Juara 1

Dua mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Fasley Arya Mubarok dan Ade Firdaus sabet juara 1 dalam kompetisi Abaschamp 2023. Raihan ini tentu menjadi prestasi membanggakan bagi Universitas Islam Indonesia.

Abashcamp 2023 merupakan kompetisi basket tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Atma Jaya, Tangerang Selatan, pada 3-9 Juli 2023.

Tidak hanya berprestasi dalam bidang olahraga, kedua student athlete angkatan 2022 ini juga memiliki nilai akademik yang memuaskan. Tercatat mereka mampu mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) yang tinggi.

Baik Fasley maupun Ade, menyebut bahwa rahasia seimbang dalam raihan prestasi akademik dan non akademik adalah soal time management dan menentukan skala prioritas. Mereka memiliki jadwal rutin setiap harinya demi mencapai hasil maksimal.

Student Athlete

Fasley Arya Mubarok – Ilmu Komunikasi 2022

“Sebagai student athlete tentunya harus pintar membagi kegiatan akademik dan non akademik, cara saya membaginya yaitu membuat jadwal yang pasti untuk kegiatan basket saya, seperti contoh latihan basket saya dilakukan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat (belum termasuk tambahan sendiri) di malam hari. Jadi untuk pagi hingga sore bisa menggunakan waktu untuk kuliah dan belajar,” jelas Fasley saat ditanya rahasia time management.

Sama halnya dengan Fasley, Ade juga demikian. Ia membagi waktunya dengan tepat antara belajar, istirahat, dan olahraga.

Juara

Ade Firdaus, Ilmu Komunikasi 2022

“Karena aku mengatur time management dengan baik, setiap ada waktu kosong aku gunakan untuk antara istirahat, belajar, gym, dan latihan basket sendiri. Dan aku juga mempunyai jadwal setiap harinya yang aku buat sendiri, jadi tahu mana yang harus diprioritas kan. Dengan time management yang baik bisa kok menjalani kehidupan sebagai student athlete,” jelas Ade.

Untuk mencapai pada titik ini, tentu bukanlah dihasilkan dari proses yang instan. Fasley mengaku telah belajar basket sejak duduk dibangku SMP dan mulai serius saat memasuki kelas 3 SMP.

“Mengenal olahraga basket sudah sejak kelas 1 SMP. Namun, mulai fokus untuk latihan dan mendalami basket ini mulai kelas 3 SMP hingga sekarang,” terangnya.

Sementara bagi Ade, ternyata ia lebih dini lagi mengenal olahraga ini. Sejak kelas 1 SD, Ade telah familiar dengan basket. Bakatnya turun dari sang ayah, melihat keseruan ayahnya bermain basket akhirnya ia tertarik mencobanya.

“Aku kenal basket sudah dari SD kelas 1 diajak ayah nontonin dia basket, dan setiap nontonin pasti di samping lapangan dribbling-dribbling bola masih mencari keseruannya basket itu ada di mana. Dan lama-kelamaan jadi suka lalu mulai fokus dan rajin basket pas kelas 6 SD,” jelas Ade.

Berkat konsisten berlatih, Ade mampu meraih beberapa kejuaraan. Ia telah mempersembahkan dua kali gelar juara setelah bergabung di UII.

“Karena aku masih semester 2 dan baru mengikuti 4 event, ini baru pertama kali saya juara 1 dengan UII dan pernah juara 2 di event UGM dan juara ke 4 di event puan Maharani Cup,” ungkapnya ditanya soal raihan prestasinya.

Meraih gelar juara tentu bukan persoalan mudah, mengingat basket adalah bidang olahraga yang dilakukan bersama tim, kekompakan adalah kunci utama. Semua pemain harus mampu meredam ego dan bermain profesional.

Fasley menyebut, tantangan selama bermain di BSD Minggu lalu adalah soal kekompakan dalam timnya sendiri. Meski demikian mereka mampu mengatasi masalah dan keluar sebagai juara.

“Tantangan untuk saat pertandingan hanya ada di tim sendiri ya, karena pasti ada beberapa miskomunikasi antara beberapa anggota tim. Tapi dengan sikap profesional kita bisa menghandle-nya dan karena sudah mendapat kemistri satu sama lain,” ujar Fasley.

Walau sempat ada beberapa kendala dalam tim, pihaknya telah optimis dengan kemampuan tim untuk memenangkan pertandingan tersebut.

“Dari game awal kita sudah optimis bakal menang dan bisa juara 1, karena melihat kemampuan tim kita sendiri. Percaya diri dan kerja keras yang kita lakukan,” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Contoh judul skripsi

Salah satu tips mengerjakan skripsi dengan tenang tanpa overthinking adalah memilih topik yang Anda sukai menjadi objek penelitian. Bagi Anda yang menyukai K-Pop, drama Korea, hingga Idol dari Korea Selatan, tema ini menarik jika dibahas dari sisi akademis.

Sebagai informasi, K-Wave (Korean Wave)-dalam bahasa Indonesia Gelombang Korea-adalah istilah yang merujuk pada budaya pop Korea Selatan secara global. Hal ini memicu banyak orang di belahan dunia tertarik mengikuti, mengidolakan, hingga mempelajari tentang Korea.

Anda bisa membahasanya dari berbagai sisi, misalnya fandom (fans kingdom) suatu idol, analisis program acara TV Korea, analisis pemberitaan media di Korea, dan lainnya. Berikut contoh judul skripsi untuk Jurusan Ilmu Komunikasi yang membahas tentang K-Pop, drama Korea, hingga hal-hal lain terkait K-Wave yang dilansir dari berbagai jurnal.

Contoh judul skripsi jurusan Ilmu Komunikasi tentang K-Wave

  1. Stigma Media terhadap Fandom Perempuan dalam Pemberitaan Penggemar K-Pop

Penelitian ini membahas stigma fandom perempuan sebagai salah satu diskriminasi gender karena dominasi budaya patriarki. Stigma ini kerap muncul dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di media. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stigmatisasi fandom perempuan K-Pop di CNNIndonesia.com dan bagaimana wacana teks berperan dalam mengkonstruksi representasi fandom perempuan di media. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, terdapat diskriminasi terhadap fandom perempuan dalam berita-berita yang disiarkan oleh CNNIndonesia.com. Berita-berita dalam kanal ini memiliki kecenderungan untuk memperkuat stigma terhadap fandom perempuan melalui kiasan dan pemosisian subjek dan objek dalam media. Penggemar perempuan cenderung diggambarkan sebagai penggemar gila yang memiliki masalah psikologis dan bertindak tidak masuk akal.

Metode penelitian          : Analisis wacana

Penulis                                 : Imamatul Silfia, Rizaludin Kurniawan, Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia

  1. Speak Out Your Films: When Asian Independent Film Festivals Send Messages to the World

Artikel ini berfokus pada tiga festival film independen yang diadakan di tiga negara berbeda di Asia. Ketiga festival tersebut adalah (1) Jeonju International Film Festival (JIFF) di Jeonju, Korea Selatan, (2) Cinemalaya Philippine Independent Film Festival di Manila, Filipina, dan (3) Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) di Yogyakarta, Indonesia. Beberapa studi kasus diadopsi untuk menganalisis bagaimana ketiga festival film independen ini diselenggarakan, termasuk “pesan” yang disebarkan kepada penonton global. Temuan-temuan tersebut dianalisis berdasarkan kerangka kerja konseptual yang terdiri dari tiga konsep yang relevan: film sebagai produk budaya, festival film independen, dan wacana budaya. Kesimpulannya menunjukkan bahwa ketiga festival film yang dianalisis menawarkan cara alternatif dalam distribusi film, kemudian menunjukkan cara pengorganisasian festival yang tidak konvensional dan memperkuat kekuatan komunitas dan jaringannya sebagai basis pengembangan festival mereka.

