,

Pidato Pengukuhan Prof. Subhan Afifi: Komunikasi Publik Bidang Kesehatan ‘Kajian Empiris dan Arah Strategis di Era Digital

Pidato Pengukuhan Prof. Subhan Afifi: Komunikasi Publik Bidang Kesehatan ‘Kajian Empiris dan Arah Strategis di Era Digital

Komunikasi publik dalam bidang kesehatan di Indonesia masih termarjinalkan. Tak populer seperti komunikasi politik maupun ekonomi. Padahal komunikasi publik merupakan kunci pada mitigasi krisis. Gagasan ini tertuang dalam pidato pengukuhan Guru Besar Prof. Subhan Afifi, S.Sos., M.Si pada 14 Agustus 2025 di Auditorium Kahar Mudzakir UII.

Beliau merupakan dosen sekaligus Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, UII yang beberapa tahun terakhir fokus dalam kajian komunikasi publik bidang kesehatan. Dalam pidatonya yang bertajuk Komunikasi Publik Bidang Kesehatan ‘Kajian Empiris dan Arah Strategis di Era Digital kegagalan komunikasi publik pada pandemi Covid-19 memicu ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah.

“Komunikasi publik merupakan pilar penting dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga kesehatan bersama. Namun, meskipun krisis kesehatan kerap muncul akibat kegagalan komunikasi, kajian komunikasi publik di Indonesia masih termarjinalkan, kalah dominan dibandingkan ekonomi politik dan health communication. Padahal, pengembangan kajian ini sangat krusial untuk menghadapi persoalan kompleks kesehatan secara efektif,” ujar Prof. Subhan Afifi.

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tahun 2020 hingga 2022 menjadi krisis besar yang tak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga sosial, ekonomi, dan politik. Di Indonesia, tantangan komunikasi publik selama pandemi menunjukkan adanya pesan kontradiktif, ketidakkonsistenan, campur tangan politik dan ekonomi, hingga ketidakmampuan pemerintah membangun narasi yang efektif dan empatik.

“LP3ES (2020) mencatat adanya 37 pernyataan menyesatkan atau kontradiktif pada fase awal pandemi, yang berdampak pada erosi kepercayaan masyarakat,” ujarnya.

Kajian ini tak sekedar pertukaran pesan, melainkan sarana membangun kesadaran partisipasi masyarakat dalam mengubah perilaku kesehatan. Di era digital, komunikasi keseahatan mengalami berbagai tantangan seperti infodemic (terlalu banyak informasi), fragmentasi narasi, hingga misinformasi di media online. Dalam kondisi tersebut dibutuhkan solusi yang memadukan komunikasi risiko, literasi digital, hingga partisipasi masyarakat.

Prof. Subhan Afifi bersama tim telah melakukan kajian empriris bidang komunikasi kesehatan selama lima tahun terakhir. Penelitiannya telah dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi, jurnal nasional terakreditasi, dan prosiding konferensi internasional ini mengkaji perilaku pencarian informasi kesehatan di media sosial, khususnya terkait stunting dan kesehatan perempuan Gen Z. Studi menyoroti pentingnya kredibilitas sumber, kemudahan akses, serta adaptasi pesan dengan budaya lokal.

Penelitian lain fokus pada perilaku pencegahan COVID-19, penggunaan media digital dalam komunikasi kesehatan, dan kepuasan pengguna layanan kesehatan digital, menekankan peran kualitas komunikasi dokter-pasien dan kepercayaan pada platform.

Pandemi COVID-19 memacu perubahan strategi komunikasi kesehatan ke media digital yang efektif bila dirancang kontekstual dengan teknik persuasi emosional dan visual. Model perilaku kesehatan yang dikembangkan menggabungkan faktor psikologis, sosial, dan teknologi dalam memahami perilaku pencegahan dan pencarian informasi.

Secara keseluruhan, kajian ini menegaskan bahwa komunikasi kesehatan di era digital memerlukan sinergi antara riset empiris, adaptasi budaya, dan inovasi teknologi, sebagai dasar strategi komunikasi kesehatan berkelanjutan, terutama di negara berkembang.

Menjawab tantangan komunikasi publik bidang kesehatan, berikut beberapa rekomendasi kebijakan yang ditawarkan.

Poin-Poin Rekomendasi Kebijakan

  1. Pemanfaatan Ekosistem Digital:

Optimalisasi media sosial sebagai kanal utama informasi kesehatan dengan kurasi ketat dan mekanisme mitigasi disinformasi berkelanjutan.

  1. Integrasi Behavioral Insights:

Rancang pesan komunikasi yang tidak hanya informatif tapi juga mampu membentuk keyakinan dan memotivasi tindakan sehat berdasarkan wawasan perilaku.

  1. Standarisasi Layanan Digital:

Perkuat kualitas komunikasi profesional di layanan kesehatan digital dengan menjaga sentuhan humanis untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien.

  1. Penguatan Kapasitas Riset dan Inovasi:

Dukungan kebijakan untuk memperkuat riset komunikasi kesehatan digital, inovasi, dan kolaborasi internasional agar relevan secara lokal dan global.

  1. Pemanfaatan Figur Publik Berbasis Etika:

Gunakan figur publik kredibel dalam kampanye kesehatan dengan prinsip etika komunikasi dan kesinambungan pesan.

  1. Permanenisasi Strategi Cyber PR:

Jadikan strategi cyber public relations sebagai bagian permanen dalam komunikasi kesehatan dan krisis untuk interaksi dua arah yang berkesinambungan antara pemerintah dan publik.

  1. Pengembangan Kurikulum Lintas Disiplin:

Perkuat pendidikan komunikasi kesehatan di perguruan tinggi dengan pendekatan lintas disiplin (komunikasi, kesehatan masyarakat, kedokteran, TI, psikologi, kebijakan publik).

  1. Pembentukan Pusat Studi Komunikasi Kesehatan:

Dirikan pusat riset, pelatihan, dan advokasi yang menjadi penghubung antara dunia akademik, pemerintah, praktisi media, dan sektor swasta.