communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 4 minutes

Pelatihan Bahasa Inggris dan Digital Marketing Dusun Gamplong I Oleh Wafi ‘Ahdi Rahman, Putra Muhammad Dafa, Raden Dina Pancawati, Jamilatul Makrifah, Muhammad Nugraha S.

Pada awalnya, kerajinan tenun di Yogyakarta, terutama di Sleman, dimulai pada tahun 1950-an. Hasil produksinya baru berupa tenun gendong di daerah Sumberrahayu, Moyudan, Sleman. Kemudian hal tersebut memancing perkembangan tenun lurik dengan alat tenun bukan mesin (ATBM) termasuk di Desa Gamplong yang kini telah menjadi desa wisata.

Desa Wisata Gamplong terdiri dari 5 dusun yang memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan. Dusun Gamplong I sebagai bagian dari Desa Wisata Gamplong dikenal memiliki beragam potensi yang dimiliki salah satunya yaitu kerajinan tenun tersebut.

Namun bahan baku kerajinan tenun bukanlah dihasilkan sendiri. Penduduk Gamplong mendapatkan bahan seperti lidi dari Cilacap, Ciamis, hingga Pangandaran Jawa Barat. Sedangkan untuk eceng gondok didapat dari Semarang. Eceng gondok yang sudah kering hasil dijemur di Pantai Selatan. Akar wangi didapatkan dari Tasikmalaya.

Dengan adanya potensi yang dimiliki oleh Dusun Gamplong I salah satunya dari kerajinan tenun ini, nyatanya masih terdapat permasalahan. Masalah ini membuat Dusun Gamplong I belum terlalu dikenal dalam cakupan yang lebih luas terutama wisatawan-wisatawan asing. Terlebih akhir-akhir ini muncul destinasi wisata baru yang ada di Desa Wisata Gamplong yaitu Studio Alam Gamplong. Studio alam tersebut memiliki daya tarik karena dinilai lebih kekinian dan populer. Akibatnya membuat potensi wisata lainnya cenderung menurun khususnya wisata kerajinan tenun.

Dusun Gamplong I telah memiliki pemandu wisata sebagai pemandu bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Namun pada praktiknya, pemandu wisata dinilai masih kurang mampu dalam berkomunikasi dengan wisatawan asing. Padahal komunikasi menjadi hal utama untuk memperkenalkan kerajinan tenun.

Permasalahan lain yang muncul yaitu pemasaran kerajinan tenun yang belum maksimal. Biasanya hasil produksi tenun diekspor ke luar negeri masih melalui pihak ketiga. Adapun faktor lain yang menjadikan pemasaran terhadap potensi wisata menjadi kurang maksimal, yaitu generasi muda di dusun tersebut kurang berminat berpartisipasi mengelola potensi yang ada.

Sebabnya beragam. Pemuda di sana memiliki aktifitas masing-masing. Ada yang masih duduk dibangku sekolah, perkuliahan, dan bekerja. Kesibukan-kesibukan ini yang membuat adanya keterbatasan waktu sehingga mereka kurang berkontribusi dalam mengelola potensi desanya.

Dengan melihat permasalahan yang ada, serta potensi yang dimiliki Dusun Gamplong I, sangat memungkinkan untuk dilakukan sebuah kegiatan yang akan membantu dalam mengembangkan Dusun tersebut. Setelah mengikuti kegiatan ini, harapannya dapat dikenal dalam cakupan yang lebih luas dan juga dapat menarik para wisatawan terutama wisatawan asing. Melalui mata kuliah Manajemen Program Komunikasi Non Komersil, Kami mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia melakukan beberapa program dalam membantu pengembangan Dusun Gamplong I.

Programnya adalah pelatihan Bahasa Inggris kepada pemandu wisata dan Pelatihan digital Marketing kepada para pemuda Dusun Gamplong I. Sebelum kegiatan-kegiatan pelatihan dilaksanakan, perlu diadakan talkshow selama satu kali pertemuan untuk membangun motivasi kepada para pemuda. Fungsinya agar dapat membantu dalam melakukan pemasaran potensi yang ada di dusun tersebut. Talkshow juga tersebut sebagai pembuka program yang akan dilaksanakan berikutnya.

Pada hari yang telah ditentukan yaitu Minggu, 10 November 2019 kami telah melaksanakan acara Talkshow yang dihadiri oleh para pemuda serta warga sekitar. Zaki Kriyan kami undang sebagai pengisi dalam acara Talkshow yang bertemakan “Generasi Muda yang Berinovasi”. Tujuannya agar dapat membangkitkan semangat dan kesadaran untuk berkontribusi dalam mengembangkan potensi yang ada pada Dusun Gamplong I.

Pada pertemuan selanjutnya yang dilaksanakan di hari Sabtu 16 November 2019 Kami telah melaksanakan Program Pelatihan Bahasa Inggris. Pesertanya terdiri dari pemandu wisata yang berjumlah 10 orang. Pada pelatihan tersebut kami menggandeng Cilacs UII sebagai mitra untuk memberikan materi. Pelatihan tersebut dilaksanakan dengan dua sesi yang bertempat di Pendopo Dusun Gamplong I. Sesi pertama dilaksanakan pada pukul 13:00 – 15:00 WIB, dengan materi “Introduction To English For Tourism and Hospitality.