Metode penelitian          : Studi kasus

Penulis                                 : Dr. Zaki Habibi, Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia

  1. Aktivisme Digital dalam Konteks Penggalangan Donasi Fandom BTS (ARMY) Indonesia Melalui Twitter

Salah satu cara untuk menjaga citra positif, para fandom melakukan kegiatan sosial melalui media digital. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana fandom menggunakan media digital untuk melakukan aktivisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan momentum tertentu yang berkaitan erat dengan suatu kelompok dapat mendukung keberhasilan aktivisme digital. Selain itu, pesan yang disebarkan untuk melakukan persuasi penting untuk dinarasikan dengan menyentuh sisi emosional individu. Transparansi dalam pelaksanaan aktivisme digital juga menjadi hal yang perlu dikelola dengan baik untuk mendukung keberhasilan aktivisme digital yang dilakukan.

Metode penelitian          : Kualitatif, studi kasus

Penulis                                 : Nawan Sumardiono, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

  1. Fandom dan Konsumsi Media: Studi Etnografi Kelompok Penggemar Super Junior, ELF Jogja

K-Wave menjadi perhatian besar bagi remaja Indonesia, bukan tanpa alasan kekuatan media massa musik Korea, membentuk suatu komunitas fans hingga memunculkan fandom. Super Junior sebagai salah satu pionir boyband Korea menjadi grup yang memiliki fans club terbesar di dunia bernama ELF. Penelitian ini mengkaji perilaku konsumsi media secara privat oleh ELF Jogja dan interaksi antar anggotanya dalam komunitas organik dan virtual. Hasil penelitian tersebut antara lain,  (1) perilaku konsumsi media privat penggemar menunjukkan bahwa penggemar memiliki sensibilitas “hiperkonsumeris” dan (2) ketika penggemar sudah terjun ke komunitas virtual, mereka akan memiliki pola komunikasi yang berbeda dengan pola komunikasi yang mereka lakukan di komunitas organik sebelumnya.

Metode penelitian          : Kualitatif etnografi

Penulis                                 : Ratna Permata Sari, Magister Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada

  1. Pengaruh Kredibilitas, Kualitas Pendekatan Emosional, Dan Kualitas Isi Pesan Terhadap Efektivitas Kampanye “Love Myself”

Kampanye sosial yang sukses diciptakan dari elemen-elemen seperti menyasar target audiens yang sempit, mengkreasikan pesan kampanye, mengembangkan teori perubahan, dan menggunakan komunikator yang tepat. Hal ini dirumuskan dalam aspek retorika yaitu kredibilitas, sisi emosional, dan isi pesan pada kampanye “LoveMyself” yang dilakukan oleh K-Pop grup BTS. Proses penelitian ini menyimpulkan bahwa kredibilitas dan pendekatan emosional BTS tidak memiliki kontribusi terhadap efektivitas kampanye “Love Myself”.

Metode penelitian          : Survei online

Penulis                                 : Antonia Meme, Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

  1. Dinamika Online Persona Akun Anonim Twitter Penggemar KPop

Penelitian ini membahas aspek psikologis dari kebutuhan akan kenyamanan dan kebebasan berekspresi di kalangan penggemar K-Pop yang diaktualisasikan melalui akun anonim di Twitter. K-Pop merupakan salah satu minat yang memiliki beberapa aktivitas yang selalu dibanding-bandingkan dengan fanastime dan masih belum bisa diterima secara bebas oleh masyarakat umum. Sebagai bagian dari kaum minoritas, para penggemar K-Pop mencari wadah yang dapat memberikan kebebasan untuk menampilkan identitas mereka sebagai penggemar yang aktif dalam kegiatan fandom K-Pop, dan wadah tersebut tidak lain adalah dengan menggunakan akun pseudonim di Twitter.

Melalui interaksi dengan menggunakan nama samaran, ada kalanya penggemar K-Pop tidak hanya membicarakan minat K-Pop mereka, tetapi juga menunjukkan identitas mereka dan juga kehidupan pribadi mereka sebagai fase ketika mereka berinteraksi dengan penggemar K-Pop lainnya. Oleh karena itu, hal ini dapat mengarah pada peningkatan di mana solidaritas dirasakan dalam fandom K-Pop di Twitter, dan hal ini juga dapat memberikan setiap penggemar K-Pop perasaan diterima dan merasa beruntung ketika mereka tidak dapat menampilkan diri mereka secara bebas di kehidupan nyata sebelumnya dan di sini mereka menjadi lebih terbuka dan bahagia di lingkungan Twitter ini.

Metode penelitian          : Kuantitatif, survei

Penulis                                 : Kirana Wistiani Ayundari, Pulung Setiosuci Perbawani, Universitas Gadjah Mada

  1. Consumer Fanaticism dalam Mendefinisikan Diri: Studi pada Budaya Konsumsi ARMY atas Merchandise BTS

BTS menjadi sorotan media global sebagai music influencer. Hal ini tak lepas dari kontribusi para fans (ARMY) mulai dari aktivitas streaming hingga pembelian merchandise. Fenomena pembelian merchandise ditengarai sebagai bentuk consumer fanaticism. Penelitian ini berfokus untuk melihat bagaimana consumer fanaticism dimaknai dalam diri informan sebagai bagian dari ARMY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk consumer fanaticism dimaknai penggemar melalui 3 cara: antusiasme terhadap BTS, keberagaman interaksi ARMY, dan fanatisme atas merchandise BTS.

Metode penelitian          : Kualitatif

Penulis                                 : Fadia Aqilla Haya, Fariza Yuniar Rakhmawati, Universitas Brawijaya

  1. Peirce Semiotic Analysis of The Representation Of Oligarchic Power in the Korean Drama Film The Healer

Penelitian ini menunjukkan bagaimana sebuah film drama Korea menjadi media representasi atau gambaran dari sebuah realitas, khususnya mengenai kekuasaan oligarki dalam sejarah demokrasi Korea Selatan pada masa itu. Penelitian ini akan lebih berfokus pada tanda-tanda yang menggambarkan atau menunjukkan aktivitas kekuasaan oligarki dalam film drama Korea The Healer. Hasilnya, peneliti menyimpulkan bahwa adegan dan dialog yang menunjukkan aktivitas pemegang kekuasaan dalam bentuk adegan dan dialog merupakan representasi. Objek dalam film drama Korea The Healer ditunjukkan melalui aktivitas kekuasaan oligarki yang ditunjukkan melalui ekspresi, dialog, dan tindakan yang terlihat. Sementara itu, interpretasi makna dari kekuasaan oligarki muncul dalam benak yang berkaitan dengan objek yang dimaksud.

Metode penelitian          : Analisis semiotik

Penulis                                 : Rizka Septiana, Faculty of Communications, LSPR Communication & Business Institute,

  1. Factors Influencing Youth Audience Involvement (A study on BTS Fans who Follow @army_indonesia Instagram account)

K-Pop menjadi suatu fenomena yang menarik perhatian banyak orang. Dengan dibantu oleh keberadaan media sosial, penggemar K-Pop mengambil peran peningkatan popularitas dari K-Pop itu sendiri serta perkembangannya menjadi suatu industri yang besar. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan audiens dari penggemar grup idola BTS remaja di media sosial.

Metode penelitian          : Kuantitatif

Penulis                                 : Yolanda Gloria Hutauruk, Ummi Salamah, Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia

  1. Komodifikasi Anak dalam Variety Show Korea Selatan The Return of Superman (TROS)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik komodifikasi anak dalam sebuah variety show Korea Selatan: The Return of Superman (TROS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat komodifikasi anak yang tersembunyi di balik judul program; program ini merupakan produk budaya populer yang berlatar belakang praktik kapitalisme: berorientasi pada keuntungan dan diatur oleh pasar; dan variety show dimaknai secara lebih negatif karena telah mengeksploitasi praktik-praktik komodifikasi dan pelecehan hak-hak anak demi kepentingan media.

