Membumikan Salah Satu “Tulang Sumsum” Keilmuan Komunikasi UII
“Anda lebih baik magang di media komunitas jadi kreator, perencana. Daripada magang di industri besar tapi jadi tukang fotokopi atau kliping yang jauh keahlian komunikasi.”
Tiga orang yang ditunggu-tunggu cerita pengalamannya di dunia profesional itu kini sudah duduk di meja panggung depan Auditorium FPSB UII. Meski komposisinya berjejer tiga, mirip juri audisi di layar kaca yang lagi ramai itu, mereka tak hendak memiripinya.
Tiga orang tersebut adalah praktisi ahli yang akan memukau dengan cerita profesionalnya di depan ratusan mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII. Yang paling ujung kiri, paling muda, adalah broadcaster profesional dari UNISI Radio, Syarif atau biasa dipanggil Acil nama udaranya. Lalu ada pula Sigit Raharja, dari Diskominfo Kulon Progo, dan Ir. Riyanto, MM. Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Dan Perlindungan Anak Kota Yogyakarta.
Ketiganya menjelaskan satu hal yang sama: jika ingin terjun ke dunia kerja, kuncinya adalah ketekunan, mau belajar, dan yakin pada kemampuan diri sendiri. Acil misalnya mengatakan, meski kini orang sering mengatakan dunia radio sudah menjelang senjakala, tetapi ia menampiknya. Justru perkataan orang tentang pekerjaannya di dunia broascasting itu membuat dirinya semakin tertantang dan yakin bahwa dunia radio tetap masih akan hidup. Orang hanya berganti medium, misalnya kini ada soundcloud, ada podcast, ada radio yang bisa diakses lewat internet. Maka, ketekunan dan semangat mau belajar adalah kunci menghadapi perkembangan digital di dunia kerja. Begitu pula kata Sigit Raharja dan Riyanto dari pemda di DIY.
Dalam kesempatan itu, 5/4/2019, di Auditorium FPSB UII, Anang Hermawan, Dosen Ilmu Komunikasi UII, juga memberi gambaran ringkas tentang pelaksanaan magang sebagai syarat kelulusan di Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII.
Kali itu, pada kegiatan yang bertajuk “Pembekalan dan Persiapan Magang” diikuti puluhan mahasiswa Komunikasi tahun angkatan 2015 yang akan mulai melaksanakan magang.
“Dulu namanya KKK (Kuliah Kerja Komunikasi), dilaksanakan sebelum skripsi. Sekarang berubah jadi magang, dan dilaksanakan setelah setelah skripsi selesai,” kata Anang.
“Tujuannya supaya garap skripsi lebih serius. Lalu bisa masuk dunia praktis,” tambahnya. Anang menjelaskan, inilah salah satu dari tulang sumsum kelimuan prodi ilmu komunikasi UII. “Tulang sumsumnya keilmuan kita kan ada Riset, akademik/ pengetahuan, dan Praktis,” jelasnya.
Konsep magang seperti ini bermaksud mengaktualisasikan kompetensi akademik & praksis. Magang juga menjadi ajang mewujudkan kompetensi sosial (soft skill).
Menurut Mutia Dewi, salah satu dosen keahlian Komunikasi Pemberdayaan, kini mahasiswa prodi ini bisa memanfaatkan kerjasama-kerjasama yang telah terjalin antara prodi dengan lebih dari 10 mitra dari instansi pemerintah, kalangan swasta, industri kreatif, NGO, media komunitas, dan lain-lain.
Mitra-mitra tersebut seperti Dinas Tata Kelola Pemerintahan, KOMPAS TV, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Konner Digital Asia, Diskominfo Kulon Progo, Unisi Radio, Tirto.id, X-Code Films, Mata sinema, Cornellia CO, INFEST Yogyakarta, Mojok.co, Uniicoms TV, Metro TV, NET TV, BPPTKG, Mafindo, Narasi TV, Combine Resource Institution, Humas Pemda DIY, Dinas Kebudayaan, dan lain-lain.