Menjaga Eksistensi Warisan Budaya lewat Bawukan Membatik

Reading Time: 4 minutes

Batik adalah salah satu warisan kebudayaan Indonesia. Keberadaan batik seolah-olah menjadi magnet bagi wisatawan. Para wisatawan tidak hanya menyasar pada batik-batik yang sudah jadi. Proses pembuatan batik juga tidak kalah menarik dibanding batik itu sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah orang-orang yang menekuni batik semakin menurun. Yang tersisa hanyalah segelintir orang yang memang menekuni batik, dan orang-orang yang hanya sekadar tahu tentang membatik. Ini semua tidak terlepas dari semakin tergerusnya budaya lokal dengan hadirnya budaya asing. Kekhawatiran kami adalah eksistensi batik yang telah diwariskan secara turun temurun mungkin secara perlahan akan menghilang.

Warga Desa Bawukan, khusususnya anggota PKK adalah masyarakat yang aktif dan memiliki antusiasme yang tinggi untuk terus berkarya. Keaktifan dan antusiasme ini dibuktikan dengan sambutan yang hangat dari perwakilan PKK tersebut ketika kami menawari mereka sebuah kegiatan yang sifatnya memberdayakan. Ibu Kepala Desa yang memberikan senyuman ditambah dengan tutur kata halus mewarnai pertemuan pertama kami dengan sosok ibu paruh baya tersebut.

‘Bawukan Membatik’ adalah sebuah ‘paket komplit’ yang kami tawarkan dalam rangka menjawab antusiasme dan keaktifan yang mereka miliki. Kegiatan ini juga lahir dari kekhawatiran kami mengenai warisan budaya nusantara yang mulai tergerus zaman, khususnya batik. Kenapa kami sebut ini sebagai paket komplet? Alasannya bukan hanya memberi pelatihan dasar mengenai cara membatik, tapi bagaimana cara mempromosikan batik yang sudah dihasilkan. kami berharap kegiatan ini mampu memberikan dorongan agar masyarakat mampu menghasilkan karya-karya yang bisa bersaing dengan produk-produk lain di luar sana.

Kami adalah orang-orang yang mencintai batik. Tapi kami bukanlah pembatik profesional. Untuk itu, kami menggaet Batik Purwati sebagai mitra guna memberikan pelatihan dan bimbingan membatik kepada ibu-ibu PKK. Selain memang berpengalaman dalam membatik, tentu saja Batik Purwati jauh lebih berkompeten di bidang ini. Oleh karena itulah, kami menjadikan Batik Purwati sebagai mitra, dengan harapan pihak mereka mampu berbagi pengalaman berkaitan dengan membatik.

Rangkaian kegiatan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 November 2019. Sebagaimana kegiatan pertama kali lainnya. Kegiatan dimulai dengan tatapan bingung dan senyuman canggung dari panitia maupun peserta pelatihan. Maklum, kami belum terlalu mengenal satu sama lain sebelumnya.

Bagaimanapun semuanya pasti butuh penyesuaian.

Hari itu pelatihannya adalah mengenai pembuatan batik tulis. Hal-hal dasar mengenai membatik disampaikan dengan sangat baik oleh mitra kami, Batik Purwati. Pada pelatihan kali ini, disampaikan mengenai wawasan batik tulis, membuat pola dan mencanting malam pada kain yang telah dibuat pola. Ibu-ibu PKK dikenalkan berbagai hal mengenai membatik, mulai dari sejarahnya, wawasan mengenai pola-pola batik populer di Indonesia, dan sebagainya.

Dalam kegiatan hari ini ibu-ibu PKK juga diminta untuk langsung mempraktikkan ilmu membatik yang telah disampaikan. Di antara semua proses, mencanting malam pada kain adalah bagian tersulit. Dan disinilah semua keseruan bermula. Panitia dan peserta yang awalnya saling canggung, mendadak akrab dan saling berbagi tawa dikarenakan kelucuan yang dihasilkan dari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh ibu-ibu PKK saat mengoleskan malam pada kain. Semua itu tidak membuat ibu-ibu PKK kehilangan semangat untuk meneruskan belajar membatik. Justru itu semua menjadi bahan bakar yang memacu semangat mereka untuk terus maju.