Metode penelitian          : Kualitatif

Penulis                                 : Irani Yosef, Universitas Paramadina.

Itulah beberapa contoh judul penelitian dalam kajian Ilmu Komunikasi seputar K-Wave yang telah dirangkum dari berbagai jurnal.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Tips skripsi

Ujung dari perjalanan studi S1 adalah mengerjakan tugas akhir atau familiar disebut skripsi. Momen ini bisa menjadi titik jenuh mahasiswa lantaran ia harus menyelesaikan tugas tersebut secara mandiri dengan waktu terbatas. Lantas apa saja hal-hal yang wajib mahasiswa ketahui sebelum mengerjakan skripsi agar tidak stuck di tengah jalan? 

Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa demi meraih gelar S1, tujuannya melatih kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara sistematis dengan berbagai bekal teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan. 

Secara umum skripsi dikerjakan pada akhir semester yakni 7 hingga 8. Namun ini sedikit berbeda dengan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia. Timeline yang disusun mungkin akan sedikit berbeda dengan kampus lain, namun strategi ini cukup berhasil meluluskan mahasiswa tepat waktu. 

Diawali dengan mengambil mata kuliah Seminar Proposal pada semester 6, mahasiswa sudah harus memikirkan topik penelitian yang nantinya akan menjadi bahan skripsi di semester 7. Selama satu semester (pada semester 6) mahasiswa telah belajar bagaimana sistematika dan cara mengerjakan skripsi. Lanjut semester 7 mengejakan skripsi hingga sidang pendadaran, dilanjutkan semester 8 magang dan ujian akhir. 

Semester 6 adalah waktu yang cukup krusial. Selain memantapkan topik penelitian, mahasiswa juga harus memulai menyusun proposal penelitian setidaknya Bab 1. Jika semua berjalan lancar, semester 7 mahasiswa akan mendapat dosen pembimbing sesuai topik dan bidang keilmuan. 

Perlu diketahui bahwa studi normal semester 6, mahasiswa akan mengambil setidaknya 21 SKS mata kuliah. Dengan timeline yang disusun penuh strategi, akankah mahasiswa selalu berhasil? Berikut hal yang wajib diketahui sebelum mengerjakan skripsi. 

Penting diketahui mahasiswa 

1. Pahami konsep 

Pahami konsep dasar tentang skripsi, mulai dari topik penelitian yang akan diambil, sistematika dan pedoman penulisan skripsi, serta data dan objek yang akan diteliti. 

Memilih topik penelitian menjadi kunci, usahakan memilih topik yang Anda sukai dan memiliki urgensi nyata. Cara ini cukup membantu lantaran Anda akan dengan mudah menemukan data dan sudah terbayang objek penelitian tersebut. 

Selanjutnya ketahui pedoman dan sistematika penulisan skripsi, sebaiknya baca panduan skripsi setiap Program Studi mungkin akan berbeda. Agar hasil penelitian Anda kredibel gunakan sumber terpercaya A1 seperti narasumber langsung, BPS, NGO atau data sekunder seperti jurnal dan buku. Hindari mengutip sumber yang tidak kredibel. 

2. Susun timeline 

Buatlah timeline agar Anda memiliki target, beranjak dari semester 6 dengan modal bab 1 artinya Anda tinggal melanjutkan dan memperbaiki kesalahan minor dari dosen pembimbing. Contoh timeline: 

Asumsi semester 6 berjalan lancar, topik penelitian sudah matang 

Timeline semester 7  Target 
Bulan pertama 
  1. Minggu pertama, bimbingan dan memantapkan bab 1 hasil dari Seminar Proposal 
  2. Minggu kedua hingga keempat, perdalam bab 1 
Bulan kedua 
  1. Jika bab 1 masih perlu pendalaman teori, perbanyak membaca jurnal 
  2. Minggu ketiga hingga keempat, kerjakan bab 2. Dua minggu adalah waktu yang masuk akal untu menulis dengan serius gambaran objek 
Bulan ketiga  Bulan ketiga fokus mencari data dan mengerjakan bab 3 
Bulan keempat  Fokus dengan analisis data 
Bulan kelima  Masuk bab 4, maksimalkan satu bulan untuk mengerjakan pembahasan 
Bulan keenam 
  1. Minggu pertama dan kedua, kerjakan bab 5 atau penutup 
  2. Persiapan pendaftaran pendadaran 

3. Manfaatkan teknologi

Perkembangan teknologi tentu akan memudahkan Anda dalam mengerjakan skripsi. Beberapa software yang perlu Anda ketahui manfaat dan kegunaannya antara lain EndNote, Zotero, Mendeley, dan Refworks. 

Aplikasi yang disebutkan di atas adalah reference manager yang akan sangat membantu Anda untuk mengatur pengelompokan jurnal hingga membuat kutipan otomatis. Dengan mengetahui hal ini Anda akan menghemat waktu dalam mengerjakan skripsi. 

Selain itu, Anda wajib tahu portal-portal yang mempublikasi jurnal kredibel seperti Jurnal Komunikasi yang telah terindeks Sinta 2, Portal Garuda, Research Gate, Impact Factor, dan Google Scholar. 

5. Jalin komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing 

Terakhir, setelah menyusun strategi dengan matang satu hal yang wajib Anda ketahui dan lakukan yakni menjalin komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing. 

Sebaiknya Anda memahami gaya dan etika komunikasi yang baik dengan dosen. Dosen adalah manusia biasa yang memiliki berbagai kegiatan dan pekerjaan, sementara Anda memiliki waktu yang terbatas untuk mengerjakan skripsi. 

Pastikan menghubungi dosen pada waktu yang tepat, menepati janji atau tepat waktu saat bimbingan. Jika dosen yang membatalkan janji, sebaiknya cari jam pengganti dengan bertanya yang sopan. 

Demikian hal-hal yang wajib mahasiswa ketahui sebelum mengerjakan skripsi demi meraih gelar S1. Semoga bermanfaat! 

Threads

Pesaing Twitter telah lahir. Meta, rumah dari Instagram, Facebook, dan WhatsApp telah melahirkan aplikasi Threads pada 6 Juli 2023. Antusias penggunanya juga meledak. Lantas mana yang lebih menarik: Threads milik Mark Zuckerberg atau Twitter milik Elon Musk?

Melihat data pengguna Threads yang kini tembus lebih dari 100 juta pengguna, memang aplikasi ini menjadi saingan berat Twitter. Sementara Twitter yang telah rilis pada 2006 kini telah digunakan oleh 556 juta pengguna di seluruh dunia berdasarkan laporan dari We Are Social dan Hootsuite pada bulan Januari 2023.

Perlu Anda ketahui, Threads mengadopsi cara kerja dan tampilan dari Twitter. Inilah yang membuat keduanya disandingkan sebagai rival. Dilansir dari New York Time, Mark Zuckerbeg telah merumorkan pesaing Twitter beberapa bulan sebelum perilisannya. Tak hanya itu, Threads digadang-gadang akan sukses seperti Instagram dan disebut pembunuh Twitter oleh para teknisi dalam bidangnya.

Ditambah pro kontra setelah Twitter dimiliki Elon Musk seperti berbagai perubahan algoritma, fitur, hingga pemberlakuan batasan-batasan lain bagi penggunanya. Tampaknya Mark Zuckerberg telah siap dengan persaingan tersebut, dengan modal basis pengguna Instagram 1,32 miliar di dunia pada Januari 2023.

