Tag Archive for: Viral

Pengabdian Dosen Ilmu Komunikasi UII: Bagaimana Cara Membuat Konten di Media Sosial yang Menarik dan Viral?

Dua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A, dan Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A melakukan pengabdian masyarakat di TBM Gubug Pintar, Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta pada 26 Oktober 2024.

Menggandeng LSM Erat Indonesia, kedua dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII fokus terhadap pelatihan manajemen dan pembuatan konten di media sosial.

Sebagai informasi, Erat Indonesia merupakan LSM yang bergerak pada perlindungan, advokasi, dan treatment lansia. Diinisiasi sejak tahun 2020, Erat Indonesia masih terfokus di daerah Wonosari dan Bantul karena kapasitas SDM yang masih terbatas. Tercatat volunteer yang tergabung sekitar 20 hingga 30.

Artinya, perlu banyak SDM khususnya kaum muda dalam mendukung kegiatan kemanusiaan tersebut. untuk menyelsaikan persoalan tersebut perlu dilakukan kampanye sosial di media sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lansia.

Sehingga Prodi Ilmu Komunikasi UII berusaha mengurai permasalahan dengan tawaran memberi pelatihan kepada Erat Indonesia terkait manajemen dan pembuatan konten di media sosial.

Manajemen Media Sosial

Pelatihan pertama diawali oleh materi dari Nadia Wasta Utami yakni Manajemen Media Sosial. Sebagai dosen praktisi pemasaran, beliau menyampaikan bagaimana cara membuat perencanaan dan pengelolaan media sosial.

“Saya memberi pengantar terkait media yang diperlukan dalam pemasaran juga terkait dengan manajemen sosial medianya,” ujarnya.

Pengabdian

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Nadia Wasta Utami, S.I.Kom., M.A

“Kemarin itu seperti training for trainer untuk para pengurus Erat Indonesia, karena pengelolanya banyak dari mahasiswa salah satunya salah satunya dari UGK, beberapa ibu-ibu volunteer dari Erat Indonesianya juga hadir. Yang menarik tempat acaranya di TBM Gubuk Pintar di Semanu Gunung Kidul. YTBM ini punya pengelola dan volunteer mereka juga turut hadir sehingga pesertanya sangat beragam dari mahasiswa, pengelola Erat Indonesia dan Pengelola,” tambahnya.

Sebagai praktisi pemasan media sosial di UII, beliau menekankan bahwa dalam pemasaran khususnya di media sosial value menjadi komponen penting yang harus ditampilkan di media sosial. Sehingga memberikan pemahaman terkait value dari Erat Indonesia adalah concern utama.

“Namanya pemasaran sosialisasi dengan value itu macam-macam medianya salah satunya sosial media. Dan sekarang semuanya sudah menggunakan sosial media maka kita perlu tau bagaimana cara mengelola sosial media dengan baik dan mebuat konten yang menarik.” Tandasnya.

Pelatihan Pembuatan Konten

Usai pemaparan materi pertama, dilanjutkan dengan dengan pelatihan dari Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A yakni Pelatihan Pembuatan Konten Menggunakan Smartphone.

“Jangan cuma jadi konsumen atau pengguna (media sosial) tapi juga menjadi produsen (kreator konten),” ujarnya membuka diskusi.

Pengabdian

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A

Beliau memberi contoh cara membuat konten sederhana, dan yang terpenting bagaimana konten tersebut dijangkau oleh banyak pihak hingga viral.

“Bikin foto dikasih lagu (sedang viral) saja,” tambahnya.

Dinamika dan regulasi media sosial sangat cepat dan tidak terduga, sehingga pengguna perlu beradaptasi dengan cepat. Jika beberapa bulan sebelumnya konten kreator fokus mencari banyak pengikut, tren terkini justru berbeda.

“Jadi kalau dulu orang itu berbondong-bondong ingin mendapat banyak follower biar enggagement tinggi tapi kenyataan saat ini untuk dapat itu lebih kepada mengikuti algoritma untuk bisa viral,” ungkapnya.

