ECO-LIFESTYLE DI KAMPUNG TRUKAN, SEGOROYOSO, PLERET, BANTUL

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 5 minutes

ECO-LIFESTYLE DI KAMPUNG TRUKAN, SEGOROYOSO, PLERET, BANTUL oleh Maulida Fitria Averoes, M. Akbar Priandanu, Fanti Oldrina Rifani Siregar, Indah Kemala Dewi Barus, Lana Fadhila

 

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran kognitif pada masyarakat desa Trukan akan pentingnya menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan.  Sasaran kegiatan, yaitu warga yang bertempat tinggal di kampung Trukan, Segoroyoso, Pleret, Bantul.  Luaran kegiatan ini berupa kesadaran dan pengetahuan yang lebih dalam terhadap permasalahan terkait lingkungan dan bagaimana cara pengolahannya. Keseluruhan kegiatan berdurasi selama dua hari, dilaksanakan pada tanggal 24 November 2019 dan 1 Desember 2019. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini menggunakan pendekatan sosialisasi, rekreasi dan kampanye lingkungan, melalui tahapan sebagai berikut:

  1. Melakukan survey lokasi pelaksanaan kegiatan pada 27 September 2019
  2. Persiapan kegiatan sebelum pelaksanaan, seperti menyiapkan materi, barang yang diperlukan dan teknis saat pelaksanaan.
  3. Melakukan konfirmasi kepada kepala dukuh terkait tempat diadakannya acara, perlengkapan yang dibutuhkan, dan juga peserta.
  4. Mengundang peserta dengan target 40 orang
  5. Pelaksanaan pembukaan kegiatan dilakukan oleh kepala dukuh dan ketua pelaksana.
  6. Sosialisasi edukasi terkait lingkungan oleh komunitas Garuk Sampah
  7. Pelatihan pembuatan karya dari sampah plastik oleh Bank Sampah Gemah Ripah Bantul.

Kegiatan pelatihan yang dilakukan ada dua, yaitu pelatihan membuat bunga kresek dari plastik dan juga membuat lilin dari minyak jelantah. Pembukaan di hari kedua dimulai dengan diadakannya senam. Lalu ada pula Safari Piyungan bersama Komunitas Garuk Sampah. Kegiatan selanjutnya adalah Safari Museum Purbakala Pleret Bantul. Ada pula Focus Group Discussion bersama komunitas Garuk Sampah. Pada akhir acara, kami melakukan Kampanye Lingkungan dari 0 KM hingga depan gedung DPRD Yogyakarta bersama komunitas Garuk Sampah.

Kampung Trukan, Segoroyoso, Pleret, Bantul dipilih sebagai tempat pelaksanaan kegiatan karena melihat fakta yang terdapat pada kampung tersebut. Masyarakat masih belum menyadari tentang bahayanya plastik bagi lingkungan sekitar. Materi saat sosialisasi juga dipilih mengingat bahwa sampah merupakan permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat luas, bukan hanya kampung Trukan saja.

Pelaksanaan Kegiatan

Pedukuhan Trukan, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Bantul merupakan daerah yang dekat dengan TPA Piyungan, hanya ditempuh dengan kurang lebih 5 KM masyarakat Trukan akan dapat merasakan langsung kondisi TPA Piyungan. Mereka selalu mencium bau tidak sedap yang dikeluarkan oleh TPA ini, apalagi ketika hujan turun. Angin yang membawa aroma tidak sedap ini bahkan sampai ke beberapa pedukuhan di sekitarnya, Trukan salah satunya.

Masyarakat Trukan yang terdiri dari anak, remaja, hingga dewasa merupakan partisipan dari pemberdayaan ini guna. Mereka dilibatkan dalam sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan karena itu akan berdampak pada kehidupan yang sehat. Masyarakat menerima materi akan pentingnya menjaga lingkungan, ini dilakukan untuk menginformasikan dalam kognitif mereka agar dapat merubah perilaku dan menjaga lingkungannya menjadi lebih baik.

Lalu masyarakat diberikan pelatihan bagaimana memanfaatkan sampah agar tidak terbuang sia-sia bahkan dapat diolah menjadi barang bernilai ekonomis. Mereka diajarkan membuat lilin dari minyak jelantah, yang sejatinya ini sering kali ditemukan di setiap rumah dan akhirnya dibuang hingga mencemari lingkungan.

Pada sesi inni, partisipan diajarkan pembuatan lilin agar minyak jelantah yang seharusnya dibuang menjadi komoditas bernilai ekonomis. Selain itu, ada pelatihan pula tentang membuat bunga dari plastik. Ini berguna untuk mengurangi sampah plastik yang marak terjadi. Limbah plastik dapat berubah menjadi keindahan mata dan bernilai ekonomis.

Selanjutnya, Masyarakat Trukan mengunjungi TPA Piyungan. Walau jarak tempat mereka tinggal dengan TPA, tetapi masyarakat belum pernah melihat langsung kondisi pembuangan sampah ini. Sesampainya di TPA, mereka melihat kondisi mengenaskan di sana. Terlihat sampah yang menggunung bahkan terus meluas hingga ke sisi kanan dan kiri. Tidak hanya sampah dan para pemulungnya yang terlihat, terdapat pula sapi sebagai hewan ternak masyarakat setempat memakan sampah dan bahkan tidak dihardik oleh para pekerja di sana.