“Saya pikir harus ada aplikasi percakapan publik dengan lebih dari 1 miliar orang di dalamnya. Twitter telah memiliki kesempatan untuk melakukan hal ini tetapi belum berhasil. Mudah-mudahan kami bisa melakukannya,” tulis Mark Zuckerberg pada postingan Threads hari Rabu lalu.

Sementara di tengah perdebatan Threads vs Twitter,  tangkapan layar berisi email Elon Musk dengan Juleanna Glover pada Agustus 2018 kembali mencuat. Isi pesan yang dikirim Elon Musk “Aku baru saja menghapus Instagramku. Mengecewakan” diunggah oleh akun Twitter @techemails.

Twitter vs Threads

Email Elon Musk soal Instagram

Sontak pemilik Twitter itu membalasnya dengan nada yang cukup tinggi, “Jauh lebih baik diserang oleh orang asing di Twitter, daripada menikmati kebahagiaan palsu dari Instagram yang menyembunyikan rasa sakit,” balasnya menanggapi tangkapan layar di Twitter.

Beralih dari perang dingin Mark Zuckerberg dengan Elon Musk, mana yang lebih menarik untuk digunakan dan yang terpenting soal keamanan data. Berikut hal-hal yang wajib Anda ketahui sebelum download aplikasi Threads.

Apa bedanya Threads dan Twitter?

Menurut hasil wawancara yang dilakukan New York Time kepada head of Instagram yakni Adam Mosseri, disebutkan bahwa Threads adalah aplikasi pendukung Instagram yang dapat melakukan percakapan publik secara real time.

“Idenya adalah untuk membangun ruang yang terbuka dan bersahabat untuk komunitas,” kata Mosseri.

Jika ingin menggunakan Threads otomatis harus memiliki akun Instagram. Begitu pula jika ingin menghapus akun Threads, penggunanya dipaksa merelakan akun Instagram terhapus juga. Pengguna dapat langsung mengimpor daftar orang yang dikuti di Instagram ke Threads jika mereka menginginkannya. Termasuk pengguna yang sudah terverifikasi di Instagram otomatis terverifikasi di aplikasi Threads. Pengguna dapat mengatur akun Threads mereka menjadi privat atau publik.

Secara tampilan Threads bisa dikatakan meniru Twitter seutuhnya, mulai dari tombol like, komentar, posting ulang, hingga tombol berbagi ke media sosial lainnya. Bedanya, Twitter lebih unggul dari sisi isu yang mampu menampilkan hal trending setiap harinya.

Meski sama-sama mampu memposting foto atau video, ternyata Threads tidak mendukung pesan langsung, sementara pada Twitter fitur ini telah terakomodasi. Namun masih ada kemungkinan pihak Threads akan menambahkan fitur tersebut jika banyak permintaan dari penggunanya.

“Ada kesempatan atau permintaan bagi lebih banyak orang untuk bermain di ruang publik,” ujarnya Adam Mosseri.

Perlukah menggunakan Threads ketika sudah memiliki Twitter?

Jika memang fitur yang disediakan Threads serupa dengan Twitter, perlukah ikut-ikutan menggunakan aplikasi ini?

Sah-sah saja bagi Anda yang ingin mengikuti tren dan tak ingin ketinggalan dengan euforia membagikan pengalaman menggunakan Threads. Namun, perlu Anda ketahui apa tujuan dan manfaat yang akan didapat setelah mengunduhnya.

Bagi content creator hingga pemilik bisnis, bergabung dan menggunakannya dari awal perilisan atau minggu-minggu pertama cukup menguntungkan. Mengutip startups.co.uk, ketika platform media sosial mana pun baru saja dirilis, tujuan utama adalah mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Sementara jika Anda bergabung lebih awal, konten yang Anda bagikan akan mendapatkan prioritas untuk muncul pada halaman awal pengguna yang bergabung dan mengikuti Anda.

Menariknya Threads bisa jadi platform yang membuat nama atau bisnis Anda mendapat banyak perhatian dari pengguna lain. Karena kita tidak pernah tahu bagaimana pertumbuhan di tempat yang baru. Seperti yang sering kita lihat, banyak pemilik bisnis yang beralih ke TikTok untuk mencari peruntungan dan hal ini cukup berhasil.

Mana yang lebih aman, Threads atau Twitter?

Kedua aplikasi ini pada dasarnya sama dengan fokus konten berbasis teks, namun mana yang lebih banyak mengintip data pribadi Anda?

Dibandingkan dengan Twitter, Threads meminta izin akses data lebih banyak. Setidaknya ada 10 jenis data yang diminta oleh Threads. Mengutip dari Kompas.com, Threads meminta akses informasi tentang kesehatan dan fitness, finansial, riwayat pencarian, kontak, konten pengguna, penggunaan data, lokasi, kartu identitas, informasi sensitif, dan data lainnya. Sedangkan Twitter meminta informasi antara lain lokasi pengguna, kartu identitas, informasi kontak, penggunaan data, riwayat pencarian, riwayat pembayaran, dan konten bikinan pengguna.

Artinya baik Threds maupun Twitter sama-sama tak dapat dikatakan aman 100 persen. Namun, hal yang pasti data tersebut digunakan untuk beberapa aspek mulai dari personalisasi konten, layanan iklan, akses informasi ke iklan pihak ketiga, fungsionalitas aplikasi, pemantauan aktivitas, dan sebagainya.

Inilah alasan mengapa di Uni Eropa, Threads belum dapat dirilis sebab keamanan data yang perlu ditinjau ulang.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Kuliah pakar

Kuliah di luar kelas menjadi momen yang menarik bagi mahasiswa, apalagi bertemu dengan praktisi yang ahli dalam kajian ilmu yang sedang kita bahas. Semua akan relate antara teori dan praktik. 

Beberapa hari lalu tepatnya pada Rabu, 21 Juni 2023 mata kuliah Perencanaan dan Strategi Komunikasi yang diampu oleh Dr. Herman Felani telah melakukan kuliah pakar di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Mahasiswa berkeliling melihat warisan budaya dan langsung bertanya dengan ahlinya yakni Dr. Ayu Cornellia bersama tim. 

Dr. Ayu Cornellia adalah founder perusahaan PR Cornellia.Co yang bertugas sebagai PR dari Museum Sonobudoyo. Selain itu ia juga mendalami ilmu terkait marketing komunikasi dan trainer yang fokus pada bidang Hospitality. 

Lantas apa hubungannya museum dengan kajian perencanaan dan strategi komunikasi? Simak baik-baik ya Comms, Perencanaan dan Strategi Komunikasi dalam praktik pelaksanaannya melibatkan berbagai tahapan yang meliputi perencanaan, riset, pelaksanaan, implementasi, dan evaluasi.  

Untuk memahami bagaimana komunikasi dilakukan dalam tataran implementasi dan evaluasi, mahasiswa komunikasi perlu mempelajari praktik langsung yang dilakukan oleh tim komunikasi dari suatu organisasi berdasarkan pengalaman di lapangan.  

Kelas yang bertajuk “Kuliah Pakar” ini dimaksudkan untuk mengetahui sistem kerja khususnya tim yang bertugas membuat perencanaan dan strategi komunikasi untuk Museum Sonobudoyo Yogyakarta sebagai salah satu lembaga publik yang memiliki tugas edukasi mengenai pentingnya sejarah budaya bangsa. 

Dr. Herman menyebut jika mahasiswa perlu mengetahui langsung bagaimana peran komunikasi dalam proyek mempromosikan Museum Sonobudoyo yang sempat alami krisis dan kini berangsur membaik dan ramai dikunjungi. 

