,

Laboran Prodi Ilmu Komunikasi Terpilih Sebagai Peserta Workshop ‘Visual Etnographic Documentation Training’ di British Museum London

British Museum
Reading Time: 2 minutes

Perjalanan menuju London telah dipersiapkan dengan matang oleh Marjito Iskandar Tri Gunawan sejak sebulan sebelumnya. Ia berkesempatan menjadi salah satu dari 23 peserta workshop di British Museum pada 9 hingga 13 September 2024.

Laboran di Prodi Ilmu Komunikasi UII itu berkesempatan mendalami salah satu metode riset yakni Visual Etnographic Documentation Training. Menariknya, tantangan dalam misi itu justru bukan soal sulitnya memahami materi melainkan bagaimana berkomunikasi dengan peserta dari lintas benua.

“Dari Asia ada 7 orang, saya satu-satunya orang Indonesia. Sisanya dari Afrika, Amerika, Australia, dan Eropa,” terang Gunawan.

British Museum

Workshop in British Museum. Photo: Marjito Iskandar Tri Gunawan

Dari cerita pembuka, Gunawan menekankan jika London adalah jarak tempuh terjauh dari pintu rumahnya. Ada kekhawatiran namun harapan besar mengalahkan nyali ciutnya. Ini terbukti dari beberapa minggu sebelum berangkat ia aktif speaking English bersama teman-teman di kantor.

Lantas apa yang didapatkannya, memang penting bagi laboran jauh-jauh ke Eropa?

Peluang Workshop di British Museum

Peluang bertandang ke British Museum merupakan rentetan program dari perolehan grant riset Endangered Material Knowledge Program (EMKP) dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Dr. Muzayin Nazaruddin, S.Sos., M.A.

Selengkapnya: https://communication.uii.ac.id/dosen-prodi-ilmu-komunikasi-terima-grant-riset-dari-british-museum/

Riset berjudul “Documenting the Endangered ‘Pet Uno’, ‘Canang Ceureukeh’, and ‘Alee Tunjang’ as Indigenous Forest and Farm Culture in Post-Conflict and Post-Tsunami Aceh, Indonesia” melibatkan beberapa staf termasuk Gunawan.

“(Workshop) salah satu bagian dari paket grant pembiayaan, untuk membekali serta mendapatkan wawasan. Penyedia hibah, ingin memastikan hasilnya sesuai harapan maka menyediakan training,” jelasnya.

British Museum

British Museum, Photo: Marjito Iskandar Tri Gunawan

Artinya, workshop ini memang tidak dibuka untuk umum. Melainkan fasilitas bagi tim yang telah lolos EMKP. Menariknya, riset ini menekankan pada objek atau wawasan yang hampir punah. Untuk mendukung itu, beberapa materi yang didapatkan antara lain workshop videografi, fotografi, editing, penggunaan Elan, hingga bagaimana membentuk peta data.

Urgensi untuk Kajian Ilmu Komunikasi

Projek riset yang tengah digarap oleh tim dari Prodi Ilmu Komunikasi UII menggunakan pendekatan etnografi visual, yakni dengan mengandalkan teknik wawancara mendalam, obrolan informal, observasi semi partisipan, serta perakaman foto dan video.

Metode tersebut mencoba memahami secara mendalam praktik komunikasi dalam konteks budaya dan sosial. Tidak sederhana, metode ini memerlukan waktu dan sumber daya yang cukup, memerlukan keahlian dalam analisis data visual, namun perlu mempertimbangkan etika privasi subjek.

“Beragam pelatihan tentang bagaimana kita bisa mengelola projek agar bisa engage dengan komunitas di lokasi riset. Riset ini bisa berdampak (kepada kedua pihak) bisa mutual,” jelas Gunawan.

Misi British Museum adalah hasil riset yang dilakukan penerima grant nantinya dapat diakses oleh masyarakat dunia. Hasil riset menjadi koleksi masyarakat umum, warga dunia bisa mengakses melalui Gudang digital British Museum.

Selain untuk mendalami metode riset dalam kajian komunikasi, workshop ini menjadi ruang menjalin relasi dalam lingkup global.