Hari Pahlawan: Dari Film, Pahlawan Nasional UII, hingga Artidjo Alkostar

Hari Pahlawan
Reading Time: 3 minutes

Sejarah mencatat pasca proklamasi Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, gejolak masih terus terjadi di beberapa daerah. Ketegangan memuncak di Jawa Timur khususnya Surabaya hingga bulan November. Dari sinilah Hari Pahlawan berawal.

Gejolak di Surabaya memuncak kala pengibaran bendera Belanda di Hotel Yamato yang berlokasi di Jalan Tunjungan no 56. Pengibaran bendera dilakukan tanpa izin pemerintah Indonesia memicu kemarahan masyarakat Surabaya.

Merangkum dari laman RRI, setidaknya selama tiga minggu masyarakat Surabaya melakukan perlawanan kepada tantara asing yang ingin mengusai wilayah tersebut. Banyak masyarakat sipil dan tantara Indonesia gugur dalam pertempuran.

Hingga pada 10 November Eric Carden Robert Mansergh, Mayor Jenderal Inggris mengeluarkan ultimatum kepada masyarakat Surabaya untuk menghentikan perlawanan serta menyerahkan diri dan senjata kepada Inggris. Namun semangat masyarakat Surabaya tak padam hingga meraih kemenangan. Dari situlah Surabaya disebut kota pahlawan. Atas sejarah ini dikeluarkanlah Keppres Nomor 316 tahun 1959 oleh Presiden Soekarno, bahwa 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Itulah sejarah singkat tentang Hari Pahlawan, jika Indonesia diperjuangkan dengan sejarah yang berdarah-darah, tak ada salahnya kita belajar sejarah dimana kita berpijak. Bagi civitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII) ada catatan besar yang ditinggalkan para pejuang. Semua itu dikemas dengan apik melalui film, buku, hingga ukiran prestasi.

  1. Belajar dari Film

Film menjadi media yang ampuh untuk belajar sejarah, ada dua film yang mengisahkan tokoh-tokoh pendiri UII yakni Prof. Sardjito dan K.H. Abdul Kahar Mudzakkir.

Kisah Prof. Sardjito diungkap dalam film dokumenter dengan judul Sardjito Dalam Lukisan Revolusi. Film berdurasi 32 menit itu dirilis pada 18 Juli 2018 dan diputar di 19 titik, 9 kota di antaranya Yogyakarta, Sleman, Bantul, Klaten, Purwokerto, Bogor, Lampung, Tarakan, dan Kupang. Mengutip dari laman resmi UII, film ini merupakan kisah Prof. Sardjito dalam perjuangan revolusi. Perjuangan dimulai dengan mengambil alih Institute Pasteur yang merupakan pabrik vaksin dari tangan penjajah Jepang. Tak berhenti disitu, Prof. Sardjito juga mendirikan Palang Merah Indonesia.

Catatan perjuangannya cukup panjang, di masa revolusi tahun 1945-1950 beliau menginisiasi pendirian Perguruan Tinggi, Dapur Umum dan Rumah Sakit Darurat pada masa Agresi Militer Belanda. Dengan keilmuan yang dimiliki, beliau juga menciptakan vaksin dan biskuit bagi tantara pejuang. Kecerdasannya juga digunakan untuk Menyusun strategi dan rute gerilya Nasution, serta menyuplai obat dan logistik pada gejolak Bandung Lautan Api dan Serangan Umum 1 Maret 1949. Kisah lengkap Prof. Sardjito juga diabadikan dalam buku berjudul Perjoangan Rakyat Klaten.

Kedua, film dokumenter K.H. Abdul Kahar Muzakkir yang berdurasi 35 menit ini merupakan hasil riset dari mahasiswa Program Studi MIAI FIAI UII konsentrasi Pendidikan Islam mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam yang didampingi Dr. Junanah MIS.

Dalam film bertajuk Mentari dari Boharen itu merupakan paparan kesaksiam hidup dari orang-orang yang sempat bertemu langsung dengan K.H Abdul Kahar Muzakir. Dalam cerita itu, para saksi hidup mengisahkan perjuangan K.H Abdul Kahar Muzakir yang telah memperjuangkan kemerdekan hingga mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) yang kini menjadi UII.