“Beberapa waktu yang lalu saya mengajak mahasiswa saya untuk mengikuti mata kuliah Perencanaan dan Strategi Komunikasi dan juga mata kuliah PR Media Productions, saya ajak mereka kesana untuk belajar bagaimana sebuah PR Agency atau PR Company dalam hal ini Cornellia and Co melakukan proyek komunikasi untuk mempromosikan proyek Museum Sonobudoyo yang awalnya sepi, mengalami krisis, dengan skandal kehilangan koleksi menjadi tempat ramai yang dikunjungi. Dari sana kita belajar bagaimana komunikasi bisa berperan menyampaikan pesan dan edukasi kepada masyarakat bahwa Museum adalah tempat yang penting kita bisa belajar,” Ujar Dr. Herman Felani Tandjung. 

Jika museum terdengar tidak dekat dengan Generasi Milenial dan Generasi Z, Dr. Cornellia ingin mengubah anggapan itu. Caranya dengan memaksimalkan berbagai strategi salah satunya adalah pengoptimalan media sosial. Mulai dari mengaktifkan Instagram, Twitter, TikTok, Facebook, hingga Youtube. 

“Ig, Twitter, TikTok, FB, Youtube (Jenis media sosial). Manfaatkan media sosial untuk promosi museum ini dengan konsisten,” Ujarnya di sela-sela kuliah pakar. 

Selain itu, cara penyampaian harus menarik melalui berbagai konten yang tak hanya berkualitas namun memiliki cerita unik yang dikemas dengan bentuk audio visual. 

“Menyampaikan informasi yang baik, benar dan menarik. Menjadi PR harus senang bercerita, story telling, melalui foto dan video,” tambahnya. 

Cara tersebut nyatanya cukup efektif, terbukti dari akun Instagram Museum Sonobudoyo Yogyakarta @sonobudoyo yang sudah diikuti lebih dari 31 ribu pengguna Instagram. Tak hanya itu, teranyar “Pameran Temporer Abhinaya Karya 2023: Kamala Padma” yang sudah berlangsung selama 26 hari mampu mendatangkan  7521 pengunjung. 

Tidak hanya dari segi publikasi, museum juga harus berinovasi menyusuri zaman. Dengan tajuk “Where Culture Meets Technology” merupakan ide unik yang kekinian agar tetap dilirik oleh Milenial dan Gen Z. Pengemasan dengan kalimat “Museum viral di Jogjakarta” tentu menjadi gimmick menarik yang tak boleh dilewatkan. 

Para mahasiswa dari Prodi Ilmu Komunikasi baik reguler dan International Program diajak berkeliling Museum Sonobudoyo sambil melihat langsung proses perencanaan dan strategi komunikasi yang telah dilakukan oleh Dr. Cornellia bersama tim. Dengan turun dan melihat langsung mahasiswa diharapkan memiliki gambaran yang benar-benar jelas. 

“Saya mengucapkan banyak terimakasih untuk teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi UII khususnya PR dan International Class yang sudah berkunjung ke Museum Sonobudoyo. Sebetulnya menurut saya ketika kita belajar sejarah langsung ke tempat seperti ini menurut saya akan lebih berkesan dan lebih personal di mana teman-teman lebih menghargai sejarah, budaya dan apa pun yang ada di museum ini semoga bermanfaat, sukses selalu, ditunggu di museum salam sahabat museum, museum di hati,” tandasnya. 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Yudisium

Sebanyak 31 mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia telah dinyatakan lulus pada pelaksanaan yudisium Senin, 26 Juni 2023.

Pelaksanaan yudisium siang itu menjadi momentum penuh suka cita bagi para mahasiswa Ilmu Komunikasi karena proses kerja cerdas, kerja kreatif, serta pembelajaran lain yang telah dilalui selama kurang lebih 4 tahun akhirnya membuahkan hasil dan mencapai gelar S.I.Kom.

Secara resmi Kaprodi Ilmu Komunikasi UII Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D. menyebutkan bahwa 31 mahasiswa telah lulus dari jenjang sarjana dan telah memenuhi persyaratan kelulusan.

Pada pelaksanaan yudisium kali ini, salah satu mahasiswa yang meraih Indeks Prestasi Akademik (IPK) tertinggi adalah Fauziyah Mubarokah yakni 3,98 dengan predikat “Cumlaude”.

Pada kesempatan siang itu, Kaprodi Ilmu Komunikasi juga memberikan ucapan selamat hingga pesan dan kesan kepada seluruh peserta yudisium. Ia juga menegaskan bahwa hubungan baik antara Prodi Ilmu Komunikasi dengan para alumni harus tetap dijaga.

“Mulai saat ini Anda boleh menggunakan gelar S.I.Kom. karena Anda sudah dinyatakan lulus. Yang perlu diingat Prodi adalah keluarga kalian, kalian tetap akan disambut dengan hangat ketika kembali dan berkunjung ke Prodi entah untuk membantu adik-adik kalian, melakukan diskusi, hingga apapun jika membutuhkan bantuan,” jelas Bapak Iwan Awaluddin Yusuf, Ph.D., pada momen yudisium.

“Tidak ada mantan dosen, mantan guru karena ilmunya akan tetap berlanjut,” tambahnya.

Untuk memecah suasana yang begitu khidmat siang itu, Pak Iwan memberikan pantun yang mengundang gelak tawa para mahasiswa.

“Pulang sekolah jalan-jalan ke museum

Bersama keluarga penuh suka cita

Sudah lama kuliah kok belum yudisium

Gak bahaya ta?”

Pantun satire itu nyatanya membuat para mahasiswa seolah menertawakan realitas terjadi di sekitarnya, atau bahkan dialami lantaran sempat merasa tidak memanfaatkan waktu dengan baik.

Selain memberikan pantun yang menarik, Pak Iwan juga mengingatkan mahasiswa untuk memberikan feedback ketika dihubungi oleh tim tracer study untuk meminta kuesioner.

“Nanti ke depan akan ada tracer study, ini bertujuan membantu akreditasi hingga proses pengajaran. Jika ada yang meminta mengisi kuesioner dari pihak Prodi Ilmu Komunikasi jangan ditolak. Ini bukan untuk memata-matai,” jelasnya.

Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Ida Dewi Nuraini Kodrat Ningsih, S.I.Kom, M.A, selaku Sekretaris International Program yang selalu terlibat dalam pengambilan data tracer study. Ia menyebut bahwa alumni dari Prodi Ilmu Komunikasi cenderung tak 100 persen mengisi data. Paling tinggi sekitar 95 persen.

“Ketika ada teman-teman dari Prodi Ilkom yang meminta untuk mengisi kuesioner mohon direspons. Jangan diambil hati jika merasa belum bekerja atau apa, karena output kita adalah akreditasi hingga evaluasi pembelajaran, mohon kerja samanya,” jelas Ibu Ida.