Sesi kedua dilaksanakan pada pukul 15:30 – 17:00 WIB berupa praktik. Praktik ini  memperkenalkan bagaimana cara pengolahan atau pembuatan kerajinan tenun dengan menggunakan Bahasa Inggris. Tim Cilacs UII membagi peserta ke dalam dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5 orang yang kemudian mempresentasikan hasil diskusi peserta. Tim Cilacs UII memberikan merchandise kepada peserta yang berhasil menjawab pertanyaan yang telah diberikan di setiap sesi. Selain merchandise, para peserta juga diberi sertifikat dari Cilacs UII.

Program selanjutnya, yaitu program pelatihan digital marketing dengan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada Minggu 17 November 2019. Acara ini dihadiri Peserta kurang lebih 15-20 pemuda Dusun Gamplong I. Pada pelatihan tersebut kami bekerja sama dengan Ahmad Faiz yang merupakan Business Development dari Jurnal.id sebagai pembicara dalam pelatihan digital marketing.

Pada sesi ini, peserta dikenalkan dengan digital marketing dasar yang kemudian diakhiri dengan pemberian tugas. Tugasnya, peserta belajar mendaftar ke salah satu marketplace serta foto produk hasil kerajinan tenun.

Pada pertemuan kedua, pelatihan digital marketing dilaksanakan di hari Sabtu, 23 November 2019. Para peserta yang hadir terdiri dari sekitar 15 pemuda Dusun Gamplong I. Namun karena terdapat peserta yang baru hadir di pertemuan kedua tersebut, sehingga pembicara harus memaparkan kembali materi yang sudah dijelaskan pada pertemuan pertama, dan menambahkan bagaimana cara mengelola marketplace (bukalapak) yang baik.

Pertemuan kedua pelatihan digital marketing tersebut sekaligus menjadi hari penutupan dari program pengembangan Dusun Gamplong I yang telah kami laksanakan. Acara ditutup dengan memberikan sertifikat kepada Ahmad Faiz sebagai pembicara dan sebuah plakat sebagai tanda ucapan terima kasih dan kenang-kenangan kepada Dusun Gamplong I.

Beberapa program diatas merupakan program yang telah kami laksanakan. harapan kami kepada Dusun Gamplong I dapat terus mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dapat lebih dikenal dalam jangkauan yang lebih luas terutama kepada wisatawan asing.


Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri
tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom.
Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali
mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 3 minutes

Edukasi “Masa Baligh” Pada Anak Sekolah Dasar oleh Rezky Sulhana Siregar, Annisa Malahayati, Fatikha Silastuti Sujarwa, Ajeng Putri Andani

 

Masa baligh adalah salah satu fase pertumbuhan anak dalam Islam yang dikenal juga dengan masa pubertas. Pada laki-laki ditandai dengan tumbuhnya rambut di bagian tubuh tertentu, mimpi basah, tumbuh jakun, dan suara semakin berat. Sedangkan pada perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut di bagian tubuh tertentu, menstruasi, suara semakin nyaring, dan tumbuhnya payudara.

Selain itu, terdapat pula tanda-tanda psikologis, seperti kesadaran bertanggung jawab, emosi yang tidak stabil, mudah marah dan tersinggung. Dalam Islam, anak yang sudah baligh dikatakan sebagai “mukallaf” atau orang yang sudah diwajibkan untuk menjalankan syari’at Islam, seperti sholat lima waktu dan puasa ramadhan. Namun, dalam lingkup keluarga hal-hal seperti ini masih tabu untuk dibicarakan, akibatnya anak tidak mempunyai cukup pengetahuan dalam menghadapi masa pubertas. Bahkan keluarga juga cenderung melimpahkan tanggung jawab untuk menjelaskan hal seperti ini kepada pihak sekolah.

Fenomena di atas menjadi latar belakang adanya kegiatan Edukasi “Masa Baligh” Pada Anak Sekolah Dasar. Kegiatan ini adalah sosialisasi dan pendampingan pada anak sekolah dasar tentang pengenalan masa baligh, cara menghadapinya, serta tanggung jawab apa saja yang harus dilakukan.

Materi yang disampaikan mencakup ciri-ciri masa baligh dalam Islam, tata cara mandi besar, tata cara mencuci pembalut dengan baik dan benar, serta tanggung jawab ketika menjadi baligh. Selain itu, anak-anak juga diminta untuk membuat majalah dinding tentang materi yang telah disampaikan serta cita-cita, puisi, maupun surat untuk orang tua dan guru.

Kegiatan ini diikuti oleh siswa/siswi kelas IV SDN Krawitan, Ngemplak, Sleman yang berjumlah 22 anak. Pemilihan sasaran kegiatan berdasarkan realitas sosial dimana anak mulai pubertas pada usia 10-11 tahun. Kegiatan ini berlangsung setiap hari Jumat selama satu bulan, bertepatan dengan jadwal olahraga siswa/siswi kelas 4 sehingga tidak mengganggu mata pelajaran yang lain.

Pertemuan pertama pada 8 November 2019 selama satu jam. Dimulai dengan perkenalan diri antara kami dengan anak-anak yang berlangsung seru. Kemudian, peserta kegiatan diberi materi tentang pengertian dan ciri-ciri masa baligh. Satu kelas dibagi menjadi empat kelompok. Dua laki-laki dan dua perempuan. Masing-masing kelompok ada satu pemateri dari tim kami.

Terkadang murid bosan dengan materi yang kami sampaikan. Oleh karena itu, diselingi dengan permainan atau video. Di akhir sesi, semua berkumpul. Pemateri memberi hadiah kepada murid yang dapat menebak jawaban dengan benar berupa buku tulis, permen, dan pensil.