Karena viral tidak mampu dipresdiksi, sebagai penutup, beliau memberikan tips agar konten yang diproduksi bisa menjangkau banyak pihak.

“Mengikuti algoritma, biasanya dengan kaitan lagu yang sedang populer. Kedua mengikuti isu. Sebenarnya FYP dan viral bisa dapat dikatakan lebih ketika untung-untungan kembali karakteristik akun masing-masing. Tiap orang punya masing-masing kekuatan karakter konten apa. Sehingga viral dan tidak viral hanya dampak.” Pungkasnya.

Very Demure

Pengguna aktif TikTok dan Instagram satu bulan ke belakang pasti beberapa kali terpapar dengan istilah very demure dan very mindful yang kerap diungkapkan beberapa influencer. Sontak istilah ini juga menjadi tren bagi masyarakat digital lainnya.

Lantas mengapa very demure dan very mindful bisa muncul, dan apa artinya?

Dari berbagai sumber yang telah beredar, ungkapan very demure dan very mindful pertama kali diunggah content creator TikTok Jools Lebron. Ia memberikan saran kepada para followersnya untuk bertindak very demure dan very mindful dalam situasi apapun.

“I’m very modest, I’m very mindful,” ucapnya.

“The way I came to the interview is the way I go to the job. A lot of you girls go to the interview looking like Marge Simpson and go to the job looking like Patty and Selma. Not demure,” ujarnya menambahi.

Konten yang diunggah menggunakan akun joolieannie di TikTok itu telah ditonton lebih dari 50 juta kali. Sedikit informasi tentang konteks yang dibicarakan oleh Jools Lebron terkait standar feminitas yang dilontarkan oleh publik kepada dirinya yang memilih menjadi sosok transgender. Jika biasanya transgender tampil dengan style yang menarik perhatian, berbeda dengan dirinya yang ingin tampil lebih sederhana.

Menariknya di Indonesia istilah very demure dan very mindful digunakan dalam berbagai konteks, termasuk promosi berbagai produk. Salah satunya influencer bernama Gita Savitri Devi atau akrab dengan sapaan gitasav mengungkap “How see I do my skincare, very mindful, very demure. I don’t do 10 step skincare routine, nobody got time for that I keep it very efficient very mindful. And you see the products I use these products they don’t over claim in fact, I formulate then myself. I don’t incorporate random ingredients jus for marketing sake I’m being very intentional very thoughtful again very demure,” ucapnya mempromosikan produk skincare miliknya.

Arti Very Demure dan Very Mindful dalam Bahasa Indonesia

Very demure merupakan kata sifat atau dalam bahasa Inggris adjective yang menggambarkan kalem, sopan, penuh kehati-hatian, dan pemalu. Dalam Dictionary Cambridge, demure diperuntukan bagi perempuan yang tenang dan berperilaku baik. Misalnya She gave him a demure smile.

Sementara very mindful yang biasa kita dengar dalam konteks kesehatan mental yang merupakan kata sifat yang penuh perhatian atau sadar. Berhati-hati untuk tidak melupakan sesuatu. I’m trying to be more mindful and I think it helps me with stress. Dictionary Cambridge.

Mengapa Langsung Viral di Media Sosial, Apakah ini Bentuk Sindiran?

Selain kultur media sosial yang sangat dinamis, ada pesan-pesan implisit yang ingin disampaikan oleh content creator. Jika memahami konteks yang disampaikan oleh Jools Lebron di awal, ia seolah ingin berkata satir. Satir atau ejekan ditunjukkan untuk menyatakan sindiran terhadap kondisi seseorang. “A lot of you girls go to the interview looking like Marge Simpson and go to the job looking like Patty and Selma. Not demure.”

Patty dan Selma yang disebutkan merupakan dua tokoh fiksi komedi animasi Amerika The Simpsons. Keduanya adalah seorang saudara kembar identik yang berpenampilan feminim khas dengan aksesoris yang menarik, perokok, dan bersuara berat layaknya laki-laki.

