Nowadays, when the pandemic of Corona Virus Disease (Covid-19) is reaching almost all of the country in the world, everything is changing. Every kind of activities are going to be ‘New Normal.’ This is what we call that the usual become unusual. And also, the unusual becoming more usual. It is also happen at these university’s routine. When the marketing communication (marcomm) had a lot of offline activities of university promotion, now they are become online activities. When the course and study was being done by offline meeting, now every meeting is prohibited instead of online meeting. Zoom, Webex, Google meet, WhatsApp, and other communication apps become the hero among the physical distancing policies today.
It is also happen at Public Relation (PR) routine. Not only at UII, indeed. Everything, everywhere, every person will affect with these pandemic condition. It is also a lot of finding and new way to do PR and mar-comm routines. There will be a lot obstacles and also easiness. One of the difficulties is there will be a big adaptation to move from conventional way of PR activities. The PR officer should adapt faster in order to gain a big PR impact tomorrow. Indeed, the Safety Protocol should always done in every PR activities.
But, there will be some tricks and tips. There’s ease behind hardship. And only they who believe the classic proverb “Where there is a will, there is a way” that will win the battle in the middle of the pandemic.
Hence, International Program of UII’s Communication Science Department invite you all to discuss the tricks, the tips, and the strategy of PR in the middle of these pandemic. We invite you to join our webinar tomorrow in the zoom conference at Friday, May, 15th, 2020.
Ricky Iskandar (Corporate PR Specialist Regional Forest Interactive), Aziz Malek (Digital Strategist Team Lead Forest Interactive), and Ratna Permata Sari (Lecturer in Communication Science Department) will speak all about Digital PR during Pandemic. So, what are you waiting for? Just Join us at Zoom tomorrow Friday.
Hi guys, in a pandemic like this, what are you doing to fill your time?
On a typical day, of course you do online lectures, but when the weekend comes, what can we do?
Doing things that are fun at the same time can bring a lot of information might be tried as one answer.
How about attending a web seminar or what we often say with webinars. In a pandemic like this many institutions or media create webinars that can be followed by everyone and certainly free of charge.
Talking about the various webinars, on Saturday 16 May 2020 International Program Department of Communication Universitas Islam Indonesia held a webinar that raised the topic of Digital Marketing Strategy in Outbreak. The theme in this webinar topic is closely related to how to sustain business in a pandemic like this. Through this webinar we will find out more about the strategy of what to do in doing digital marketing.
This webinar is also part of the annual global seminar conducted by our study program and is intended for students who join the International Program.
The most important thing is, this webinar is free and open for the public.
So what are you waiting for, go register yourself now!
=======================================================
check out this video to watch the webinar’s documentation
Dari pada ngabuburitnya bingung mau ngapain. Mending mantengin diskusi ini.
Nadim bersama @krisaljustin akan berbagi pengetahuan seputar Imaji Lingkungan di Sekolah Alam yang merupakan karya tugas akhirnya di perkuliahan. Sangat cocok buat kamu yang sedang menaruh perhatian terhadap isu lingkungan supaya bisa menambah wawasan kamu terkait imaji atas lingkungan tersebut
“Terus hubungannya dengan komunikasi apa?” Nah di diskusi ini nantinya akan kamu temukan jawabannya lewat perspektif komunikasi geografi.
Ke depannya Nadim juga akan menggelar diskusi seputar riset mahasiswa yang bisa jadi motivasi buat kamu mahasiswa tingkat akhir sedang kebingungan sama skripsinya supaya terus bisa tetep semangat.
Catat tanggalnya dan silahkan bergabung
#psdmanadimkomunikasiuii #mediaalternatif#diskusibulanan
Oleh : Dr rer soc Masduki
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia
AKSI perlawanan global terhadap pandem Covid-19 ibarat sebuah peperangan antara kekuatan pasukan sipil di suatu negara yang diorkestrasi pemerintah dengan pasukan virus korona. Dalam situasi perang dan di medan perang (khususnya aksi kekuatan militer), Konvensi Jenewa 1949 memerintahkan pihak yang bersengketa untuk menjamin perlindungan kepada dua aktor penting: relawan kesehatan/petugas medis dan jurnalis peliput perang. Mengapa?
Mereka sama-sama memberi pertolongan, sikapnya netral dan bekerja untuk tujuan yang lebih mulia: penyelamatan korban manusia dari kebiadaban secara fisik (tenaga media). Dan menjaga akal sehat publik (jurnalis) melalui pemberian informasi yang akurat-berimbang dengan fokus kepada upaya perdamaian. Namun saat melaksanakan tugas ini, kedua profesi dalam posisi kritis, terancam karena harus berada dan menjadi saksi langsung sebuah pertempuran.
