Gunakan Rumus 6W + 1H untuk Tulis Beritamu

Reren Indranila Radar Jogja JAwa Pos di UII
Reading Time: 3 minutes

“Kalau biasanya orang kasih 5W + 1H, saya tambahkan jadi 6W + 1H,” kata Reren Indranila dalam Workshop How to Create and Manage Impactful Website Content.

Begitulah salah satu tip yang dibagikan Reren, Pemimpin Redaksi Radar Jogja, salah satu pembicara dalam workshop yang dilaksanakan oleh Humas UII pada 4 Desember 2019 di Lantai 4, Gedung H. GBPH Prabuningrat. Kegiatan yang diikuti lebih dari 40 pengelola website di seluruh program studi dan unit di UII ini dibuka oleh Ratna Permata Sari, S.I.Kom, MA, Kepala Bidang Humas UII. Menurut Ratna, kegiatan ini dilaksanakan untuk membuat garda depan UII di laman daring dengan konten yang kuat secara citra, dan konsisten.

Pelatihan ini juga bermaksud meningkatkan kualitas website di UII. Selain kualitas, soal jumlah domain web juga penting diperhatikan. Ratna berharap, semakin sedikit website di UII, penanganan keamanannya juga semakin mudah.  Begitu pula jika konten semakin konsisten dan berkualitas, maka semakin bagus juga citra UII di mata publik. “Intinya ketika menulis, kedepankan UII lebih dahulu, meskipun itu kegiatan kerjasama dengan pihak lain, karena ini garda depannya UII,” kata Ratna.

Citra dan konten  yang berkualitas itu seperti apa? Reren menyarankan pengelola website prodi bisa mengoptimalkan apa saja potensi prodinya. “Ada dosen prestasi dan riset bagus, ya itu dinaikkan. Ada mahasiswa yang pintar juga konten kreator youtuber nah itu juga bisa dinaikkan. Kalau konten ini naik, nanti kan bisa jadi rujukan jurnalis. Bisa masuk media tanpa cost yang berarti. Ini bisa jadi publikasi gratis. dan secara nggak langsung ini juga sudah menjalankan fungsi kehumasan juga kan?” saran Reren.

Selain tingkatkan kualitas, Reren bagikan juga soal tingkatkan keterbacaan konten kita. menambahkan bahwa kita bisa bermain di penjudulan untuk tingkatkan keterbacaan berita website. Kita bisa kaitkan dengan konteks saat ini. “Ini penting dalam SEO (Search Engine Optimizer), misalnya kita mau menulis soal gubernur DIY, kita mau pakai gubernur DIY atau HB X? Orang akan lebih populer cari HB X daripada Gubernur DIY,” kata Reren.

Reren juga menyarankan penggunaan judul hanya 5 sampai 7 kata minimal. Jika terlalu banyak, di dunia daring orang sudah malas membaca. Lalu, Bagaimana membuat artikel kita diklik banyak orang, kata Reren. “Kita bisa berkolaborasi dengan media sosial lain. Jadi kita link-kan artikel kita di story instagram. Bikin foto yang menarik, karena foto itu mempengaruhi orang mau klik atau tidak. kalau di twitter kita bisa memancing dengan tulisan atau link  yang gaya menulisnya bukan khas robot. Sangat manusia, sehingga tidak kaku dan orang tertarik, katanya. Angkat kisah-kisah mahasiswa dan dosen karena itu menarik.

Dalam sesi tanya jawab, Zarkoni, pengelola Website Komunikasi UII,  mengemukakan pertanyaan. “Kalau tadi disebut

“Ada dosen prestasi dan riset bagus, ya itu dinaikkan. Ada mahasiswa yang pintar juga konten kreator youtuber nah itu juga bisa dinaikkan. Kalau konten ini naik, nanti kan bisa jadi rujukan jurnalis.”

Soal standar, Jawa Pos juga sering mengeluarkan dan memerbarui standar penulisan, diksi, dan gramatikal bahasa yang dipakai seluruh wartawan Jawa Pos. Mengapa penting membuat standar bahasa ini? Media juga ikut mendidik pembaca, jurnalis jangan sampai mengedukasi pembaca dengan bahasa yang tidak baik. “Saya sering sarankan ke wartawan, setelah kamu tulis berita, kamu baca ulang, enak atau tidak. kalau kamu sendiri tidak enak bacanya, apalagi pembaca.” kata Reren.

Menulis sebisa mungkin ringkas, padat, jelas, tapi tidak mengurangi informasi yang ingin disampaikan. Gunakan kalimat tunggal yang efektif, satu subjek, satu predikat. Perhatikan juga apakah satu kalimat bisa dibaca satu nafas. Satu nafas adalah ukuran apakah tulisan ini enak dibaca atau tidak. Satu lagi katanya, “Kalau biasanya orang kasih 5W + 1H, saya tambahkan jadi 6W + 1H,” kata Reren. W tambahan Reren dalam 6W itu adalah “What Next”. “Pembaca perlu tahu apa lagi kelanjutan dari isu yang ditulis sehingga ia akan terus mengikuti perkembangan kegiatan berikutnya,” kata Reren.