Kunjungan selanjutnya yaitu ke Museum Sejarah Purbakala Pleret Bantul, museum ini menyimpan benda-benda bersejarah yang pernah ada di Pleret. Jumlahnya sekitar 50-an cagar budaya terdiri dari arca, stupa, dan benda-benda lainya. Kecamatan Pleret memiliki peran historis tinggi karena pernah menjadi tempat berdirinya Keraton Kerto dan Keraton Pleret. Kunjungan ini ditunjukan agar masyarakat mengenal lebih jauh tempat tinggalnya sehingga dapat memiliki rasa kepemilikan dan kebanggaan. Ini akan memerkuat alasan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya.

Kami juga melakukan Focused Group Discussion (FGD) untuk mengetahui apa isi pemikiran masyarakat terhadap lingkungan terutama yang terjadi di TPA. Kegiatan ini untuk mengeluarkan rasa kepedulian warga yang ditunjukan melalui tulisan maupun gambar-gambar yang mereka ciptakan. Suara mereka tidak hanya dituangkan di atas kertas karton, hasilnya masyarakat menyuarakan semua isi hati dan pemikiranya di Malioboro.

Tujuan akhir dalam kunjungan ini yaitu Malioboro, salah satu icon kota Yogyakarta yang mengundang banyak wisatawan lokal maupun mancanegara. Tempat ini dipilih untuk melakukan kampanye lingkungan yang dilakukan masyarakat Trukan. Ini berguna menyadarkan wisatawan akan pentingnya lingkungan yang baik. Terutama masalah sampah yang kerap diperbincangkan. Tidak luput pula menyusur kawasan Malioboro dengan membersihkan tempat ini dari sampah yang berserakan.

Pembelajaran dari Program Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Kegiatan yang dilaksanakan di kampung Trukan, Segoroyoso, Pleret, Bantul pada tanggal 24 November 2019 dan 1 Desember 2019 merupakan serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat berbudaya lingkungan. Kegiatan ini dimulai dengan diadakannya sosialisasi Eco-Lifestyle (Gaya hidup ramah lingkungan) oleh komunitas Garuk Sampah.

Lalu pengolahan sampah seperti minyak jelantah dan kresek menjadi barang berguna oleh Bank Sampah Gemah Ripah.  Safari Lingkungan ke Piyungan lalu dilanjutkan dengan safari ke Museum Sejarah Kecamatan Pleret. Pada kegiatan ini juga diadakan kampanye lingkungan yang bertujuan untuk menyuarakan fakta yang telah di lihat secara langsung kepada masyarakat yang berada di sepanjang Malioboro. Kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya ini, dilakukan oleh ibu-ibu kader hingga anak-anak yang berjumlah 25 orang.

Kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik oleh seluruh anggota kelompok serta bantuan yang didapatkan dari beberapa pihak. Pihak tersebut misalnya mitra Prodi Ilmu Komunikasi UII serta Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Pelaksanaan dapat berjalan dengan sukses juga karena adanya bantuan oleh mitra Garuk Sampah dan Bank Sampah Gemah Ripah.

Selain itu, terdapat juga bantuan yang berasal dari pemerintah daerah setempat, seperti yang diberikan oleh kepala dukuh Trukan yaitu bapak Sumarwan sebelum dan saat pelaksanaan kegiatan. Pihak kecamatan Pleret juga memberikan dukungan berupa Tumblr atau botol minum dan juga dukungan berupa pendanaan oleh kelurahan Segoroyoso.

Saat pelaksanaan kegiatan terjadi terdapat beberapa kendala yang memang berada di luar kendali penyelenggara. Misalnya seperti pemadaman listrik dan cuaca hujan. Namun hal tersebut tidak menghambat berlangsungnya kegiatan ini.

Antusiasme masyarakat kampung Trukan saat pelaksanaan membuat kendala tersebut menjadi tidak berarti. Misalnya saja saat membuat lilin melalui minyak jelantah, ibu-ibu kader sangat bersemangat saat menjalaninya. Mereka semangat berdiskusi dengan pihak mitra bank sampah Gemah Ripah terkait bagaimana cara untuk membentuk Bank Sampah.

Respon positif oleh masyarakat menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi penyelenggara. Hal ini karena telah berhasil menjadi media dan sarana bagi warga pedukuhan Trukan. Berkat diadakannya kegiatan ini, pedukuhan Trukan memiliki kesadaran kognitif atas urgensi permasalahan sampah di DI Yogyakarta. Hal yang tentu menggembirakan tentu akan segera didirikannya Bank Sampah di Pedukuhan Trukan.

Dalam kegiatan ini akan lebih baik jika dilakukan oleh masyarakat yang jumlahnya lebih banyak lagi, agar ilmu dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas dan semakin terbuka rasa kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar.

———

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri
tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom.
Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali
mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.