Melansir dalam laman The Guardian, Jools Lebron sengaja menggunakan very demure dan very mindful untuk mengungkapkan dengan satir atas penampilannya yang feminim. Hal tersebut bisa menjadi sindiran dan bahan candaan untuk Gen Z terkait bagaimana cara membuat konten flexing. “It also reads as a spoof on Gen Z’s obsession with quiet luxury, the trend where wealth is flexed via a whisper, not a scream.”

Namun, karena budaya yang berbeda penggunaan very demure dan very mindful di Indonesia terutama lebih banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai dari promosi sebuah produk, hingga konten-konten ringan daily life.

Lantas bagaimana menurutmu comss?

All Eyes on Papua

Tercatat hingga 4 Juni 2024 seruan All Eyes on Papua dibagikan lebih dari 2,8 juta kali di Instagram Story. Netizen Indonesia ramai-ramai merepost ulang poster tersebut sebagai bentuk kepedulian perlindungan hutan adat Papua.

Sebelumnya, masyarakat Awyu di Boven Digul Papua Selatan dan Suku Moi di Sorong Papua Barat Daya melakukan aksi damai dengan mendatangi Gedung Mahkamah Agung Jakarta pada 27 Mei 2024. Kedatangan tersebut sebagai bentuk protes atas rencana pengalihan hutan menjadi Perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari.

“Just in case buat yang belum tau, jadi hutan di Papua tepatnya di Boven Digul yang luasnya 36 ribu hektar atau lebih dari separuh luas Jakarta akan dibabat habis dan dibangun Perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari.” Tulis dalam keterangan poster yang beredar.

Berdasarkan artikel Forest loss in Indonesian New Guinea (2001-2019): Trends, drivers and outlook yang dipublikasikan dalam laman Science Direct menyebutkan dalam kurun waktu tersebut kelestarian hutan Papua mengalami penyusutan akibat investasi masif kebun sawit.

Sebanyak 2 persen atau 748 ribu ha hutan berkurang, bahkan diprediksi di tahun 2036 penyusutan hutan Papua mencapai 4,5 ha.

Dukungan lain dilakukan melalui tanda tangan petisi yang diinisiatif oleh Yayasan Pusaka Bentala Rakyat, ramai-ramai netizen ikut serta ikut mendukung agar izin PT Indo Asiana Lestari dicabut. Hingga 5 Juni 2024 sebanyak 207.083 tanda tangan telah terkumpul.

Masifnya Dukungan Netizen Lewat Media Sosial

Netizen ramai-ramai mendukung masyarakat Papua untuk mempertahankan hutan adat. Narasi yang dibangun terkait dampak perkebunan sawit akan menghasilkan emisi 25 juta ton CO2 serta 5 persen emisi karbon di tahun 2030 pada poster sukses membuat netizen kompak dalam aksi tersebut.

Menurut dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII, Ibnu Darmawan, S.I.Kom., M.I.Kom. kesuksesan ini tak luput dari momentum yang berdekatan dengan poster AI terkait All Eyes on Rafah yang viral beberapa hari sebelumnya.

“Poster itu (All Eyes on Papua) bisa naik dan viral karena momentumnya tidak jauh dari All Eyes on Rafah. Poster yang dikreasikan melalui AI secara visual tidak menampilkan bentuk kekerasan dan tidak melanggar policy sehingga lolos di Instagram,” ujarnya.

Masifnya bentuk simpati dan empati yang tinggi netizen Indonesia kepada kasus kejahatan manusia di Palestina turut memberi pengaruh pada isu lingkungan di Papua.

“Di Indonesia yang concern dengan Palestina dan merepost All Eyes on Rafah sangat banyak. Sementara isu soal Papua yang sebenarnya sudah lama kembali muncul dengan desain dan pemilihan kata yang mirip Rafah akhirnya viral,” tambahnya.

