,

Universitas Islam Indonesia (UII) Berangkatkan 29 Delegasi dalam Kompetisi Internasional ISCDC di Universiti Utara Malaysia

Evy Aprilia Ramadaningtyas

Universitas Islam Indonesia (UII) berpartisipasi dalam kompetisi internasional bertajuk Intervarsity Student Creativity and Digital Competition (ISCDC) yang berlangsung di Universiti Utara Malaysia (UUM) Sintok, Kedah, Malaysia, pada 25 November-1 Desember 2025. Kompetisi ini juga sekaligus menjadi ajang persahabatan dan pertukaran budaya bagi dua universitas antar negara, yakni Indonesia (UII) dan Malaysia (UUM).

Sebanyak 29 mahasiswa delegasi dari UII terdiri atas beberapa Program Studi, yaitu Psikologi, Pendidikan Bahasa Inggris, Hubungan Internasional, Ilmu Komunikasi, serta Magister Ilmu Komunikasi. Seluruh delegasi yang dibentuk menjadi tim bersama mahasiswa dari UUM mengikuti berbagai jenis lomba, seperti lomba membuat video reels dengan tema “Face of Friendship”, poster dengan tema “Designing Harmony”, artikel “Travel Feature Article”, serta lomba memasak masakan Malaysia, Canai Master Challenge 2025,

Selama 4 hari di Kedah, peserta mengikuti serangkaian lomba dengan proses liputan untuk membuat video reels, memproduksi karya, serta ditutup dengan praktek dan lomba memasak Roti Canai di dapur School of Tourism. Hospitality and Event Management (STHEM) UUM.

Peserta mengunjungi daerah wisata dan pusat belanja di Padang Besar, Perlis, Malaysia sebagai kegiatan untuk pengumpulan bahan membuat video reels. Berikutnya, peserta juga mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan mahasiswa UUM dengan mengunjungi kampus dan mall UUM. Selanjutnya, delegasi secara berkelompok mendapatkan waktu untuk memproduksi hasil liputan menjadi karya video reels, poster, serta artikel feature.

Dengan adanya kegiatan lomba secara tim ini, selain mendapatkan prestasi, delegasi juga mendapatkan kesempatan berinteraksi antar mahasiswa UII dan interaksi juga lintas budaya, seperti dengan mahasiswa dan juri dari UUM, serta interaksi dengan penduduk setempat di Kedah, Malaysia.

“Perjalanan ini membuat saya menjadi lebih faham terhadap bagaimana cara menangani sistem kerja sama dalam sebuah grup, terutama di pengalaman saya terdapat mahasiswa dari Malaysia dan Yaman. Bagaimana cara menjadi penengah dan menjadi leader dalam mengambil keputusan yang dilakukan secara langsung di lapangan,” ujar Annisa Putri Jiany, delegasi dari Magister Ilmu Komunikasi UII. Annisa memenangkan berbagai kategori lomba, seperti lomba membuat video reels dengan kategori Best Storytelling Video dan juara 3 lomba menulis Travel Feature Article.

Sementara itu, Muhammad Taqi Abdurrahman, yang juga mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UII menyatakan, sebagai delegasi, kompetisi ini mengasah kemampuannya untuk mengamati dan mengemas pengalaman dalam tulisan, sekaligus mengenal budaya lain dan melihat harmoni dalam perbedaan. Menurut Taqi, berkompetisi dengan peserta dan juri asing menjadi pengalaman yang berharga. Taqi pulang ke tanah air dengan membawa prestasi yaitu sebagai juara 1 lomba menulis Travel Feature Article.

Evy Aprilia Ramadaningtyas, yang juga Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi yang menjadi delegasi ISCDC menyatakan dalam press rilis, perjalanan ini membuatnya menghargai akan indahnya otentisitas budaya dan kepribadian. Dengan adanya perbedaan budaya dan kepribadian, membuat pengalaman manusia menjadi lebih kaya, serta lebih menghargai arti perbedaan. Evy menjadi belajar menghargai perbedaan karakter baik dari sesama delegasi dari Indonesia, mahasiswa dan masyarakat setempat di Malaysia, menghargai ciri khas budaya asing, yang bisa memperkaya peluang interaksi dan komunikasi.