Daftar nama mahasiswa

Reguler

  1. 17321114 – Marcellino Bima Saputra 3.64
  2. 17321158 – Fadilla Silvia Suhartono 3.85
  3. 18321070 – Sabhira Alya Farah Tasyabana 3.64
  4. 18321073 – Ataniya Salma Nabila 3.63
  5. 18321081 – Ramadhan Arsyi Hidayat 3.69
  6. 18321093 – Aisyah Nabila Ramadhan 3.7
  7. 18321128 – Rizky Viali 3.67
  8. 18321202 – Siti Nurjanah 3.69
  9. 18321228 – Zaizafun Nisrina Addien 3.85
  10. 19321020 – Arum Janitra Larasati 3.91
  11. 19321029 – Sabila Nurul Islamy 3.9
  12. 19321059 – ADINDA CYNTIA SARI 3.81
  13. 19321092 – Sofi Az Zahra 3.86
  14. 19321150 – HANIIFAH RAHMADANI 3.87
  15. 19321167 – Muhammad Raufan Gusrananda 3.86
  16. 19321185 – Yuninda Safira Mentari 3.72
  17. 19321186 – NURIKAWATI 3.65
  18. 19321189 – RIZKI NUR RAHMADINA 3.84
  19. 19321196 – Sri Karuni Damayanti 3.85
  20. 19321203 – Dian Putri Puspaningrum 3.77
  21. 19321220 – Nathaniela Tiara Dewi 3.89
  22. 19321234 – Silvia Salma Ainun Nihayah 3.9
  23. 19321239 – Naila Pristania Sita 3.91
  24. 19321244 – Aldi Faik Setiawan 3.82
  25. 19321251 – Nadya Rahma Restu Aulia 3.86
  26. 19321269 – Fauziyah Mubarokah 3.98

International Program

  1. 19321072 – Defita Dwinusa Cindana 3.93
  2. 19321107 – Zaida Larasati Mardhiyah Yosiadhi 3.89
  3. 19321163 – Jemima Josephine Hormigas 3.66
  4. 19321263 – Salsabila Az Zahra 3.91
  5. 19321281 – Anggyi Akib 3.82

Demikian informasi terkait pelaksanaan yudisium pada 26 Juni 2023 Prodi Ilmu Komunikasi UII beserta daftar nama mahasiswa yang telah dinyatakan lulus.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Masa tunggu jemaah haji

Bulan Zulhijah menjadi momen paling mengharukan bagi umat muslim di Indonesia, selain penuh keutamaan, bulan ini juga menjadi suka cita mendalam bagi mereka yang menanti-nanti berangkat haji ke Tanah Suci. 

Wajar, bagi masyarakat Indonesia yang ingin berangkat haji tak cukup hanya memiliki uang melainkan kesabaran yang harus dipupuk setiap tahun demi tahun. Berdasarkan data dari Kemenag RI masa tunggu haji di Indonesia paling lama mencapai 47 tahun dan rata-rata 31-32 tahun, artinya usia tua mendominasi jamaah haji asal Indonesia yang datang ke Tanah Suci. 

Banyaknya peminat serta kuota yang disediakan selalu menjadi isu sensitif setiap tahunnya. Pemerintah Indonesia dan pihak Pemerintah Arab Saudi terus melakukan hubungan baik demi kelancaran bersama, termasuk kesempatan menambah kuota haji setiap tahunnya. 

Data menyebutkan jika masa tunggu haji paling cepat yakni di Kabupaten Maluku Barat Daya yakni 11 tahun, disusul Kabupaten Wondama dengan masa tunggu 12 tahun. Sementara paling lama di Kabupaten Bantaeng yakni 47 tahun. 

Total kuota haji untuk Indonesia tahun 2023 adalah 221.000, namun mendapat tambahan 8.000 kuota sehingga menjadi 229.000 kuota. Berdasarkan informasi yang disampaikan Duta Besar RI untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad, kuota tahun 2023 menjadi jumlah terbanyak sepanjang sejarah. 

“Indonesia mengirim jemaah haji terbanyak pada tahun 1444/2023 ini, yaitu total 229.000 orang. Jumlah ini adalah jumlah jamaah haji Indonesia terbesar sepanjang sejarah,” ujar Abdul Aziz Ahmad dikutip dari Kompas.com, Rabu (24/5/2023). 

Meski Indonesia mendapatkan jatah kuota paling tinggi di dunia, nyatanya masa tunggu haji di Indonesia relatif paling lama di antara negara-negara lain. Sehingga bagi masyarakat Indonesia yang ingin berangkat haji di usia muda nampaknya agak sulit tercapai. 

Berdasarkan cerita yang disampaikan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) yakni Fauziyah Mubarokah yang magang di Kantor Kemenag Kabupaten Magelang menyebutkan jika lansia paling mendominasi jemaah haji tahun ini. 

Dari data yang disampaikan 60 persen jamaah haji asal Kabupaten Magelang berusia di atas 65 tahun. Bahkan paling tua berusia 96 tahun bernama Mingsari Dulmuri, dan paling muda 20 tahun bernama Felita Rahma Gisela. 

Banyaknya usia tua yang diberangkatkan tahun ini menimbulkan beberapa masalah dan kendala lantaran tidak ada kuota untuk pendamping di tahun 2023. Alhasil setidaknya 4 orang dipulangkan lantaran tak layak berangkat saat dilakukan pengecekan kesehatan di Embarkasi Solo. 

“Yang dipulangkan empat orang, karena demensia dan faktor kesehatan. Demensia untuk mengurus diri tak bisa dan tidak ada pendampingan. Empat orang yang dipulangkan ini semua berusia 80 tahun ke atas,” jelas Fauziyah Mubarokah. 

Empat jemaah asal Kabupaten Magelang yang terpaksa dipulangkan rata-rata kesehatan fisik dan mentalnya sangat menurun. Tak jarang mereka bertindak di luar kendali hingga emosional efek dari demensia. 

Demensia yang paling sering terjadi adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Alzheimer adalah jenis demensia yang berhubungan dengan perubahan genetik dan perubahan protein di otak. Sedangkan, demensia vaskular adalah jenis demensia akibat gangguan di pembuluh darah otak. 

“Lebih ke mental, psikis (kondisi kesehatan) mereka bingung, lupa, dan pengen segera berangkat. Rewel, emosional dan bertingkah, hingga marah-marah,” jelasnya. 

Sebelumnya empat jamaah yang dipulangkan sempat lolos cek kesehatan di Puskesmas Magelang, namun semalam di Embarkasi Solo kondisi mental dan psikisnya ternyata dinyatakan tidak mampu. Sehingga harus dipulangkan dan menunggu tahun depan jika memungkinkan. 

“Sudah di Embarkasi Solo. Sebelumnya yang mengeluarkan istitoah Puskesmas Magelang lolos cek kesehatan, pas di embarkasi tidak lolos atau tidak layak diterbangkan,” terang mahasiswa angkatan 2019 tersebut. 

Fauziyah menyebutkan kemungkinan empat jemaah itu diberangkatkan tahun depan mungkin bisa dilakukan jika ada pendamping orang. Secara umum pendamping haji dibagi menjadi tiga yakni, obat, alat, dan manusia. Sementara kasus pemulangan di Embarkasi Solo karena tidak ada pendamping orang. 

Fakta tentang jamaah haji didominasi oleh usia tua sebenarnya bukan hal yang baru saja terjadi, tahun-tahun sebelumnya juga sama. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jumlah jamaah haji di Indonesia didominasi usia 50 tahun hingga 70 tahun ke atas (Laporan tahun 2016-2022). 

Tahun 2016, jumlah usia ini mencapai 101.277 dari total 154.441 jamaah. Selanjutnya pada tahun 2017 yakni 136.787 dari 205.485 jamaah. Tahun 2018, 136.882 dari 203.345 jamaah. Tahun 2019 mencapai 147.120 dari 212.732 jamaah. Sementara tahun 2020 dan 2021 ditiadakan lantaran Pandemi Covid-19, diberangkatkan kembali tahun 2022 dengan jumlah yang relatif kecil dan usia di atas 70 tahun ditunda keberangkatannya. Total jamaah haji yang berangkat ke Tanah Suci tahun 2022 yakni 92.668. 

Tingginya tren jemaah haji yang berusia 50 tahun ke atas, Kemenkes menyiapkan sejumlah strategi untuk penanganan kegawatdaruratan medis pada penyelenggaraan haji 2023. Salah satunya yaitu lewat pembentukan Emergency Medical Team (EMT) atau dulu dikenal dengan nama Tim Gerak Cepat. 

Bagi Anda yang penasaran berapa masa tunggu haji setiap daerah di Indonesia, cek laman resmi Kemenag di bawah ini. 