Pertemuan kedua pada tanggal 15 November 2019 dengan jam yang sama. Peserta kegiatan diberi materi lebih mendalam yang mencakup tanggung jawab ketika sudah baligh diantaranya sholat lima waktu, puasa Ramadhan, membantu orangtua, dan berkerudung bagi perempuan. Materi dibuat dengan presentasi powerpoint supaya menarik perhatian murid. Satu persatu, anggota kami menjadi pemateri. Dibantu oleh mitra yaitu Pondok Pesantren UII. Di akhir sesi, semua murid diberi hadiah berupa snack supaya lebih semangat untuk mengikuti pertemuan selanjutnya.

Pertemuan ketiga pada tanggal 22 November 2019. Sosialisasi untuk pertemuan pada hari tersebut sedikit berbeda dari pertemuan sebelumnya. Peserta dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu perempuan dan laki-laki. Peserta perempuan melakukan praktek mencuci pembalut. Mereka antusias memperhatikan. Ada volunteer dari peserta yang bersedia melakukan praktek. Sedangkan, peserta laki-laki diberi materi tentang mimpi basah dan tata cara mandi besar.

Pertemuan keempat pada tanggal 29 November 2019, anak-anak diminta untuk membuat majalah dinding tentang materi yang sudah disampaikan selama tiga kali pertemuan serta cita-cita mereka. Bahkan, tidak sedikit peserta yang menulis puisi dan surat untuk orang tua serta guru.

Hal menarik yang kami temukan adalah anak-anak mulai mengerti ciri-ciri ketika memasuki masa baligh, meskipun dengan bahasa yang mereka pahami. “Ibuku berdarah”, “Masku kumisan”, dan ungkapan lainnya ketika kami tanyakan. Namun kebanyakan memang belum mengerti apa yang akan mereka hadapi kelak. Sebagian mengatakan takut, sebagian mengatakan penasaran. Terutama bagi siswa laki-laki menjadi tantangan tersendiri bagi kami yang beranggotakan perempuan semua.

Kami pun meminta bantuan dari teman laki-laki untuk membantu menjelaskan hal tersebut. Meskipun sedikit ramai, siswa siswi sangat antusias dalam kegiatan ini. Terutama pada kegiatan membuat mading. Banyak yang membuat karya berupa gambar cita-cita, juga tulisan kesan pesan untuk orangtua dan guru mereka. Kami berharap, dengan kegiatan ini, pemahaman anak-anak sejak dini akan dunia baligh dan menjadi edukasi untuk dirinya, juga orang lain. Anak pun akan mengenal tanggung jawab dan mempersiapkan apapun yang akan terjadi di masa tersebut.

———–

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri
tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom.
Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali
mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 2 minutes

Sejumlah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia mengadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Fokus pemberdayaannya adalah mendukung dan melatih anak-anak di salah satu Panti yang berlokasi di Kota Yogyakarta. Program Pemberdayaan yang dilakukan mahasiswa UII ini adalah program yang masuk pada mata kuliah Manajemen Program Komunikasi Non Komersil dengan bimbingan dosen Ilmu Komunikasi UII.

Program pemberdayaan tersebut dinamakan “Rangkul Adik”. Nama itu sendiri merupakan sebuah filosofi, berarti suatu usaha untuk ‘merangkul’ ,mengajak, dan mendukung teman-teman panti asuhan agar terbuka harapan dan masa depannya. Programnya memperkenalkan adik-adik panti pada kewirausahaan. Anak-anak mulai dikenalkan berwirausaha sejak dini. Tujuannya antara lain adalah agar dapat tertanam ilmu wirausaha dengan cara melatih kreatifitas.

Anak-anak di UPT pengasuhan anak Wiloso Projo berjumlah 27 orang. Mayoritas adalah remaja. Program ini sangat cocok untuk diterapkan karena masa remaja adalah masa yang harus mulai dikenalkan dengan sistem berwirausaha. Sudah saatnya mereka harus disiapkan skill-nya.

Program tersebut didukung oleh berbagai pihak, salah satunya adalah Dinas Sosial Kota Yogyakarta, sebagai dinas yang bertanggungjawab. Dalam hal tersebut program pemberdayaan ini di-support penuh, karena dianggap merupakan program yang unggul dan bermanfaat untuk kepentingan dan kebutuhan anak-anak Panti Wiloso Projo.

Kegiatan Rangkul Adik ini dilaksanakan dalam rentang waktu 1 bulan. Pada bulan Oktober/Desember pada semester 5 yang berlangsung pada setiap hari Sabtu. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sosialisasi dan pelatihan produksi makanan. Makanan yang diproduksi adalah donat. Dengan hal tersebut, anak-anak di Panti diajak untuk menunjukkan dan melatih kreatifitasnya.

Proses dimulai dari mendesain kemasan produk hingga pada kreatifitas membuat donat yang unik. Proses pemberdayaan ini dilaksanakan sejak 2 November. Pada pertemuan pertama anak-anak di Panti disuguhkan tontonan film yang berisi motivasi berwirausaha sejak dini. Setelah itu anak-anak mulai diajak memahami kerjasama tim dengan sebuah pelatihan team work. Pelatihan tersebut dibantu oleh mitra kerjasama program, yaitu oleh pihak Marketing Indosat Ooredoo Yogyakarta. Pelatihan ini cukup mendapat antusiasme tinggi dari anak-anak, karena materi yang diberikan dikemas dengan ringan dan menyenangkan.

