nyambung. Soalnya di dunia periklanan terutama digital masih butuh jasa voice over, nah aku masih bisa masuk.
O iya dulu aku aktif di Galaxy Radio (salah satu unit kegiatan mahasiswa di Ilmu Komunikasi UII). Jadi waktu awal aku belajar voice over, aku merasa ini kok mirip ya dasar-dasarnya, cara pemanasannya, sama kayak aku belajar jadi penyiar. Jadi masih ada kaitan antara jurusanku Ilmu Komunikasi, bidang minatku Komunikasi Strategis, dan pengalamanku sebelumnya.
Apa tantangan yang biasa dihadapi profesi ini?
Pengalaman aku dapet proyek voice over, jadi sebagai talent kita harus cepat paham brief dari klien. Dan klien kemauannya bisa berubah-berubah kita harus paham, harus sabar banget. Kalau misal klien minta A kita turutin, mau B kita ikutin. Terus kita sebagai talent juga harus punya referensi suara berbeda entah di tone dan emphasize, atau iramanya. Kita harus punya referensi. Nanti klien tinggal memilih mau yang mana.
Punya pengalaman menarik atau mistis selama melakukan profesi ini? Apalagi ini cerita tentang hal yang tak kasat mata?
Alhamdulillah belum memiliki pengalaman mistis selama belajar di profesi ini. Dan jangan sampai aku punya pengalaman itu. Untuk pengalaman paling menarik, semuanya menarik. Semula aku kira bakal dapet proyek dubbing animasi gitu dan ternyata realitanya aku dapet proyek reality show. Perannya manusia asli, output suara yang diinginkan itu harus bisa senatural mungkin selayaknya manusia pada umumnya. Gak ada tuh yang dianeh-anehin, dilucu-lucuin.
Nah menurutku itu susah, apalagi saat itu peranku sebagai pasangan muda. Aku harus retake berkali-kali karena emosinya engga dapet. Terus aku tanya sama voice director-nya, gimana caranya aku bisa memerankan tokoh ini dengan baik. Akhirnya diberi saran untuk recall memory momen bersama pacar. Ketika aku dapat jawaban itu, aku ingin nangis. Aku belum pernah punya pengalaman seperti itu, aku belum punya pengalaman romantis.
Resmi gabung di Noice, gimana sih rasanya diliput banyak media?
Sebagai orang baru di dunia voice acting ini deg-degan parah. Jadi media session itu tujuannya untuk memperkenalkan dan membangun awareness dari Jurnal Kelana Session 3 yang baru rilis dengan efek binaural audio lewat program listening session. Jadi di hari itu kita sambil denger trailer dan episode pertamanya. Itu mengundang media dan partner lainnya. Saat itu aku dan Kak Sigi pemeran Prana mewakili pengisi suara dari Journal of Terror: Kelana Season 3. Dan aku juga mewakili pemenang dari casting online Noice special project.
Bertemu circle baru yang bakal dikenal banyak publik, bagaimana cara kamu menghadapinya?
Kalau aku pribadi, aku tetap ingin menjadi Pretisya sih hehehe, namun menjadi Pretisya yang berprogres menjadi lebih baik dan terus belajar menjadi voice talent professional bahkan aku ingin dikenal karena karakter suara aku sendiri. Branding, PR banget. Bagaimana caranya aku membranding diri aku. Niat ada, ide ada, realisasinya itu yang sulit.
Bagaimana Comss apakah tertarik dengan profesi voice over talent? Jika tertarik, tentu bisa mempersiapkan sejak sekarang. Salah satu cara adalah bergabung dengan komunitas seperti pengalaman Pretisya.
Penulis: Meigitaria Sanita