Formula kerja jurnalis memiliki kemiripan dengan formula tugas tenaga medis, yaitu keharusan berinteraksi langsung dengan orang lain (korban/pasien, sumber berita). Tiadanya interaksi langsung dengan narasumber atau lokasi peristiwa, menurunkan kualitas jurnalisme. Petugas medis juru selamat (fisik), sedang jurnalis adalah juru damai (psikologis dan sosiologis).
Sehingga seperti tenaga medis. Jurnalis yang tidak mampu mengakses sistem perlindungan diri yang standar saat bertugas akan berpotensi terinveksi virus korona. Atau bisa menjadi pembawa virus kepada orang lain/rekan seprofesinya. Profesional Jurnalis pertama-tama adalah makhluk profesional, tugas pokoknya meliput sebuah peristiwa, mengolahnya menjadi berita. Tuntutan reportase jurnalistik yang baik tidak hanya mengandalkan dokumen yang bisa diakses secara daring, tetapi pernyataan otentik pihak terkait suatu peristiwa (narasumber).
Lebih dari itu, jurnalis dituntut melihat langsung peristiwa di lapangan/observasi. Di tengah pandemi, tugas ini harus dilaksanakan dengan risiko tinggi tertular virus karena tidak ada jaminan bahwa lokasi yang diobservasi atau narasumber yang diwawancarai steril. Sehingga, standar perlindungan jurnalis idealnya sama dengan tenaga medis yaitu alat pelindung diri (APD) yang memadai.
Jika saat meliput perang, jurnalis mengenakan rompi antipeluru, dalam meliput Covid-19, belum ada kesepakatan busana yang pas. Saat ini, jurnalis melindungi dirinya di lapangan secara minimalis: hanya memakai masker. Dalam konteks sebagai makhluk profesional, jurnalis adalah pekerja pada suatu media atau media massa yang dikelolanya sendiri.
Faktor hubungan pekerja-pemberi kerja ini dapat menjadi pintu masuk kewajiban perusahaan melindungi pekerja-nya. Harus ada kepastian bahwa hak-hak dasar berupa gaji dan tunjangan jurnalis tetap berlaku. Di luar hak dasar ini, perlindungan terhadap jurnalis mencakup penyediaan APD saat bertugas di lapangan dan penataan ruang redaksi agar terjadi jarak fisik yang aman.
Persoalannya, di tengah pelambatan daya beli masyarakat atas produk media (terutama cetak), apakah perusahaan pers saat ini mampu memberi hak dasar dan perlindungan khusus jurnalisnya? Di samping sebagai pekerja profesional, jurnalis adalah warga negara yang terdampak secara ekonomi dan sosial.
Selain terancam kehilangan pekerjaan (akibat krisis di perusahaan medianya), jurnalis beserta keluarganya terancam terinveksi Covid-19 atau apabila ia sudah terinveksi dapat mengalami kematian jika tidak ada pertolongan medis darurat. Sebagaimana warga negara pada umumnya, jurnalis berhak atas pelayanan medis terkait Covid-19 dari rumah sakit atau fasilitas lain yang disediakan pemerintah.
Inisiatif pemerintah/industri untuk ikut memproteksi jurnalis harus lebih hat- hati dan bisa dilakukan lewat tiga institusi: organisasi profesi jurnalis, Dewan Pers selaku regulator dan perusahaan pers tempat mereka bekerja. Sayang, kita belum melihat Dewan Pers atau perusahaan pers memiliki protokol yang memadai terkait hal ini.
Upaya Dewan Pers meminta pemerintah memberikan insentif keringanan pajak pada perusahaan pers tidak diikuti dengan protokol lanjutan yang jelas. Terutama terkait sejauhmana insentif ini berimplikasi langsung kepada perilindungan jurnalis yang bekerja di lapangan.
Artikel telah dimuat di Rubrik Opini KR, Jumat 24 April 2020
Gabung Warung Rakyat Yuk
Tempat mangkal daring pelaku ekonomi kerakyatan.
Menghadapi dampak covid-19 yang menghantam sendi-sendi perekonomian, terutama usaha kecil dan menengah (UKM), UII membuka Warung Rakyat yang diperuntukkan bagi kelompok-kelompok UKM.