Kami menyadari bahwa satu hari bukanlah waktu yang cukup bagi siapapun untuk bisa belajar membatik. Maka pelatihan mengenai membatik dilanjutkan pada pertemuan kedua pada Sabtu, 23 November 2019. Melanjutkan dari materi sebelumnya, kali ini pelatihan berisikan materi tentang mewarnai kain dan me-lorod  kain yang telah dilapisi dengan malam.

Sama seperti pertemuan pertama, ibu-ibu PKK mendengarkan pemateri dengan serius dan penuh perhatian. Setelah semua materi disampaikan, kegiatan dilanjutkan dengan praktik materi yang telah disampaikan sebelumnya. Masih seperti hari pertama, masih banyak kekurangan dimana-mana. Namun, ketelatenan dan kesabaran yang ditunjukkan oleh ibu-ibu PKK Desa Bawukan patut untuk mendapat apresiasi.

Pada pertemuan ketiga, kami berpindah dari materi tentang membatik ke pelatihan fotografi hasil-hasil membatik. Berbeda dari dua pertemuan sebelumnya, kali ini, selain melibatkan ibu-ibu PKK Desa Bawukan, para pemuda juga dilibatkan pada kegiatan kali ini.

Alasannya adalah untuk mendorong adanya kerjasama anatara semua kalangan di Desa Bawukan. Kami berharap ibu-ibu bisa menghasilkan karya-karya batik dengan kualitas yang baik dan pemuda bisa membantu promosi dengan hal yang berkaitan dengan teknologi.

Kegiatan yang diadakan pada 30 November 2019 ini diisi dengan pelatihan terkait fotografi yang disampaikan oleh perwakilan Klik18 – Sebuah komunitas fotografi milik Program Studi Ilmu Komunikasi UII – bernama Marcellino Bima, atau yang akrab dengan sapaan Marcel. Para peserta diberikan materi mengenai dasar-dasar fotografi seperti angle, pencahayaan, dan lain sebagainya. Setelah itu, sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan praktik. Hasilnya luar biasa, foto yang dihasilkan dari jepretan peserta telah melampaui ekspektasi kami. Kami tidak terlalu yakin apakah sebelumnya peserta sudah pernah mendapat pelatihan serupa terkait fotografi. Namun yang jelas, kualitas foto yang dihasilkan sudah cukup untuk dijadikan sebagai sarana promosi.

Pertemuan kali ini dilanjutkan dengan pelatihan mengenai digital marketing. Setelah semua proses dilewati, mulai dari membatik, memotret hasilnya, tentu saja itu semua tidak akan terlalu memiliki dampak yang signifikan tanpa adanya publikasi.

Selain pelatihan mengenai publikasi, pelatihan untuk mem-branding produk juga dilaksanakan. Untuk itu, sekaligus menutup rangkaian acara, pelatihan manajemen media sosial pun dilaksanakan. Muhammad Alfian menyampaikan menjadi pemateri. Ibu-ibu PKK dan para pemuda mendengarkan dengan semangat yang sama seperti pada pertemuan pertama.

Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan cara yang selalu dilakukan di setiap acara pada umumnya: sesi foto-foto. Baik kami maupun para peserta dari Desa Bawukan sadar bahwa pelatihan ini memang masih sangat jauh dari cukup. Tentu saja, dengan berakhirnya rangkaian kegiatan yang kami adakan, bukan berarti proses belajar membatik dan publikasi di Desa Bawukan akan berakhir pula. Antusiasme dan semangat yang ditunjukkan sejak awal hingga akhir kegiatan menjadi harapan bahwa tanpa kami pun, masyarakat Desa Bawukan, khususnya ibu-ibu PKK dan para pemuda akan terus berkarya.


Seri Manajemen Komunikasi Non Komersil. Mulai Desember 2019 hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan-tulisan mahasiswa seri tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom. Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Karya ini adalah bimbingan Puji Hariyanti dan suntingan A. Pambudi W.