Pelatihan juga diselingi juga dengan permainan-permainan yang menarik sehingga anak-anak dapat menerima materi dengan baik. Begitupun dalam pertemuan ke 2, pada tanggal 9 November, anak-anak menunjukkn antusiasme yang baik. Suguhan materi mengenai digital marketing, hingga pada sosialisi mengenari design product di pertemuan ke 3 pada tanggal 16 November.

Pada puncak kegiatan ini, anak-anak berlatih memproduksi donat yang dilakukan secara berkelompok. Dari sini, anak-anak dilatih mampu melatih kreatifitas dengan team work yang baik sesuai dengan materi yang disampaikan pada minggu-minggu sebelumnya. Proses produksi tersebut dapat memberikan pengalaman dan ilmu yang bermanfaat untuk anak-anak.

Selain itu, hasil produksi yang dilakukan oleh anak-anak sendiri mendapat apresiasi dari pihak Panti. Selain karena belajar produksi donat, anak-anak panti juga mampu menghasilkan desain produk menarik yang menjadi kemasan donat itu sendiri. Hingga pada penghujung acara, kegiatan tersebut ditutup dengan pemberian hadiah dari pihak panitia, dan kenang-kenangan kepada anak-anak panti.

—-

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri
tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom.
Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali
mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 4 minutes

Sekolah Gajahwong berdiri atas kegelisahan nasib para anak jalanan dan pemulung yang tidak dapat bersekolah karena terbatas masalah biaya. Sekolah ini dibangun untuk memberikan pendidikan usia dini kepada anak-anak secara gratis dan tentunya untuk menyelamatkan masa depan anak-anak. Terdapat beberapa guru yang mengajar serta volunteer yang siap membantu mengajar di sekolah ini. Untuk memenuhi kebutuhan sekolah maka sekolah Gajahwong memiliki beberapa program untuk pemasukan kas.

Sekolah Gajahwong adalah sekolah gratis dan kolektif bagi anak-anak usia dini dan menengah dari kalangan kaum miskin Kota di wilayah Yogyakarta terutama bagi Kampung Ledhok Timoho. Sekolah Gajahwong berada di bantaran sungai gajahwong tepatnya di Kampung Ledhok Timoho. Sekolah Gajahwong ini sendiri memiliki kurikulumnya sendiri seperti kurikulum tentang keberagaman, kearifan lokal, cinta lingkungan, alam. Selain itu ada juga kurikulum untuk memanfaatkan lingkungan masyarakat sekitar sebagai media belajar. Ada pula kurikulum mengubah sampah dan barang bekas untuk media pembelajaran yang lalu bisa dimanfaatkan sehingga menghasilkan nilai komersil bagi anak-anak tersebut.

Program yang dimiliki sekolah Gajahwong antara lain peternakan kambing, Penjualan merchandise, Bank sampah, Koperasi, dan penjualan cookies. Hanya saja untuk sekarang ini koperasi dan penjualan cookies tidak berjalan karena untuk koperasi sendiri terkendala oleh komputer yang rusak sehingga tidak dapat menginput laba sedangkan untuk penjualan cookies terkendala dengan SDM (Sumber Daya Manusia). Melalui mata kuliah manajemen non komersil ini, kami mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia ingin membantu memberdayakan sekolah Gajahwong.
Terdapat beberapa Program sekolah yang kami bantu kembangkan dan jalankan. Misalnya pengembangan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan Digital Marketing serta mengembangkan wawasan lingkungan dengan melakukan kegiatan penanaman pohon bersama anak-anak sekolah gajahwong. Sebelum berjalannya kegiatan Digital Marketing, kami terlebih dahulu membentuk media promosi dengan media sosial instagram yang telah dimiliki oleh sekolah gajahwong. Harapannya,  ini akan meningkatkan penjualan merchandise dan juga usaha-usaha online maupun offline dari warga Ledhok Timoho.

Pada hari yang telah ditentukan, kegiatan pelatihan Digital Marketing pun akhirnya dilaksanakan. Dalam kegiatan ini kami bekerja sama dengan mitra yang sering melakukan workshop kepada masyarakat, yaitu RKB (rumah kreatif BUMN) BRI Jogja. Tema dalam pelatihan ini adalah “ Desain & editing video dengan smartphone” .

Tujuan pelatihan ini adalah diharapkan nanti pengurus dan wali murid dapat membuat video desain produk yang dijual sehingga menarik perhatian konsumen. Pelatihan dimulai dengan pembentukan grup kecil-kecilan berisikan 4 sampai 5 orang dalam setiap kelompoknya untuk langsung mempraktekan pembuatan video maupun foto produk melalui smartphone. Terlihat bapak/ibu peserta pelatihan sangat antusias dalam mengikuti setiap materi yang diberikan oleh pembicara.

Pada minggu berikutnya di hari yang telah ditentukan pula, kami telah menyiapkan beberapa tanaman untuk ditanam dihalaman sekolah gajahwong. Pagi hari, terlihat anak-anak sudah siap menyambut kedatangan kami di kelas. Sebelum memulai kegiatan penanaman pohon,  kami terlebih dulu membuat grup kecil-kecil sesuai dengan jumlah bibit tanaman yang nantinya akan kita tanam bersama-sama. Tak lupa juga kami memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada anak-anak sekolah Gajahwong agar saling mengenal.

