Kajian Sejarah Komunikasi: Pers Mahasiswa Indonesia Menjawab Kebutuhan Zaman
Diskusi Forum Amir Efendi Siregar yang diselenggarakan Pusat Studi dan Dokumentasi (PSDMA) NADIM Ilmu Komunikasi UII kali ini, Sabtu 14 November 2020, membahas sejarah pers mahasiswa Indonesia. Jika mau melihat persma dari sudut media, mungkin persma hanyalah satu bagian kecil yang turut mewartakan peristiwa-peristiwa saja. Apalagi di jaman sekarang yag kita dapat dengan mudah mencari dan menerima berita apapun lewat gawai.
Tapi 2 atau 3 dekade lalu, pers mahasiswa memiliki peran yang startegis di ranah baik sosial maupun politik. Wisnu Prasetya Utomo, dosen Departemen Fisipol UGM,merunut sejarah pers mahasiswa dalam diskusi Forum AES kali ini. Wisnu menjabarkan bagaimana persma mahasiswa membawa semangat yang tak terbebani oleh berbagai kepentingan politik. Hal ini penting sebagai jawaban akan tekanan politik pada masa kekuasaan orde baru kala itu.
Diawali dengan pemaparan artikel Daniel Dhakidae, seorang Kepala Litbang kompas 1977, yang saat itu resah dengan kondisi pers umum yang penuh dengan tekanan politik bahkan banyak media umum yang dibredel. Meskipun belum secara eksplisit menyebut persma dalam artikel yang dimuat di Jurnal Prisma tahun 1977 itu, Dhakidae menyatakan adanya kebutuhan pers alternatif dalam upaya menyuarakan kepentingan publik.
Kegelisahan Dhakidae yang ditulis di Jurnal Prisma berjudul Cagar Alam Kebebasan Pers akhirnya terjawab dengan berkembangnya Persma. Persma ini seperti hidup seperti tanpa beban. Persma tidak takut dibredel, tidak takut tekanan politik, ataupun tekanan ekonomi politik lainnya dalam menyuarakan kondisi politik orde baru.