Menangkap Wajah Islam di Kota dan Desa: Oleh-oleh Pembukaan Diskusi Pameran Foto Doc-Camp X Klik18

Reading Time: 3 minutes

Setelah terkendala dua tahun lebih Pandemi Covid-19, akhirnya pameran karya tujuh tema foto story dari Fotografer penerima beasiswa Doc-Camp (Doctrine-Media Camp) 2019 berhasil juga terlaksana. Uniknya, kali ini pameran juga berkolaborasi dengan 16 peserta Doc-Camp 2022 buah kerjasama dengan komunitas mahasiswa komunikasi yang fokus pada dunia fotografi di UII yaitu Klik18. Klik18 menyumbang lima tema foto cerita pada perhelatan pameran ini.

Cita-cita untuk melihat wajah Islam 20 tahun pasca reformasi sudah sudah ada sejak 2018 lalu. “Kami, tepatnya Mas Muzayin, Ali MInanto (keduanya adalah Dosen Komunikasi UII) dan Saya punya angan-angan untuk memotet bagaimana wajah Islam pasca 20 tahun reformasi. Lalu kami membuat pelatihan membuat film, foto, video, dan tulisan feature,” kenang M. Iskandar Tri Gunawan tentang mula-mula Doc-Camp dirilis. Mulanya, Doc-Camp adalah dua kegiatan dengan dua nama yang akan digabung: Doctrine (documentary training) dan Media Camp pada 2018. Menurut Iskandar, pada 2019, kedua program pengembangan mahasiswa ini dilebur menjadi satu nama dengan semangat yang serupa menjadi Doc-Camp 2019.  Pada Doc-Camp 2019, tema yang diangkat tidak lagi soal Islam 20 tahun pasca reformasi, melainkan islam dan transfromasi: membaca kota dan mendaras desa, kata Iskandar di pembukaan Diskusi dan Pameran Foto Doc-Camp 2022 pada 20 September 2022 di Mini Theathre Prodi Ilmu Komunikasi UII.

Beberapa tahun membuat rangkaian pelatihan yang dinamai Doctrine di tahun 2018, Media Camp di 2018, dan Doc-Camp di 2019. “Tahun 2020-2021 kosong terjeda pandemi. Hingga akhirnya kami mengundang kerjasama dengan temen-teman Klik18 untuk pameran bareng,”Ujar Iskandar selaku Laboran di Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia dalam pembukaan acara diskusi foto yang bertajuk Islam dan Transformasi pada 20 September 2022.

Jeda dan Ruang Berefleksi

Jeda waktu aktifitas dua hingga tiga tahun karena pandemi memberikan penanda waktu yang penting. “Adanya acara ini juga adalah salah satu wujud dari hasil proses itu. Proses memberi ruang untuk berkreasi, ruang berekspresi, dan mendorong berdialog dengan klub dari kampus lain,” sambut Zaki Habibi, salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII memberi sambutan mewakili dari Prodi Komunikasi UII. Menurut Zaki, pameran dan diskusi foto Doc-Camp 2022 hasil kerjasama dengan PSDMA Nadim Komunikasi UII dan Klik18 adalah ruang untuk berefleksi atas foto dan islam kini setelah istirahat akibat pandemi Covid-19.

“Panggung ini adalah apresisi untuk klik18, para mentor, kru Prodi Komunikasi UII dan Anda semua. ini pinggangnya kaku karena dua tahun ini rebahan,” Kelakar Zaki, yang juga adalah Dosen Komunikasi UII spesialis kajian Urban dan Visual Culture.

Foto sama halnya dengan pandemi. Zaki menjelaskan foto adalah bagian dari momen, ruang dan waktu yang dibekukan untuk memberi jeda. Jeda sejenak untuk membaca ruang visual. Jeda, ambil sedikit waktu untuk berhenti sejenak dari arus rutinitas yang terus menerus, untuk berefleksi.

Zaki Habibi, perwakilan Prodi Komunikasi UII, memberi sambutan dalam Pembukaan Diskusi dan Pameran Foto Doc-Camp 2022 pada 20 September 2022. Menurutnya, pameran ini adalah hasil dari jeda dan refleksi selama dua tahun pandemi Covid-19 (Foto oleh Nabiel Marazieq)

Di sini, dalam pameran ini, membaca fotografi dan membaca masyarakat dalam ranah isi. “Kayaknya teman kita melihat Islam ini tidak sempit, tidak hanya Islam yang teologi dan ritual,” kata Zaki.

Lewat foto-foto, kata Zaki, dapat dilihat di masyarakat kita bahwa Islam tidak sebatas pada ajaran yang sifat nya teologis, ritual, dan spiritual. “Tapi kita bisa lihat Islam yang lebih kultural, yang berinteraksi dengan masyarakat,“ kata Zaki dalam sambutannya

“Kita harus bisa membacanya dengan kacamata yang beyond the simbol of ibadah.”

Banyak sisi lain dari kultur, fotografi itu mampu mengambil jeda sejenak untuk melihat dunia yang dihentikan dalam frame. Ciri khas fotografi adalah membekukan momen, membekukan ruang dan waktu untuk berhenti sejenak memberikan kita jeda untuk berefleksi bersama.” tutupnya.

Sesi selanjutnya diisi dengan materi Bedah Karya Foto dari Boy Tri Harjanto, pendamping pelatihan sejak 2018. Boy adalah fotografer European Press Agency (EPA) Photo, ia memberi masukan baik teknis dan konsep pada sejumlah foto yang dipamerkan di Pameran foto bertema Islam dan Tranformasi kali ini.