Saat kegiatan penanaman berlangsung, anak-anak sangat antusias sekali. Terlihat beberapa dari mereka saling bergotong royong membawakan ember berisikan air untuk nantinya digunakan menyiram tanaman yang telah ditanam. Penanaman pohon bersama anak-anak sekolah Gajahwong di area sekolah ini bertujuan mengajarkan anak-anak mengenali dan merawat tumbuhan. Ini senada dengan salah satu kurikulum yang diajarkan di sekolah Gajahwong: belajar mengenali dan merawat tumbuhan. Kegiatan ini akan memfasilitasi proses belajar bagi anak-anak sekolah Gajahwong dan juga membantu sekolah Gajahwong mengembangkan kebun yang telah dimiliki oleh sekolah.

Pihak sekolah Gajahwong menjelaskan bahwa di sekolah belum ada donatur tetap sehingga kadang masih banyak kekurangan yang dirasakan dan terkait fasilitas sekolah yaitu terdapat atap sekolah yang bocor. Kami pun memberikan solusi untuk membuat akun Kitabisa.com untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan pihak Sekolah Gajahwong menyetujui ide kami. Setelah itu kami pun menawarkan untuk membantu menyebarkan informasi tentang peternakan kambing yang dimiliki sekolah Gajahwong karena menurut kami penyebaran informasi selama ini sangat terbatas sehingga masih banyak orang yang tidak tahu bahwa di sekolah ini menjual kambing yang kemudian hasil nya dimasukan ke kas sekolah.

Di minggu terakhir kegiatan kami yaitu, Pembuatan akun Kitabisa.com dan membantu menyebarkan informasi terkait peternakan kambing di Sekolah Gajahwong. Saat pembuatan akun Kitabisa.com pada jumat, 6 Desember 2019. Kegiatan ini dilaksanakan atau dibuat untuk membantu masalah ekonomi Sekolah Gajahwong dan membantu peternakan di Sekolah Gajahwong. Pembuatan akun kitabisa.com merupakan kegiatan terakhir yang kelompok kami lakukan. Tujuan dari pembuatan akun ini karena dana yang dibutuhkan  oleh sekolah Gajahwong masih kurang untuk memenuhi kebutuhan anak-anak di sekolah. Kondisi fisik sekolah juga memprihatinkan. Beberapa atap di sekolah mengalami kerusakan sehingga ketika hujan akan bocor. Maka dari itu disini kami mendorong warga membuat akun crowdfunding kitabisa.com untuk membantu pendanaan Sekolah Gajahwong.

Kegiatan kami lainnya adalah membantu menyebarkan informasi kepada masyarakat umum mengenai peternakan kambing yang dimiliki sekolah Gajahwong. Peternakan kambing ini merupakan salah satu penghasilan yang dimiliki sekolah. Kami bertemu dengan pengurus sekolah dan menjelaskan tujuan kami datang hari ini. Awalnya kami bertanya mengenai masalah pendanaan sekolah dan pemasukan sekolah serta mengenai kekurangan apa saja yang dirasakan.

Itulah beberapa program yang kami kembangkan di sekolah Gajahwong, harapan kami kedepannya tentu sekolah Gajahwong akan terus ada dan berkembang sehingga akan membantu dan memudahkan anak-anak yang memiliki impian untuk sekolah, anak-anak yang memiliki cita-cita untuk terus bermimpi dan berusaha bisa terbantu dengan adanya sekolah gratis Gajahwong.

Banyak kesan dan pembelajaran yang kami dapat dari sekolah Gajahwong terutama dari anak-anak yang bersekolah di sana. Kita diajarkan untuk terus bermimpi dan berusaha semaksimal mungkin agar semua yang diimpikan akan tercapai dan yang pastinya mimpi dan usaha itu harus dibarengi dengan doa.

—————————-

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri
tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom.
Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali
mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.

communication department UII Commnunication for empowerment
Reading Time: 3 minutes

oleh Rahma Tania Firdausyi, Agpri Ayu Karisma, Septian Saputra, Mellinda Bella S., Nurhamid Budi S.

Artikel ini dimulai dengan sebuah pertanyaan, bagaimanakah Indonesia tanpa permainan tradisional? Jawabannya sederhana: sepi. Untuk bisa sepaham dengan jawaban tersebut, pembaca perlu sedikit bermain-main dengan imajinasi.

Pejamkan mata anda dan bayangkan anda sedang melewati sebuah jalan kecil di tepian kota. Di kanan kirinya dipenuhi dengan pepohonan yang membuat suasana menjadi sejuk. Belum terlalu jauh anda melihat lapangan. Lapangan itu dipenuhi rerumputan hijau yang memanjakan mata. Di sana anda melihat gerombolan anak-anak sedang bermain kejar-kejaran dengan penuh tawa, dan keringat yang mengucur di seluruh tubuhnya. Bagaimana? Menyenangkan bukan?

Tapi jangan berhenti sampai di sana. Anda terus berjalan menyusuri desa. Namun, suasananya perlahan berubah, anda tidak menemukan anak-anak sedang bermain di manapun. Lalu anda mulai melihat kesana kemari dan hanya anak yang sedang sibuk bermain dengan gadget-nya yang anda temui. Bagaimana? Simpan jawaban itu untuk anda sendiri.

Tenang, jika anda membayangkan kesuraman yang bakal terjadi tanpa permainan tradisional, anda tidak sendiri. Salah satu anggota Karang Taruna Dusun Wonogiri juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, meningkatnya minat anak-anak terhadap permainan yang berbasis gadget membuat permainan tradisional mulai kehilangan tempatnya. Dalam penuturan tersebut, dia bernostalgia akan masa kecilnya di awal tahun 2000-an. Dia juga mengatakan bahwa pada waktu itu, anak-anak selalu keluar rumah di sore hari untuk memainkan berbagai jenis permainan tradisional.

