Teatime #7: Semangat Menjadi Mahasiswa IPC UII

Reading Time: 2 minutes

Teatime episode ke 7 pada tanggal 14 Agustus 2020 yang mengangkat tema “Obrolan Menjadi Mahasiswa IPC” menghadirkan M. Aditya Arvian dari IP Communication (IPC) UII (Universitas Islam Indonesia) angkatan 2018. Melalui acara yang disiarkan lewat Live Instagram ini, Muthia B. Maharani, selaku tuan rumah, mendampingi diskusi dan berbagi dalam tentang mahasiswa IPC.

Hal yang sering ditanyakan tentang kelas IPC adalah perbedaannya dengan kelas komunikasi biasa. Menjawab pertanyaan itu, Adit dan Muthia menjelaskan sebagai mahasiswa IP, tugas dan ujian diberikan dalam bahasa Inggris dengan mengikuti regulasi internasional. Selain itu, mahasiswa IP dipersiapkan untuk menghadapi lingkungan internasional. Sehingga pelajaran yang diajarkan di kelas mengikuti standar internasional. Kapasitas kelas dan siswa yang disediakan juga lebih sedikit dibandingkan kelas reguler. Kelas yang lebih kecil ini memberikan keuntungan bagi mahasiswa IP untuk lebih dekat dengan dosen dan karyawan.

“Kami memiliki waktu yang akrab dengan dosen kami dan staf lainnya. Karena fasilitas yang kami dapatkan berbeda dengan yang biasa.”kata Adit.

Tidak hanya belajar di kelas, mahasiswa IPC juga mendapatkan pembelajaran melalui pengalaman langsung. Salah satu pengalaman unik yang bisa didapatkan di kelas IPC adalah melalui program P2A (Passage to Asean). Program ini merupakan salah satu program wajib dimana mahasiswa IPC diwajibkan mengikuti program ini minimal satu kali. Melalui program ini mahasiswa IPC bisa mendapatkan pengalaman langsung dengan orang internasional, berteman dengan orang di negara lain, dan belajar tentang budaya yang berbeda. Selain itu IPC Mahasiswa juga memiliki kebebasan untuk mengikuti organisasi dan acara yang diadakan di kampus maupun di luar kampus seperti halnya mahasiswa pada umumnya.

“Kita harus berbaur dengan orang dari beragam latar belakang. Bukan berarti karena kita mahasiswa internasional, kita tidak bisa berteman dengan orang lain. Bukan berarti seperti itu. Kita tetap berteman dengan jurusan dan negara yang berbeda,” ujarnya.

Semangat Menjadi Mahasiswa IPC UII

Untuk tahun pertama, mahasiswa IPC akan mendapatkan Bridging Program yang akan memudahkan mereka beradaptasi di dalam kelas. Untuk masuk kelas IPC mahasiswa baru tidak harus pandai berbahasa Inggris. Karena melalui Bridging Program tahun pertama, mahasiswa akan diajarkan tentang public speaking yang akan membantu mereka. Program ini juga akan membantu pembentukan karakter mahasiswa. Adit mengatakan, melalui kelas IPC setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk belajar. Mereka akan mempelajari prosesnya bersama dengan berlatih bahasa Inggris secara langsung.

“Mengapa mereka harus memilih IPC?” tanya Muthia. Adit menjelaskan, di kelas IPC mahasiswa akan mendapatkan pengalaman unik yang tidak didapat di kampus lain. Seperti program P2A, workshop internasional, dan program lain yang disediakan untuk mahasiswa. Banyak hal menyenangkan yang bisa didapat dengan mengikuti kelas IPC. Karena kapasitas kelas yang kecil, hubungan emosional antar mahasiswa di dalamnya menjadi lebih dekat. Absennya senioritas juga menambah suasana akrab antara senior dan junior, maupun mahasiswa dan dosen.

Terkait tugas, sebagai mahasiswa IP, penugasannya cukup berbeda dengan kelas reguler. Mereka harus berbicara dengan fenomena internasional dan mengacu pada jurnal internasional. Meski berat, mereka punya fasilitas yang bisa menunjang. Dan di IPC mereka membangun ikatan emosional mereka dengan saling membantu satu sama lain ketika kesulitan dalam beragam hal. Misal kesulitan berbahasa, membaca teks asing, dan kesulitan akademik lainnya. 

 

———————–

Penulis: Fitriana Ramadhany (Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi UII Magang Program Internasional Jurusan Ilmu Komunikasi UII)

Editor: A. Pambudi W