Jika dengan kejadian di negeri seberang netizen Indonesia begitu peduli maka tak heran dengan kondisi di Papua. Solidaritas dan merasa ada kedekatan dengan suatu objek sehingga membentuk kelompok yang Bersatu untuk mendukung pencabutan izin pengalihan kebun sawit.

“Aware karena itu bisa terinisiasi dari Rafah aja bisa peduli masa di negeri sendiri, ada rasa solidaritas dan proksimiti. Bentuk campaign juga gampang dilakukan hanya repost makanya jadi populer,” tandasnya.

Data dari Auriga Nusantara menyebutan tahun 2022 luas hutan di provinsi Papua dan Papua Barat sekitar 33.847.928 ha. Bagi masyarakat Papua, hutan tak sekedar tanah dan pepohonan melainkan sumber kehidupan yang bernilai budaya. Sayangnya hutan Papua terus menyusut sepanjang tahun karena penebangan untuk kebutuhan industri perkebunana, kehutanan, dan pertambangan.

Video viral

Beberapa pekan terakhir kata “bercanda” begitu viral di media sosial terutama Instagram dan TikTok. Pengucapan dengan penekanan yang unik “Bercyandya” membuat terngiang-ngiang bagi yang mendengar.

Lantas bagaimana “Bercyandya” bisa viral dan menjadi bahasa gaul di berbagai media sosial dan apa artinya?

Kemunculan kata “Bercyandya” berawal dari konten yang dibuat oleh akun Instagram @thesadewa atau Danang Giri Sadewa yang tengah mengajukan pertanyaan ringan kepada dua mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kira-kira begini isi percakapannya:

“Jadi masuk UGM gampang atau susah?,” tanya Danang.

“Nggak tahu, kita jalur hoki,” kata salah satu mahasiswi.

“Jalur hoki betul, karena emang pinter aja,” sahut mahasiswi yang diketahui bernama Abigail.

“Eh bercyandya, bercyandya,” ia melanjutkan lagi dengan wajah penuh tawa.

Selanjutnya Abigail menjelaskan bahwa ia dan temannya berhasil menjadi mahasiswa UGM melalui jalur SNBP dengan ketentuan nilai rapor stabil mulai dari kelas 10, 11, hingga semester 1 kelas 12.

Hingga hari ini konten tersebut telah ditonton oleh 12,1 juta pengguna Instagram, mendapat 689 ribu like, 16,2 ribu komentar, dan telah dibagikan sebanyak 61,7 ribu kali. (11 September 2023)

Viralnya konten ini turut mengubah rutinitas salah satu mahasiswa UGM yang diketahui bernama Abigail Manurung tersebut. Ia sempat diundang dalam komedi varietas salah satunya “Lapor Pak” Trans 7.

Arti kata “Bercyandya”

Dalam KBBI kata “Bercanda” berasal dari kata “Canda” yang artinya adalah tingkah, kelakar, senda gurau. Sementara dengan imbuhan (ber) menghasilkan arti bertingkah, berkelakar, bersenda gurau, dan bersenda gurau.

Sesuai dengan konteks yang dibangun oleh Danang dan Abigail, “Bercyandya” menjadi kata dengan penekanan yang menghasilkan bunyi gurauan. Hal ini dapat dijelaskan melalui konsep dasar fonologi bahasa Indonesia.

Pada hakikatnya bahasa merupakan bunyi ujar manusia yang muncul secara natural, bunyi ini dipelajari di bidang fonetik. Bunyi ujar tersebut akan membentuk pola atau pattern, lalu pola-pola tersebut menunjukkan system tertentu yang dipelajari dalam fonologi. (Fonologi Bahasa Indonesia, Dr. Yuliana Setyaningsih)

Pengetahuan dan pemahaman fonologi memungkinkan penutur dalam hal ini adalah Abigail, memproduksi bunyi yang membentuk tuturan penuh makna, mengenali aksen-aksen atau penekanan pengucapan asing, dan membentuk dan melahirkan kata-kata baru.

“Bercyandya” kini telah menjadi kata-kata baru karena hasil pengucapan dari Abigail dalam merespons kalimat yang ia ucapkan sebelumnya, untuk menampik kesan negatif atau sombong.