Ditujukan kepada anak-anak Dusun Wonogiri, Desa Pakembinangun, Sleman. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengenalkan kepada anak-anak bahwa ada banyak permainan tradisional menarik yang bisa dimainkan. Dan tentu saja, kegiatan ini disambut oleh para pengurus desa dengan penuh suka cita mengingat kami menjanjikan festival permainan tradisional di akhir kegiatan yang akan membawa mereka mengarungi masa kecil yang telah lama terkubur oleh kesibukan kerja.

Program yang dijadwalkan selama sebulan ini dimulai pada Sabtu tanggal 12 Oktober 2019. Kegiatannya dimulai pada jam 14.00. Ini dimulai dengan pembuatan egrang kaleng dan telepon kaleng. Proses pembuatan egrang kaleng dilaksanakan secara individu oleh anak-anak Dusun Wonogiri. Anak-anak diberikan sepasang kaleng, lalu diajari cara membuatnya. Sedangkan telepon kaleng dibuat secara berkelompok. Anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok diberi 2 pasang kaleng. Mereka diminta melubangi bagian tengah atas kaleng dengan ukuran yang cukup kecil. Kemudian lubang tersebut diikat dengan senar pancing.

Tiap kelompok juga diminta untuk menghias telepon kaleng tersebut dengan cat air. Anak-anak yang datang berjumlah 9 orang. Memang sedikit di bawah ekspektasi, namun semua itu digantikan dengan canda tawa riang dari anak-anak yang antusias dengan hal baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.

Hari kedua pelaksanaan kegiatan dilakukan pada keesokan harinya, yaitu Minggu, 13 Oktober 2019. Mainan yang pada hari sebelumnya telah dibuat, kali ini dimainkan. Pertama- tama, anak-anak diarahkan untuk mencoba egrang kaleng yang sudah mereka buat. Setelah cukup lelah, anak-anak diminta untuk istirahat terlebih dahulu, sambil minum dan makan makanan yang sudah disiapkan panitia.

Bermain dilanjutkan dengan mencoba telepon kaleng. Lalu diakhiri dengan permainan Gobak Sodor. Setelah cukup lelah, anak-anak dipersilakan untuk beristirahat dan bersiap-siap untuk pulang dan mengisi sisa hari mereka dengan bercerita penuh kebanggaan pada orang tua mereka. Cerita bahwa mereka sudah melakukan hal-hal luar biasa yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.

Setiap pekan dilalui dengan pola yang kurang lebih sama. Hari Sabtu anak-anak akan diminta untuk membuat permainan tradisional dan di Hari Minggu mereka akan memainkannya ditambah dengan beberapa permainan lain yang sudah kami persiapkan. Hanya saja, permainan yang diperkenalkan selalu berbeda beda.

Permainan tersebut mulai dari Ular Tangga, Lompat Tali, Egrang, Bakiak, mobil mobilan dari sandal, Boi-Boian, hingga Bentengan. Semua permainan itu dilaksanakan dengan penuh sukacita. Sampai pada akhirnya hari minggu ketiga dari program ini pun tiba. Anak-anak yang sudah mengetahui bahwa kegiatan ini sudah mendekati masa-masa terakhirnya mengucapkan sebuah kalimat dengan nada lirih, “yahh udah mau selesai yaa,” ucap mereka.

Hanya berselang 7 hari setelah ucapan tersebut, tanggal 3 November 2019 pun tiba.  Bertempat di Bumi Perkemahan Wonokemuning, kami mengakhiri rangkaian kegiatan dengan sebuah festival permainan tradisional. Festival dimulai dengan sambutan oleh Kepala Desa Pakembinangun, Ketua Panitia Dolan Skuy, dan Kampoeng Hompimpa Yogyakarta.

Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan berbagai perlombaan. Perlomban yang diadakan dibagi menjadi lomba untuk anak-anak dan untuk orang dewasa. Semua orang berlomba-lomba memberikan kemampuan terbaik mereka dalam menjalankan tiap perlombaan yang diadakan.

Mereka menjalankan tiap lomba dengan penuh kegembiraan. Jatuh, kotor, dan keringat adalah unsur yang paling banyak mewarnai kegiatan kali ini. Uniknya, di tengah keseriusan tersebut, senyum keceriaan, canda tawa, dan kehebohan – dan tentu saja, keringat – sangat jelas terpancar dari wajah mereka.

Kegiatan yang ditutup dengan pembagian hadiah. Pada pungkasan acara ini menyisakan banyak luapan perasaan di dalamnya. Senang karena bisa dimulai dan diakhiri dengan lancar, serta banyak antusiasme di dalamnya. Namun juga menyisakan sedih karena kegiatan yang penuh suka cita dan canda tawa ini harus diakhiri.

Namun, satu hal yang kami ketahui, permainan tradisional tidak akan pernah mati. Meskipun seluruh dunia telah diperdaya dengan bentuk permainan baru berbentuk kotak berukuran diagonal 6 inci. Akan selalu ada jiwa-jiwa yang rindu akan asyiknya berlarian penuh canda tawa dengan sesamanya.