UKM yang berminat dapat mendaftarkan diri pada tautan:
Http://warungrakyat.uii.ac.id/usulwarung
Narahubung
Mutia Dewi 0817200283
Ali Minanto
087738519768
Pandemi Covid-19 yang merebak di seluruh penjuru dunia tidak hanya mengakibatkan jatuhnya korban jiwa secara massif, tapi juga melumpuhkan sendi-sendi perekonomian. Kelompok ekonomi yang paling rentan terhadap dampak pandemi Covid-19 adalah pelaku usaha kecil menengah (UMKM). Arahan untuk melakukan jaga jarak menuntut UMKM untuk beralih ke kanal digital.
Merespons hal tersebut, pada 21 April 2020, bertepatan dengan Hari Kartini, Universitas Islam Indonesia (UII) resmi meluncurkan portal warungrakyat.uii.ac.id yang disediakan sebagai ‘tempat mangkal daring pelaku ekonomi kerakyatan’. Momentum peringatan Hari Kartini menjadi langkah awal Warung Rakyat untuk menghadirkan ‘cahaya di tengah gulita’ sebagaimana semangat Kartini. Portal warungrakyat.uii.ac.id merupakan salah satu ikhtiar UII untuk membantu warga, terutama UMKM, yang terdampak.
Portal Warung Rakyat ini menyediakan informasi yang dapat memudahkan calon pembeli dan penjual mencari komoditas yang dibutuhkan. Di samping memuat nama usaha, portal ini juga dilengkapi dengan informasi yang cukup detail terkait dengan ragam produk, alamat, kontak penjual, mekanisme pembayaran, dan pengiriman.
Berbeda dari beberapa portal yang sejenis, warungrakyat.uii.ac.id lebih berperan sebagai mediator dan tidak mengambil keuntungan apapun dari proses transaksi yang terjadi. Meskipun demikian, pengelola portal tetap melakukan proses kurasi untuk memastikan validitas dari UMKM yang bergabung. Mekanisme ini penting dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi malpraktik usaha yang merugikan konsumen.
Melalui portal ini, pelaku UMKM dapat memberikan informasi kepada calon pembelinya secara daring. Secara teknis, para pelaku UMKM dapat langsung mengunjungi portal warungrakyat.uii.ac.id dan melakukan registrasi serta melakukan identifikasi jenis produk yang ditawarkan. Ada 10 kategori produk yang tersedia di Warung Rakyat meliputi kategori makanan, alat kesehatan, minuman, jasa fotokopi, kerajinan, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, sembako, petshop, dan penyedia jasa lain. Kategori ini dapat bertambah sejalan dengan waktu.
Sampai saat ini, sepekan sejak portal ini diluncurkan, sudah ada 260 UMKM yang bergabung. Jumlah UMKM yang bergabung kemungkinan akan terus bertambah seiring dengan pandemi Covid-19 yang belum bisa dikendalikan.
Kehadiran portal bisa menjadi solusi karena selain mudah diakses, juga menjangkau secara nasional. Ke depan portal ini juga akan dilengkapi dengan fitur-fitur lain yang tidak sekedar informasi produk melainkan juga akan dilengkapi dengan berita, galeri foto, profil UMKM, rubrik artikel atau opini, testimoni dan warung rakyat pedia yang berisi glosarium atau penjelasan tentang istilah-istilah dalam UMKM.
Fitur-fitur tersebut diharapkan memberikan pengalaman baru bagi pengunjung portal, selain melakukan kegiatan transaksi belanja, yakni memperoleh informasi lain yang dapat menguatkan literasi publik. Tidak menutup kemungkinan portal ini akan tetap berlanjut bakda pandemi Covid-19. UII percaya portal ini dapat menjadi solusi alternatif jangka pendek sekaligus jangka panjang ketika pelbagai aktivitas manusia dilakukan secara daring.
Kartini adalah Kita
Puisi karya Ali Minanto
Kita yang tetap menjaga nyala cahaya dalam kepekatan
Kita yang akan selalu bangkit dari keterpurukan
Kita yang terus bergerak dalam kesenyapan
Kita yang terus berkiprah dalam segenap keterbatasan
Kita yang percaya masih ada terang di ujung lorong kegelapan
Kita yang tetap berjuang untuk merawat denyut kehidupan
terus berkarya meski dalam pingitan
————-
Selamat Hari Kartini
Prodi Ilmu Komunikasi UII
credit:
karya Puisi : Ali Minanto
Videografer & Editor : Relawan KitaEmpati
Foto : Reyhan Reynardo Tanjung
Hubungi Kami
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya
Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang km. 14,5 Sleman, Yogyakarta 55584 Indonesia
Telephone: +62-274-898444 ext. 3267
Faks: +62 274 898444 ext. 2106
Email: komunikasi@uii.ac.id