Kenapa bisa viral dan menjadi bahasa gaul?

Lantas apa alasan “Bercyandya” menjadi viral dan seolah menempatkan posisinya pada bahasa gaul?

Viral selalu berkaitan dengan konten yang ada di media sosial, baik dari Instagram, TikTok, Facebook, dan platform lainnya. Viral juga dikaitkan dengan isu yang tengah menjadi perbincangan publik, dalam artikel ilmiah “Viralitas Konten di Media Sosial” yang ditulis oleh Lidya Agustina salah satu Peneliti Puslitbang Kominfo menyebut bahwa penyebab suatu konten menjadi viral karena sharing behavior (like, shares, comments).

Jika melihat data statistik konten “Bercyandya” milik Danang memang tak diragukan lagi menjadi viral. Ramai-ramai pengguna Instagram dan TikTok membagikan konten tersebut secara berulang. Sementara kata viral dalam KBBI merujuk pada virus, atau menyebar luas dan cepat. Konten “Bercyandya” yang membutuhkan setidaknya tiga pekan menjadi viral dan ditirukan oleh pengguna media sosialnya.

Alasan lain adalah adanya emosi dan element of surprise, emosi dalam konten bisa saja positif maupun negatif. Fenomena viralnya konten “Bercyandya” menjadi konten viral yang dapat membuat publik melepaskan emosi tertentu, humor menjadi elemen surprise yang menghibur.

“Bercyandya” juga seolah menjadi bahasa gaul. Merujuk pada riset yang dilakukan Kemendikbud, bahasa gaul adalah bahasa Indonesia yang diucapkan dalam pergaulan sehari-hari untuk mengungkapkan ekspresi diri.

Kira-kira, berapa lama ya “Bercyandya” akan bertahan keviralannya? Bagaimana menurutmu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Proyek karya

Dalam kebijakan baru yang tertuang pada Merdeka Belajar Episode ke-26, disebutkan bahwa skripsi kini bukan satu-satunya syarat lulus untuk skripsi. Jauh sebelum kebijakan ini diluncurkan, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah lebih dulu menerapkannya di tahun 2015.

Ketika kabar kebijakan dari Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim diluncurkan, nama salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia viral di media nasional lantaran karyanya yang mendunia. Sosok itu adalah Muhammad Heri Fadli yang kini tengah menyelesaikan studinya di Malaysia.

Akun Instagram media Kumparan mengunggah postingan tentang Heri dengan tajuk “Gak Bikin Skripsi, Lulus Lewat Film, Kini Karya Mendunia” pada 30 Agustus 2023. Unggahan ini sukses menarik penonton sebanyak 535 ribu, dengan 27 ribu like, 235 komentar, dan lebih dari 1.000 pengguna Instagram membagikan informasi tersebut.

Dalam menyelesaikan kuliah S1 di Prodi Ilmu Komunikasi, Heri memilih jalur karya film dokumenter sebagai syarat kelulusannya. “DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional Gendang Beleq” merupakan karyanya yang mengisahkan budaya di Lombok. Hal ini mengantarkannya sebagai sineas muda yang sukses raih penghargaan ditingkat nasional dan internasional.

Tertarik mengikuti jejak Heri?

Nah berikut ini beberapa contoh karya tugas akhir UII yang bisa jadi inspirasimu. Namun sebelumnya, pastikan bahwa di prodi atau jurusanmu, hal ini sudah diakomodasi ya. Misalnya saja prodi Ilmu Komunikasi UII yang menawarkan lima cara untuk meraih gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab antara lain jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi.

  1. Eksistensi Pelaku Street Art dalam berkarya Melalui Film Dokumenter “Di Balik Tembok” di Yogyakarta

Kreator            : Wiwind Nugraha

Karya ini merupakan film dokumenter berdurasi 20 menit yang membahas detail terkait street art di Yogyakarta. Berfokus pada satu tokoh, dokumenter ini dapat mengupas secara rinci lika-liku kehidupan dan proses berkarya dari street artist, sehingga pesan akan lebih mudah dimengerti oleh penonton menurut sudut pandang si tokoh. Pembuatan karya ini memberikan informasi dan mengupas eksistensi dari street artis dalam berkarya dan tetap bertahan serta mampu menghidupi sebuah keluarga.