Data Masa Tunggu Haji di Indonesia 

https://haji.kemenag.go.id/v4/waiting-list 

*** 

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Puasa Zulhijah

Bulan Zulhijah 1444 H jatuh pada Selasa, 20 Juni 2023. Bulan ini terbilang istimewa bagi umat Islam karena banyak keutamaan dan peristiwa sejarah pergerakan muslim. 

Salah satu ibadah yang dianjurkan dikerjakan adalah puasa sunah di 10 hari pertama bulan Zulhijah. Banyak keutamaan yang akan didapatkan bagi yang rela dan ikhlas menjalankannya. Lantas apa saja keutamaan puasa Zulhijah bagi umat muslim? 

Setidaknya ada tiga keutamaan yang dijanjikan oleh Allah SWT bagi hambanya yang menjalankan puasa sunah Zulhijah, mulai dari pahala yang dilipatgandakan, penghapusan dosa, dan hari pembebasan dari siksa neraka. 

Keutamaan puasa sunah Zulhijah 

1.Pahala yang dilipatgandakan  

Pahala ibadah pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijah berkali-kali lipat lebih besar dibanding pahala ibadah di bulan lainnya. Hal ini sebagaimana disebut dalam hadis Rasulullah saw. 

“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan salat pada malam Lailatul Qadar”  

(HR At-Tirmidzi). Maksud dari sebanding dengan satu tahun puasa pada hadis di atas adalah satu tahun puasa sunah, bukan puasa Ramadan (Mula al-Qari’, Mirqâh al-Mafâtîh, juz 3, h. 520). 

2. Penghapusan dosa  

Berdasarkan sabda Rasulullah saw, berpuasa pada 9 Zulhijah (Arafah) mampu menghapus dosa selama dua tahun. 

Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Puasa Arafah (9 Zulhijah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu”  

(HR Muslim). Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus sebab puasa Arafah adalah dosa kecil (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).  

3. Hari pembebasan dari siksa neraka  

Keutamaan hari Arafah adalah Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka pada hari ini dibanding hari-hari lainnya.  

Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim). 

Lafal niat puasa Zulhijah 

  1. Niat puasa dari tanggal 1 sampai 7 Zulhijah 

    نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta’âlâ. 

Artinya: “Saya niat puasa sunah bulan Zulhijah hari ini karena Allah ta’âlâ.”  

2. Niat pada pada tanggal 8 Zulhijah (hari Tarwiyyah) 

   نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.    

Artinya: “Saya niat puasa sunah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’âlâ.” 

3. Niat puasa pada tanggal 9 Zulhijah (hari Arafah)  

   نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِعَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.  

Artinya: “Saya niat puasa sunah Arafah hari ini karena Allah ta’âlâ.”  

Sementara bagi umat muslim yang memiliki utang puasa Ramadan diperbolehkan untuk mengqadhanya bersamaan puasa sunah Zulhijah.  

Menurut Sayyid Bakri Syatha (w. 1892 M.) dengan mengutip fatwa Al-Barizi menjelaskan, andaikan puasanya hanya niat qadha, maka mendapat pahala keduanya.  

Misalnya bertepatan hari Arafah seseorang melakukan puasa qadha Ramadhan dengan niat qadhanya saja, secara otomatis juga memperoleh kesunahan puasa Arafah (Sayid Bakri, Hâsyiyah I’ânah at-Thaâlibîn, juz 2, h. 224). 

Mahasiswa asing magang di Ilkom

Lena, mahasiswa asal Jerman, memilih magang di Laboratorium Prodi Ilmu Komunikasi UII sejak awal April lalu. Pengalaman menarik ia dapatkan selama hampir dua bulan  bergabung, mulai dari produksi film hingga ikut terjun dalam pengabdian di Kampung Nelayan Morodemak, Demak, Jawa Tengah.

Mahasiswa asal University of Cologne, Jerman, ini sebenarnya mengambil jurusan Antropologi dan Islamic Studies, maka sangat relate baginya bergabung dan mencari tahu perspektif Islam di kampus UII. Lantas mengapa memilih magang di Prodi Ilmu Komunikasi, di mana secara keilmuan cukup berbeda dengan jurusan yang ia ambil?

Lena menjelaskan, dalam Ilmu Antropologi yang selama ini dipelajarinya, sebagian besar penelitian tentang masyarakat informasinya hanya berkutat pada kelompok akademik. Sementara dirinya ingin belajar dan mendapatkan pengetahuan lebih dinamis lagi, salah satunya lewat media  film.

Di Laboratorium Prodi Ilmu Komunikasi memang ada laboran sekaligus sineas film dokumenter yakni Marjito Iskandar Tri Gunawan yang aktif memproduksi film dokumenter dan kerap berkontribusi dalam festival bergengsi di dalam maupun luar negeri. Maka sangat tepat bagi Lena untuk belajar bersama Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Saya memilih magang di Ilkom UII karena saya tertarik bagaimana bisa membuat film dokumenter dan film edukasi. Alasannya khusus kuliah Antropologi. Di Antropologi ada banyak penelitian tentang masalah masyarakat tetapi informasinya hanya tersirkulasi di kelompok akademik. Film bisa menjadi cara untuk menyebarluaskan informasi-informasi ke banyak kelompok sosial,” terang Lena saat diwawancarai.

Benar saja, selama hampir dua bulan magang, beberapa proyek telah diikutinya. Mulai dari produksi film dokumenter di Pondok Pesantren Tunarungu-Tuli Jamhariyah di Sleman hingga terjun dalam pengabdian di Kampung Nelayan tentang pemberdayaan yang diberikan kepada Nelayan Perempuan di Morodemak, Demak, Jawa Tengah.

“Biasanya saya ikut proyek film dan video di Ilkom, seperti membuat video pendek di studio atau film dokumenter di Pondok dan di Demak. Selain itu saya juga diberi kesempatan melakukan proyek kecil sendiri tentang kuliah di luar negeri yang dibantu oleh teman-teman lab IIkom,” tambahnya.

Pengalaman memproduksi film pendek yang dilakukan oleh Lena terbagi menjadi tiga series film berlatar angkringan khas Kota Yogyakarta yang dikemas sebagai tempat bertukar cerita, memotret keberagaman masyarakat dari bahasa dan budaya, hingga obrolan yang menarik mahasiswa dari berbagai daerah bahkan negara.

Series bertajuk “Nongkring: Ngobrol di Angkringan” merupakan ide dari Lena yang disempurnakan dengan kolaborasi bersama tim Laboratorium Prodi Ilmu Komunikasi UII.

“Ide awalnya dari Lena, kita membantu mengembangkan dan memberikan gambaran dan mematangkan konsep,” terang Marjito Iskandar Tri Gunawan yang mendampingi Lena selama magang.

Dari berbagai kegiatan yang Lena ikuti, ia menemukan berbagai peristiwa dan kondisi yang sebelumnya tak ditemukan di lingkungan akademisnya saat di Jerman. Ia menemukan hal baru dari anak-anak tunarungu yang belajar dan tidak tinggal bersama orang tuanya lewat Pondok Pesantren khusus, hingga perempuan nelayan yang harus berjuang mencari nafkah karena suaminya tak mampu bekerja karena berbagai alasan yang memaksanya bergantung pada perempuan.

Selain itu pengalaman naik kapal karena bencana rob di Kampung Nelayan Morodemak membuatnya melihat berbagai realitas yang terjadi pada masyarakat. Lewat produksi film dokumenter, Ilmu Antropologi yang dipelajarinya menjadi semakin dinamis, dan yang paling penting informasi dapat disampaikan melalui film yang dapat disaksikan secara langsung bukan hanya soal cerita.