  1. Tokoh-tokoh UII yang Meraih gelar Pahlawan Nasional

UII didirikan oleh deretan tokoh bangsa, dari beberapa nama itu ada tiga tokoh yang mendapatkan anugerah gelar pahlawan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia. Mereka adalah Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir, Prof. Sardjito, dan K.H. Sanusi.

Prof. K.H. abdul Kahar Muzakkir adalah rektor pertama UII periode 1945-1960, sementara Prof. Sardjito adalah rektor ketiga UII periode 1963-1970. Keduanya mendapat anugerah gelar pahlawan nasional melalui keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/TK tahun 2019 tertanggal 7 November 2019.

Selanjutnya, adalah K.H. Ahmad Sanusi, beliau menerima anugerah gelar pahlawan nasional melalui Keppres Nomor 96 TK Tahun 2022 pada 3 November 2022.

Dengan anugerah ini Prof. Fathul Wahid selaku rektor UII menyebut jika nilai keislaman, intelektualitas, dan nilai-nilai kebangsaan melekat erat di kampus Ulil Albab ini.

“Ketika warga, rajyat, masyarakat, sedang berjuang, maka UII libur, dikala Jogja pad waktu itu terlibat konflik. UII bersama dengan rakyat mempertahankan republik ini,” tutur Prof. Fathul Wahid dilansir dari laman UII.

  1. Meneladani Artidjo Alkostar

Sosok Artidjo Alkostar disebut-sebut sebagai sosok paling menakutkan bagi koruptor negeri ini. Beliau kerap dianggap sebagai Algojo para koruptor.

Beliau lahir di Situbondo pada 22 Mei 1948 dan meninggal di Jakarta pada 28 merupakan alumnus Fakultas Hukum UII yang mendedikasikan hidupnya untuk Indonesia. Kariernya di bidang hukum sebagai pengacara, hakim, akademisi hukum Indonesia, serta pernah menjabat sebagai Hakim Agung dan Ketua Kamar Pidana Mahkamah RI.

Artidjo Alkostar tekenal dengan ketegasannya yang memvonis hukuman koruptor cenderung lebih berat terhadap terpidana kasus korupsi. Tak hanya itu, kerap kali beliau mengeluarkan dissenting opinion dalam berbagai kasus besar.

“Kita akan selalu mengingat keberaniannya, idealismenya, kejujurannya, kesederhanaanya, dan banyak hal terpuji lainnya yang patut dicontoh oleh generasi muda,”

Ari Yusuf Amir, Sekjen IKA UII sekaligus Pengacara Senior

“Selama saya di Mahkamah Agung saya tidak pernah mendengar ada cattab atau pengaduan tentang Artidjo Alkostar. Yang sangat mengagumkan, integritas sosok Artidjo Alkostar terjaga hingga akhir hayatnya,”

Prof. Dr. Syarifuddin, Ketua Mahkamah Agung RI

“Beliau sosok yang sangat menjaga apa yang ia sebut sebagai akal sehat atau sukma agar tidak tercemar dari segala hal kotor atau godaan. Dan beliau tidak hanya berkata tapi benar-benar mencontohkan. Hal itu dibuktikan saat beliau menjabat sebagai Hakim Agung,”

Prof. Fathul Wahid, Rektor Universitas Islam Indonesia

Artidjo Alkostar adalah pahlawan penegakan hukum di Indonesia, atas integritasnya, dipercaya menjadi Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta pada Agustus 2021 menerima anugerah gelar Bintang Mahaputera Adipradana dari Presiden Joko Widodo, dan teranyar penghargaan Lifetime Achievement dari Metro TV dalam ajang People of The Year 2021.

Itulah rentetan catatan sejarah di UII, mereka adalah pahlawan yang membawa perubahan besar tak hanya untuk UII namun juga negara.

 

Penulis: Meigitaria Sanita