  1. BEDA (Pembuatan Film Dokumenter tentang Pondok Pesantren 20 Tahun Pasca Reformasi Islam)

Kreator            : Andi Zulham Jaya

Produksi film dokumenter dengan pendekatan ekspositoris ini merekam tentang pondok pesantren 20 tahun Pasca Reformasi Islam. Pondok pesantren pada umumnya adalah tempat atau rumah sementara untuk belajar agama Islam dan untuk mendalami ajaran-ajaran islam. Pasca reformasi, muncul adanya pesantren yang baru, yakni pesantren bagi anak berkebutuhan khusus.

  1. Engkuk Merbabu (Pembuatan Film Dokumenter Mengenai Ancaman Hama Engkuk di Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah)

Kreator            : Farid Iskandar

Berawal dari simpati, film dokumenter ini bercerita tentang permasalahan yang sudah lama dihadapi oleh petani Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Para petani harus menghadapi serangan hama engkuk yang menyerang akar tanaman dan menjadi pemicu utama petani gagal panen dan menanggung kerugian. Dengan pendekatan hybrid, film berdurasi 18 menit ini menceritakan berbagai kegelisahan dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh petani Desa Petung dalam menghadapi hama Engkuk.

  1. Mengungkap Makna di Balik Topeng (Pembuatan Film Dokumenter tentang Pengungkapan Makna-makna Tersembunyi Kesenian Tari Topeng Cirebon, Jawa Barat)

Kreator            : Aldi Iryandi

Film dokumenter ini merekam sebuah desa yang mencoba untuk mempertahankan dan mewariskan makna-makna Tari Topeng, yaitu Desa Slangit. Desa Slangit merupakan tempat lahirnya Tari Topeng Gaya Slangit, yang mana terdapat sanggar bernama Panji Asmara. Sanggar tersebut dipimpin langsung oleh Inu Kertapati selaku maestro dari Tari Topeng Gaya Slangit.

Film dokumenter berjenis news documentary ini menggunakan pendekatan ekspositoris. Pendekatan ini dipakai untuk menjadi perantara dalam menjelaskan narasi dengan menampilkan gambar-gambar yang sesuai, sehingga pesan akan lebih mudah dimengerti oleh penonton.

Film dokumenter ini mencoba untuk membuka pikiran masyarakat akan pentingnya untuk mengetahui makna-makna kelima Wanda Tari Topeng yang mengajarkan tentang proses kehidupan manusia dan menjelaskan tentan nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya.

  1. Produksi Majalah Fotografi Kreatif Berkonsep tentang Dunia Islam di Indonesia “@THINK”

Kreator            : Ici Dian Adilah

Produksi majalah ini menggabungkan dua keahlian yakni fotografi dan penulisan kreatif. Keduanya erat dengan industri kreatif periklanan. Isi majalah fotografi adalah gambaran dunia Islam yang ada di Indonesia dengan cara mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari manusia. Unsur kreativitas sangat kental dalam majalah ini karena berisi tulisan dan foto-foto yang telah dikurasi. Majalah ini dibuat untuk melihat citra alternatif dunia Islam melalui fotografi di Indonesia.

  1. DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populaer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional gendang Beleq

Kreator            : Muhammad Heri Fadli

Karya ini termasuk dalam jenis film dokumenter interaktif, merekam tentang budaya populer yang memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan lokal. Musik Kecimol merupakan produk musik pop yang menyedot perhatian publik mulai menggeser musik tradisional Gendang Beleq.