ISCDC Berlangsung Bersamaan dengan Cuaca Ekstrim di Asia Tenggara

Cuaca ekstrim pada akhir November dan awal Desember 2025 ini mengakibatkan banjir di Asia Tenggara, termasuk di Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Kedah yang merupakan negara bagian tempat UUM berdiri di Malaysia termasuk menjadi wilayah yang terdampak banjir. Lokasi UUM yang dipenuhi oleh pepohonan termasuk yang aman dari banjir, sehingga peserta bisa aman mengikuti kegiatan di seputar kampus UUM. Namun, banyak bagian lain di Kedah ikut terdampak banjir. Akibatnya, pada kegiatan liputan dan tur. delegasi yang seharusnya mengunjungi Alor Setar di Kedah, berpindah lokasi menuju Padang Besar karena menghindari lokasi banjir.

Isu lingkungan layak menjadi perhatian bersama, mengingat delegasi sudah mendapatkan bekal pengalaman membuat video reels, poster, dan artikel fitur perjalanan. Kesempatan ini menjadi wadah bagi delegasi untuk menuangkan perhatian dan peringatan bagi warga dan pemerintah untuk tidak merusak lingkungan, seperti deforestasi untuk keperluan penanaman perkebunan sawit.

Isu lingkungan ini semakin relevan ketika melihat kondisi Asia Tenggara pada periode yang sama. Selain Malaysia, sejumlah wilayah di Indonesia juga mengalami bencana hidrometeorologi, termasuk banjir bandang di berbagai daerah di Sumatera seperti Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Curah hujan ekstrem yang terjadi secara terus-menerus memicu meluapnya sungai, merusak pemukiman warga, dan memutus akses transportasi. Di beberapa titik, banjir tidak hanya merendam rumah, tetapi juga mengakibatkan longsor yang memperparah kerusakan.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana perubahan iklim global dan kerusakan lingkungan semakin berdampak nyata pada kehidupan masyarakat. Pola cuaca tak menentu, musim hujan yang memanjang, serta meningkatnya intensitas badai tropis menjadi faktor yang memperparah risiko bencana. Banyak pakar lingkungan juga menyoroti adanya kontribusi aktivitas manusia, mulai dari pembukaan hutan secara besar-besaran, konversi lahan untuk perkebunan, tambang, hingga pengelolaan daerah aliran sungai yang tidak optimal.

Sejalan dengan itu, beberapa negara lain di Asia Tenggara juga mengalami kondisi serupa. Thailand utara dilanda banjir yang memaksa ribuan orang mengungsi, sementara Vietnam dan Filipina menghadapi badai tropis yang menyebabkan kerusakan infrastruktur dan gagal panen. Situasi ini menegaskan bahwa bencana tidak lagi dapat dipandang sebagai kejadian lokal, melainkan fenomena regional yang memerlukan kerja sama lintas negara.

Bagi para delegasi ISCDC, pengalaman menghadapi cuaca ekstrem dan penyesuaian lokasi kegiatan menjadi pembelajaran tersendiri. Kejadian ini membuka mata bahwa kreativitas, teknologi digital, dan kemampuan komunikasi tidak hanya digunakan untuk berkarya dalam kompetisi, tetapi juga dapat dijadikan sarana untuk menyuarakan kepedulian lingkungan. Melalui video reels, poster, hingga artikel yang dihasilkan, para mahasiswa dapat mengampanyekan pentingnya pelestarian alam, pengurangan deforestasi, serta edukasi publik tentang mitigasi bencana.

Dengan kesadaran bersama bahwa perubahan iklim adalah tantangan global, para delegasi menyadari bahwa generasi muda memiliki peran sentral dalam menyampaikan pesan lingkungan yang lebih kuat. Interaksi lintas negara yang mereka alami selama berada di Malaysia menjadi momentum untuk memahami bahwa permasalahan lingkungan tidak mengenal batas geografis. dan hanya dapat diatasi melalui kolaborasi, kepedulian, dan aksi nyata.

 

Penulis: Evy Aprilia Ramadaningtyas