——————————————————-

Mulai Januari hingga Maret 2020, kami akan mengunggah tulisan seri
tentang manajemen komunikasi non komersil di bawah supervisi Puji Hariyanti, S.I.Kom, M.I.Kom.
Puji Hariyanti adalah dosen spesialis kajian klaster Komunikasi Pemberdayaan. Ia telah berkali-kali
mendapatkan hibah-hibah dan riset soal pemberdayaan. Berikut ini adalah tulisan-tulisan mahasiswa
Prodi Ilmu Komunikasi UII tahun angkatan 2017 ketika mengambil mata kuliah Manajemen Komunikasi Non Komersil. Tulisan diterbitkan dengan melewati proses bimbingan Puji Hariyanti dan tahap penyuntingan oleh A. Pambudi W.

Reading Time: 2 minutes

More and more participants of Asikopti’s meeting was came and sign the attendance book. Since morning on Wednesday, February 12, 2020, participants representing Islamic univeersities institutions in Indonesia have gathered at the Auditorium of the Faculty of Psychology and Social and Cultural Sciences (FPSB) of the Islamic University of Indonesia (UII). In this event, they will hold discussions in the event entitled the Meeting of the Association of  Communication Science of Islamic Universities in Indonesia (Asikopti) tenure of 2019-2022. UII’s Communication Science Department was became the host after the Asikopti’s Congress was previously held by the Universitas Islam Bandung, Faculty of Communication Science.

The agenda, in addition to completing personnel and management arrangements, also discussed other plans. Such as plans for the management inauguration after Ramadan, and also urgent issues related to Islamic higher institutions, and plans to launch the Indonesian Association of Communication Studies Lecturer (Asdikom). Asdikom is the first initiative in Indonesia as a professional association specializing in the studies and professions of Communication Sciences lecturers in Indonesia.

Erik Setyawan, the new Chair of Asikopti from Fikom Universitas Islam Bandung (Unisba), said Asikopti needs to be the vanguard of Islamic higher education that brings mercy to the people and benefits to their association members. Communication Major that are incorporated can cooperate with each other to improve the quality of their programs. Asikopti’s members can network in terms of improving the quality of journals, the development of scientific studies and curriculum, research collaboration, especially in studies with Islamic values.

Bono Setyo, the previous chairman of Asikopti, also said that each member of Asikopti had their own strengths. There are professors and doctors who can inspire in collaboration and cooperation toimprove the quality of activities of each member. Each Asikopti’s member can exchange networks so that the Asikopti’s benefits are truly felt. There are much more potentials that can be collaborated and are important to be supported.

In the 2019-2022 tenure, the Chairperson and the board of Asikopti also planned several programs to increase the usefulness of Asikopti for the study of islamic values ​​and public nature. The Proposed program plans such as an international conference, Special Journal for Asikopti’s Members, Member database (including competencies in it), and the matter of moving the Asikopti secretariat to Unisba.

Reading Time: 2 minutes

On Wednesday, February 12th, 2020, in the Auditorium Room of the Faculty of Psychology and Social and Cultural Sciences (FPSB) of Universitas Islam Indonesia (UII), representatives from several islamic universities in Indonesia followed up their ideas before. The ideas are about the establishment of Association of Indonesian communication science lecturer. Previously, at the Asikopti’s (Association of Communication Science Department on Islamic Universities at Indonesia) Congress at Universitas Islam Bandung (Unisba) in 2019, several lecturers from the Department of Communication Studies around Indonesia sparked the need for professional associations for communication science lecturers. At that time, the name Asdikom was born, a bahasa acronym from the Indonesian Association of Communication Science Lecturers.

Asdikom is an idea that arises due to some anomalies. So far, existing associations, such as Aspikom (Association of Indonesian Communication Science Department) and Asikopti, do not bind lecturers but universities and majors in communication sciences. The effects and benefits are different. Both of them are not included in the lecturer profession association. Initially, this association was followed by personal membership for all lecturers who were members of Asikopti. The future plan, according to Fajar Iqbal, Asdikom’s secretary general, in the future Asdikom is not only limited to lecturers of Asikopti members.

Asdikom which is chaired by Ani Yuningsih, a doctor from Communication Studies at the Bandung Islamic University, has greater potential than Asikopti. “Because the membership is personal lecturer academics,” said Fajar Iqbal who is also a lecturer at UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Bono Setyo, a former of Asikopti, and Fajar Iqbal, both of them are UIN Sunan Kalijaga UIN communication lecturers, and all participants agreed that the lecturer association would focus on the orientation of personal development of lecturers. Both in science and the capacity of individuals to achieve the best careers of their members. Indirectly, it will increase scientific studies and benefits in the community.

Reading Time: < 1 minute

Isu-isu mendesak yang diusulkan agar dapat dibincangkan dalam pertemuan Asikopti berikutnya beragam. Pertemuan pada agenda pelantikan pengurus Asikopti di Universitas Veteran Sukoharjo beberapa bulan lagi itu, adalah usulan Puji Hariyanti, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FPSB UII dan Rama Kertamukti dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Puji menawarkan agar agenda berikutnya Asikopti bisa membahas konsep Kampus Merdeka yang baru saja dicetuskan oleh Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayan RI.

“Bagaimana konsekuensinya, apa efeknya, dan kajian konseptualnya dan implementasinya pada perguruan tinggi,” kata Puji Hariyanti. Terutama tentu penting membincang konsep tersebut pada perguruan tinggi yang berlandaskan pada nilai islam seperti perguruan tinggi islam anggota-anggota Asikopti. “Kami di UII sendiri juga masih menggodok implementasi konsep tersebut, perlu kajian yang matang dan menyeluruh,” tambahnya.