Lokasi pembuatan film ini di Lombok dengan subjek Suku Sasak yang melibatkan pemilik sanggar, pemain, dan tokoh pemuda. Film ini menjadi medium untuk mempresentasikan gambaran kesenian musik Kecimol dari budaya pop yang menggeser kesenian tradisional Gendeng Beleq dalam prosesi adat Nyongkolan masyarakat suku Sasak.

  1. Rekonsiliasi Ruh (Pembuatan Film Dokumenter tentang Peletakan Batu Nisan di Kuburan Massal Korban HAM 1965 yang Berjudul “Rekonsiliasi Ruh” Berlokasi di Kendal, Jawa Tengah)

Kreator            : Tri Rizal Ghofuur

Karya ini merupakan proyek film dokumenter ekspositori dan observasional yang merekam kegiatan pegiat kemanusiaan dalam proses penisanan. Film ini adalah kegiatan upaya rekonsiliasi korban 1965 dengan pihak pemerintah yang belum menemukan kesepakatan. Selain bukti-bukti pembunuhan massal yang terus bermunculan dengan penemuan kuburan masal tragedi 1965 di Semarang dan Kendal, Jawa Tengah.

Diperkirakan lebih lebih dari 100 orang terbunuh secara paksa tanpa peradilan. Hal ini membuat sekelompok pegiat kemanusiaan dari daerah Semarang dan Kendal melakukan penisananan yang menemui banyak kendala. Tujuan pembuatan film dokumenter ini mencoba menawarkan perspektif baru atas tragedi 1965.

  1. Melawan Batas (Pembuatan Film Dokumenter Melawan Stigma Masyarakat Terhadap Teman Tuli)

Kreator            : Kafin Maulana Rijal

Kelompok difabel sering dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki kemampuan untuk bisa hidup layaknya non-difabel. Namun di kota Yogyakarta tinggallah seorang anak difabel dengan kemauan dan semangat juang besar yang bernama Ahmad Roby Nugraha.

Roby mampu mematahkan stigma buruk masyarakat terhadap kaum difabel yang selama ini selalau dipandang sebelah mata. Proyek ini merupakan karya ilm dokumenter berjenis news documentary yang menggunakan pendekatan ekspositoris.

  1. ASA di ZONA BENCANA (Pembuatan Film Dokumenter tentang “Sekolah Gunung Merapi” dalam Memberdayakan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana)

Kreator            : Galih Yoga Wicaksono

Karya ini merupakan film dokumenter dengan pendekatan ekspositoris yang mencoba menceritakan kembali misi yang sedang diemban oleh Sekolah Gunung Merapi, khususnya dalam bidang mitigasi bencana.

Padukuhan Pangukrejo di Umbulharjo, Sleman termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi. Daerah tersebut seharusnya tidak boleh digunakan untuk hunian tetap warga, namun setelah erupsi 2010 banyak warga yang kembali ke sana. Dampaknya mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang memadai dari pemerintah. Melalui film ini, diharapkan dapat memberikan wawasan kepada penonton mengenai Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi III dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memberikan literasi informasi kebencanaan kepada masyarakat.

  1. FORMART MAGAZINE (Produksi Majalah Tentang Proses Kreatif Street Art dan Penguatan Eksistensi Komunitas Street Art di Yogyakarta)

Kreator            : Azka Destriawan

Proyek karya majalah ini merupakan wacana, proses kreatif, dan dinamika street art di Yogyakarta seperti kesenian lokal, street art graffiti, mural, poster, hingga instalasi yang merespons keresahan masyarakat dan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar untuk menyuarakan sesuatu di ruang publik.

Melalui dinding dingin kota, artis street art menyuarakan aspirasi masyarakat sebagai bentuk perlawanan. Namun street art kerap dianggap sebagai sesuatu yang ilegal, bentuk vandalisme, bahkan menjadi aksi kriminal karena merusak dan mengotori ruang publik.

Itulah beberapa contoh karya untuk syarat kelulusan S1 dan D4 bagi yang tak ingin memilih skripsi. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UII, produksi film menjadi proyek yang paling banyak dilakukan. Lantas bagaimana rencana kamu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita