Teatime: Garap Skripsi Jangan Nunggu Mood
Berbincang tentang hari-hari semester akhir yang harus bergumul dengan penyelesaian dan penulisan tesis, hari-hari sepertinya bisa terasa sangat berat. Disiplin dan support system akan sangat membantu melalui hari yang penuh tekanan itu.
Obrolan tentang hari-hari skripsi itu menjadi topik acara Teatime yang dipandu oleh Arsila dan Ola, keduanya adalah mahasiswa Program Internasional di Komunikasi UII. Teatime yang bertajuk “Talking About Thesis Defence and Final Years Life Student in IPC UII” itu mengundang Muhammad Aditya Arvian, salah satu mahasiswa International Program of Communication Department pada Jumat, 25 Maret 2022.
Muhammad Aditya Arvian yang biasa disapa Adit itu menceritakan hari-harinya di akhir semester. Dia bilang, harinya tidak seperti yang banyak orang banyangkan. “Jangan dibayangin aku ngerjain skripsi dan nungguin laptop siang malem. Nggak juga. Banyak juga waktu luang,” kata Adit.
Namun terlalu terlena dengan banyak waktu luang juga tidak menguntungkan. Waktu yang dimiliki untuk mengerjakan skripsi itu cukup untuknya untuk menyelesaikan. Kadang ada waktu yang berat, kadang ada waktunya untuk longgar. Satu hal yang dia garis bawahi dalam menjalani hari-hari skripsinya: “Don’t wait for good mood,” kata Adit. ”Kalau sedang bad mood, tenangin diri dulu baru inget lagi apa goal kita.”
Untuk mengatasi itu juga kadang tak mudah. Butuh kemampuan mengatur keinginan dan keengganan diri. Kata disiplin, tidak cukup membantu keluar dari rasa malas. Menetapkan target dan selalu konsisiten hari demi hari adalah kuncinya.
“Aku berkomitmen untuk membuat progress setiap hari walaupun hanya dengan membuat satu kalimat,atau satu paragraf,” ujar Adit mengingat prosesnya menulis skripsi. Adit menceritakan bahwa proses itu sering kali menguntungkan. Karena kadang ada hari yang sangat bersemangat, dan bisa menuliskan beberapa halaman sekaligus.
Selain progress harian, Adit juga memberikan self-reward untuk memicunya menyelesaikan skripsi. Ia akan punya banyak waktu luang yang dapat ia gunakan untuk apapun yang ia sukai jika ia bisa menyelesaikan sebelum waktu tenggatnya. “Misal rabu depan aku harus menyelesikan Bab 2, aku akan punya deadline pribadi yaitu menyelesaikan di hari minggu. Jika selesai sebelum hari tersebut kan aku punya free time yang panjang,” kata Adit.
Selain motivasi yang dibangun dalam diri, Adit juga mengakui bahwa teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi merupakan support system yang tangguh. “Teman sangat dibutuhkan. Support banget. Saat ada rasa takut skripsinya takut nggak kelar, banyak yang udah semangatin. Ada teman bisa juga untuk teman diskusi. Melihat progress teman lain juga menjadi pemicu diri untuk lebih semangat lagi.”