Isu lain yang penting juga didalami adalah kapasitas anggota Asikopti dalam pemanfaatan Big data. Rama kertamukti mengusulkan pada pertemuan berikutnya, Asikopti bisa menghelat workshop big data untuk pengembangan jurnal ilmiah. Workshop juga menjadi magnet bagi para peserta.

Pada kesempatan itu disusun susunan kepengurusan Asikopti yang komposisinya berasal dari beragam kampus. Misalnya ada pengurus perwakilan dari Prodi atau jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), UIN Sunan Kalijaga, Univet Sukoharjo, Unida Gontor, UAD, Unisba, UIN Suska Riau, Unisa, UIN Sumatera Utara, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Raden Fatah Palembang, UIN Alauddin Makassar, dan beberapa kampus lainnya.

Berita ini adalah lanjutan dari tulisan ini.

Reading Time: 2 minutes

Sejak pagi pada Rabu, 12 Februari 2020, peserta-peserta yang mewakili perguruan-perguruan tinggi islam di Indonesia telah berkumpul di Auditorium Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII). Pada acara ini, Mereka akan berembug dalam acara yang diberi tajuk Rapat Formatur Kepengurusan Asosisasi Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Islam (Asikopti) masa bakti 2019-2022. Komunikasi UII kali ini menjadi tuan rumah setelah sebelumnya Kongres Asikopti diadakan oleh Fikom Universitas Islam Bandung.

Agendanya, selain melengkapi personalia dan susunan kepengurusan, juga membahas rencana-rencana lain. Seperti rencana pelantikan pengurus paska ramadhan mendatang, isu-isu mendesak terkait perguruan tinggi islam, dan rencana peluncuran Asosiasi Dosen Ilmu Komunikasi Indonesia (Asdikom). Asdikom adalah inisiatif pertama di Indonesia sebagai asosiasi profesi yang mengkhususkan pada kajian dan profesi dosen Ilmu Komunikasi di Indonesia.

Erik Setyawan, Ketua Asikopti yang baru dari Fikom Universita Islam Bandung (Unisba), mengatakan Asikopti perlu menjadi garda depan perguruan tinggi islam yang membawa rahmat pada umat dan memberi manfaat pada anggotanya. Prodi-prodi yang tergabung bisa saling kerjasama untuk meningkatkan kualitas prodinya. Anggota asikopti bisa berjejaring dalam hal peningkatan kualitas jurnal, pengembangan kajian keilmuan dan kurikulum, kolaborasi riset, terutama pada kajian-kajian dengan nilai-nilai islam.

Bono Setyo, ketua Asikopti sebelumnya, juga mengakatakn bahwa tiap prodi anggota asikopti punya kelebihan masing-masing. Ada profesor dan doktor yang bisa menjadi inspirasi dalam kolaborasi dan kerjasama meningkatkan mutu kegiatan masing-masing prodi. Tiap prodi anggota Asikopti dapat bertukar jejaring sehingga manfaat asikopti betul-betul terasa. Ada potensi-potensi yang bisa dikolaborasikan dan penting didukung.

Dalam masa kepengurusan 2019-2022 ini, Ketua dan pengurus Asikopti juga merencanakan beberapa program untuk meningkatkan kebermanfaatan Asikopti untuk Kajian Nilai-Nilai Islam dan Keumatan. Rencana program yang diusulkan misalnya konferensi internasional, Jurnal Khusus Anggota Asikopti, Database anggota (termasuk kompetensi di dalamnya), dan soal kepindahan sekretariat Asikopti ke Unisba.

 

Reading Time: < 1 minute

Pada Rabu, 12 Februari 2020, di Ruang Auditorium Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), perwakilan dari beberapa perguruan tinggi islam di Indonesia melanjutkan gagasan mereka tentang pendirian asosiasi dosen ilmu komunikasi se-indonesia. Sebelumnya, dalam Kongres Asikopti di Universitas Islam Bandung 2019 lalu, beberapa dosen jurusan dan prodi Ilmu Komunikasi se-Indonesia mencetuskan perlunya asosiasi profesi untuk dosen-dosen ilmu komunikasi. Pada saat itu, lahir nama Asdikom, akronim dari Asosiasi Dosen Ilmu Komunikasi Indonesia.

Asdikom adalah gagasan yang muncul akibat beberapa kegelisahan. Selama ini asosiasi yang telah ada, seperti Aspikom dan Asikopti, tidak mengikat dosen melainkan perguruan tinggi dan program studi/ jurusan ilmu komunikasi. Efek dan manfaatnya berbeda. Keduanya pun bukan termasuk asosiasi profesi dosen. Mulanya, asosiasi ini diikuti oleh keanggotan personal bagi seluruh dosen yang menjadi anggota ASIKOPTI. Rencana ke depan, menurut Fajar Iqbal, sekretaris Asdikom, ke depan Asdikom tidak hanya terbatas pada dosen anggota Asikopti.

Asdikom yang diketuai oleh Ani Yuningsih, doktor dari Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, memiliki potensi lebih besar dari asikopti. “Karena keanggotaannya bersifat personal akademisi dosen,” kata Fajar Iqbal yang juga dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Bono Setyo dan Fajar Iqbal – keduanya adalah dosen ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga- dan seluruh peserta pada hari itu bersepakat bahwa asosiasi dosen ini akan fokus pada pada orientasi pengembangan dosen secara personal. Baik dalam keilmuan maupun kapasitas individu guna meraih karir terbaik anggota-anggotanya. Secara tidak langsung, itu akan meningkatkan kajian keilmuan dan manfaat di tengah masyarakat.