Ia menceritakan pengalamannya selama di Kampung Nelayan, melihat perempuan nelayan yang berjuang untuk melanjutkan hidup di tengah-tengah rob dan berbagai keterbatasan akses. Salah satu komunitas yang bernama “Puspita Bahari” adalah pelopor nelayan perempuan yang banyak mengubah hidup yang awalnya putus asa kembali memiliki harapan.

“Di sana saya ikut tim film dokumenter. Kami ikut komunitas perempuan nelayan (Puspita Bahari) dan dikasih tahu bagaimana perempuan-perempuan ini mencoba berdaya dan bagaimana mereka membantu warga Demak,” jelas Lena.

“Pada hari lain kami berkunjung ke desa yang dulu terletak di tengah sawah. Sekarang desa tersebut dikeliling air laut dan hanya bisa diakses dengan naik kapal. Di antara rumah-rumah ada jembatan kecil dan banyak rumah hanya bisa dimasuki dengan cara menunduk karena atap menjadi sangat rendah. Sangat sedih lihat situasi warga ini. Banyak orang mau pindah, tetapi banyak orang tidak punya cukup banyak uang untuk pindah. Alasan lain, keterikatan antara tempat asal dan pemilik terlalu kuat,” tambahnya.

Lena bersyukur dapat bergabung dengan tim pengabdian di Kampung Nelayan tersebut, selain membantu produksi film dokumenter ia meyakini bahwa tak banyak yang tahu kisah tersebut.

“Alasan untuk ikut Ilkom ke Demak adalah situasi banjir di Demak. Tidak banyak orang tahu tentang masalah dan situasi di sana, jadi warga desa yang hampir dibanjiri sendiri tanpa banyak bantu, karena pemerintah juga tidak mendukung banyak dan tidak memberi alternatif kehidupan lain,” jelasnya.

Terakhir, ia merasa berkesan telah bergabung dan magang di Prodi Ilmu Komunikasi. Banyak informasi baru tentang kondisi masyarakat yang diketahuinya. Selain itu ia belajar banyak tentang film.

“Selama magang di Lab, saya dikasih banyak pengalaman, khususnya tentang bagaimana membuat film dokumenter dan proses produksi atau ambil video untuk film dokumenter. Tetapi saya juga memperoleh wawasan format video-podcast dan kesempatan kreatif studio film,” ujar Lena.

“Selain itu saya juga dikasih tahu lebih banyak tentang bermacam-macam cara hidup di Indonesia, saya juga belajar banyak tentang Islam karena teman-teman UII beragama Islam. Jadi saya bisa belajar dari mereka bermacam-macam interpretasi Islam dan kehidupan Islam sehari-hari. Akhirnya saya harap saya bisa meningkatkan Bahasa Indonesia saya dan saya bersyukur sekali untuk tim Lab yang selalu sangat sabar dengan saya dan mengajari saya banyak hal,” pungkas Lena.

Itulah cerita dan pengalaman Lena, mahasiswa asal Jerman yang memilih magang di Prodi Ilmu Komunikasi UII. Belajar tentang Islamic Studies di kampus Islam dan film menjadi  pengalaman yang sangat menarik.

Pameran foto internasional

Karya foto dosen Prodi Ilmu Komunikasi, Dr. Zaki Habibi, bersama Marjito Iskandar Tri Gunawan, Laboran sekaligus sineas film dokumenter di Laboratorium Prodi Ilmu Komunikasi UII terpilih meramaikan pameran bertajukMaking an Artist’s Photobook” di Malaysia.

Setelah karyanya terpilih, keduanya harus terbang ke Malaysia untuk mempersiapkan pameran foto yang digelar tahunan ini. Persiapan dimulai dari presentasi ide dan cerita di balik karya foto yang di-submit.

Sebelumnya, Dr. Zaki mengirimkan foto yang diberi judul “Abandoned and Beyond”, karya itu menyoroti isu ruang-ruang terbengkalai di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara karya Gunawan bertajuk “Messages in Silence” bercerita tentang keseharian hidup para santri dan guru di pondok pesantren khusus siswa tuli di Sleman, Yogyakarta.

Selanjutnya, Dr. Zaki dan Gunawan mengikuti workshop di Kuala Lumpur, Malaysia. Workshop bertajuk “Making an Artist’s Photobook with Gueari Galeri” itu digelar selama empat hari yakni 8 hingga 11 Juni 2023.

Workshop tersebut dimentori oleh para photobook artists dari Gueari Galeri yang berlokasi di Zontiga. Guaeri Galeri adalah sebuah hub kreatif bagi para pecinta fotografi dan buku foto di Malaysia. Dalam seri wokrshop ini, Dr. Zaki dan Gunawan belajar mengenai sejumlah aspek penting dalam produksi sebuah karya visual berwujud photobook (buku foto).

Pameran buku foto

Persiapan pameran buku foto di Malaysia

Dalam workshop tersebut keduanya mendapatkan banyak materi di antaranya konsep dasar photobook, aplikasi Design Thinking dalam produksi buku foto, teknik curating and sequencing foto-foto terpilih, prinsip dan teknik layouting yang efektif, hingga crafting in photobook dan wawasan self-publishing dalam dunia buku foto.

Harapannya setelah workshop selesai, para pasrtisipan mampu memproduksi photobook dummy yang nantinya bakal dipamerkan dalam perhelatan Exposure+, sebuah festival foto tahunan di Malaysia.

Selain turut serta dalam pameran internasional, Dr. Zaki menyebut bahwa tujuannya mengikuti kegiatan ini adalah untuk memberikan warna dan pengetahuan baru pada Prodi Ilmu Komunikasi UII, terutama bagi mahasiswa yang nantinya akan mengambil tugas akhir dalam bentuk karya kreatif.

“Selain belajar ilmu dan pengetahuan baru, serta tujuan jangka pendek untuk berpameran di sebuah festival foto internasional, tujuan kami mengikuti workshop ini juga untuk menginspirasi rekan-rekan kolega lain serta mahasiswa di Prodi Ilmu Komunikasi. Terutama mahasiswa yang berencana menempuh TA dalam bentuk Projek Karya Komunikasi,” tuturnya saat diwawancarai.

Senada dengan Dr. Zaki, Gunawan sebagai Laboran di Prodi Ilmu Komunikasi UII kerap mendampingi mahasiswa dalam pembuatan karya kreatif. Ia yakin, pengalaman ini penting dibagikan kepada mahasiswa yang tertarik dengan foto.

Persiapan pameran internasional

Karya laboran Prodi Ilmu Komunikasi UII terpilih pameran internasional

“Tentu saja akan memberikan banyak pengetahuan dan pemahaman yang nantinya bisa dibagikan kepada mahasiswa yang ingin mengerjakan tugas akhir mereka (karya kreatif),” tuturnya.

Pengalaman dan jam terbangnya sebagai sineas film dokumenter turut membawanya untuk memotret momen penuh cerita di balik filmnya. Saat workshop di Malaysia, Gunawan juga bercerita bahwa di sana banyak bertukar pengetahuan dan ide kepada partisipan lainnya.

“Yang didapat dari workshop tersebut adalah memberikan kontribusi besar dalam pengembangan karya buku foto saya. Karena kita saling belajar, curah pendapat, berbagi ide. Tentu saja hal ini memberikan dampak kemajuan bagi masing-masing foto projek buku partisipan,” ungkapnya.

Selain itu, Gunawan menyebut bahwa kegiatan seperti ini akan memberikan wawasan dan membuka mata terkait bidang buku foto yang selama ini masih belum banyak dibahas mulai dari perancangan, desain konsep, hingga distribusi.

Harapannya, jika ada mahasiswa yang tertarik dengan tugas akhir projek buku foto, ia mampu mendampingi dan bertukar pengetahuan saling memberi masukan.