Nilai Waktu: Fokus dan Orientasi Manusia
Menjelang akhir tahun 2020 #ngajikomunikasi kali ini mengangkat tema Refleksi Akhir Tahun 2020 dipandu Subhan Afifi, Dosen Komunikasi UII dengan menghadirkan Dr. Harry B Santoso S.Kom, M.Kom (Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia) dalam kajian rutin #ngajikomunikasi pada Sabtu (12/12).
Harry menjelaskan, banyak sekali ayat-ayat Allah yang disampaikan dengan sumpah. “Kenapa Allah bersumpah dengan sesuatu, berarti itu ada pertanda yang harus diperhatikan. Misalnya, demi massa, waktu,” katanya memberi contoh.
Harry mengutip pendapat ahli tafsir, Imam Ibnu Katsir. Ibnu Katsir berkata, al ashr. Atau, katanya lihat tafsir Jalalain, “Al Ashr ini dimaknai waktu ataupun waktu ashar. Jadi ada dua makna. Jadi al ashr adalah ditandai aktivitas manusia yang di dalamnya ia bisa melakukan kebaikan dan keburukan. Manusia kerugian kenapa? Karena terlalu fokus pada dunia. Kecuali yang fokus pada orientasi akhirat,” terangnya mengutip dua kitab tafsir Al quran surat al Ashr.
“Atau coba kita telaah Al Quran Surat An-Naaziat ayat 46. Ketika kita diingatkan oelh allah lewat surat An-naziat, hidup itu cuma sebentar aja,” ajak Harry menilik surat tersebut. Menurut Harry, surat itu menjelaskan pada hari ketika melihat hari kiamat itu, mereka merasa hanya sebentar saja hidup di dunia, pada sore atau pagi saja.
“Tahu-tahu sudah sore padahal waktu untuk beramal saleh sudah berakhir. Ini peringatan nasihat yang cukup dahsyat kalau kita renungkan bersama,” kata Harry.
Seturut kemudian, Harry mengajak para peserta ngajikomunikasi daring ini untuk mengkaji Al Quran Surat Al-Hasyr ayat 18. “Kita dituntut mempersiapkan bekal untuk bertakwa. Umar mengingatkan kita, periksalah dirimu sebelum diperiksa, timbanglah dirimu sebelum ditimbang,” kata Harry. Menurut Harry, Umar bin Khottob, seorang Khalifah, pemimpin umat islam, pada masa paska wafatnya Nabi Muhammad, memberikan kiat pada manusia untuk muhasabah (memeriksa diri) dan terus memperbaiki diri. “Kira-kira hal-hal apa yang bisa kita lakukan untuk memperberat timbangan kebaikan. Jadi kira-kira diperlukan self reflection,” kata Harry.
Bagaimana memulai muhasabah? Imam ghazali, kata Harry, menunjukkan cara memulainya. Muhasabah dapat dimuali atas amal-amal wajib. Sudahkan amalan wajib itu dilakukan dengan tepat dan benar. “Ini menjadi kunci. Lalu kita lanjutkan pada amal-amal yang lain. Setelah itu kemudian bertafakkur seperti kata Al Quran Surat Ali Imron ayat 191. Ini menarik. Bahwa sebagian orang memang menyengajakan untuk berdzikir, tidak hanya duduk, tapi bahkan berdiri dan berbaring. Berdzikir, mengingat tentang penciptaan allah akan semesta. Senantiasa mencari hikmahnya,” katanya memberi tips.
Harry juga menyitir Kitab Ihya yang mengungkapkan bahwa berpikir sesaat lebih baik daripada beribadah setahun. “Pikirkan sejauh mana ibadah yang telah kita lakukan. Merefleksikan cukup banyak hal tentang tujuan penciptaan kita.