Tag Archive for: Twitter

Typing ganteng
Reading Time: 3 minutes

Ada saja hal baru yang mengiringi perjalanan Gen Z di media sosial, terutama soal typing atau cara mengetik. “Typing ganteng” atau “typing cantik” adalah tren yang menjadi identitas dan perjalanan Gen Z di media sosial.

Kronologi kemunculan istilah typing ganteng bermula sekitar tahun 2019 dipopulerkan oleh Ivan Lanin, seorang yang melabeli dirinya sebagai Wikipediawan pecinta bahasa Indonesia. Ivan membagikan ilmunya terkait tata bahasa Indonesia sesuai EYD melalui Twitter dan berbagai platform media sosial lainnya.

Mengutip definisi dari Oxford English Dictionary, typing adalah kegiatan menulis atau menyalin dengan menggunakan mesin ketik. Sementara pada kondisi saat ini kegiatan typing dilakukan dengan laptop, komputer, hingga smartphone.

Sementara typing ganteng yang dipopulerkan Ivan Lanin didefinisikan sebagai gaya menulis atau chat yang rapi sesuai kaidah penulisan EYD agar enak dibaca. Berkat mempopulerkan typing ganteng, Ivan Lanin dijuluki sebagai Bapak Typing Ganteng Nasional.

Lantas mengapa Gen Z kini memilih untuk mengikuti tren typing ganteng di media sosial? Menurut salah satu mahasiswa Sastra Inggris Universitas Brawijaya, Rida Bawa Carita yang merupakan Gen Z menyebutkan alasan mengikuti tren typing ganteng agar tak dianggap sebagai sosok yang tertinggal.

“Agar lebih kerasa santai (typing ganteng), soalnya kalau typing alay merasa chattingan dengan orang yang tertinggal banget. Kita sudah 2023 dia masih 2010,” ungkapnya.

Mahasiswa Sastra Inggris itu menyebut, typing ganteng wajib dilakukan kepada orang yang baru saja ia kenal untuk menciptakan kesan positif.

Typing ganteng untuk yang baru kenal, minimal tidak chat “aku” dengan “aq”. Minimal sesuai EYD,” tambahnya.

Hal ini juga diamini oleh Iven Sumardiyantoro selaku Gen Z awal yang lahir di tahun 1997. Ia berani melakukan typing alay ketika bersama sahabatnya, sementara bersama pacarnya yang sama-sama Gen Z wajib typing ganteng.

Typing alay hanya sama sahabat dekat, kalau sama pacar typing ganteng. Dia (pacar) selalu chat sesuai EYD, menulis nama dengan awalan huruf kapital,” ujarnya.

Dalam berbagai artikel populer yang diterbitkan oleh beberapa portal media online menyebut bahwa typing ganteng adalah tips untuk mendapatkan citra positif dalam langkah pendekatan dengan gebetan.

Seperti dalam artikel yang terbit pada Kumparan.com berjudul “Pengertian Typing Ganteng dan Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan agar PDKT Lancar” lalu artikel berjudul “Apa Sih Arti Typing Ganteng? Benarkah Bisa Bikin Netizen Jatuh Hati?” pada portal Grid Kompas Gramedia, hingga “7 Cara Typing Ganteng yang Bikin Lancar PDKT Sama Cewek Gen Z” di laman IDN Media yang memberi framing bahwa cara mengetik yang baik dan benar akan memberi kesan positif dan tidak berlebihan di mata calon gebetan.

Selain berbagai artikel tersebut, viral di TikTok berbagai kalimat “muka gak harus ganteng, tapi kalau typing harus ganteng” yang telah ditonton 1,9 juta pengguna TikTok, “ganteng itu bonus, typing ganteng itu harus” yang ditonton sekitar 2,8 juta pengguna TikTok.

Typing ganteng identitas bagi Gen Z?

Jika menulis dengan gaya alay sempat tren di tahun 2000an hingga 2010 dan menjadi identitas bagi generasi pengguna Facebook awal, tampaknya typing ganteng menjadi identitas Gen Z dalam perjalanan di media sosial.

Mengutip dalam Psychology Today, identitas mencakup nilai yang dianut oleh seseorang yang menentukan pilihan dan keputusan yang diambil. Identitas dalam diri seseorang akan terus berkembang sepanjang hidup berdasarkan pengalaman.

Berdasarkan data yang dipublish GWI, salah satu lembaga market research di Amerika Serikat, menyebut bahwa salah satu karakter Gen Z adalah menggunakan media sosial dengan cara yang unik, 11% Gen Z menyebut bahwa media sosial adalah tempat mencari inspirasi.

Sehingga tren positif dengan typing ganteng ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi untuk membentuk citra positif pada diri Gen Z.

Ciri-ciri typing ganteng

Bagi Anda yang masih bingung dengan typing ganteng yang dipopulerkan Ivan Lanin, berikut empat ciri-ciri yang mudah dikenali dan dapat dilakukan agar tak dianggap alay di media sosial.

  1. Tidak menyingkat kata

Ciri utama dalam typing ganteng adalah tidak menyingkat kata. Gunakan kata yang benar sesuai EYD, seperti kata “banget” tidak disingkat “bgt” dan singkatan-singkatan lainnya.

  1. Mengakhiri kalimat dengan titik

Konsep typing ganteng adalah rapi dan enak dibaca, untuk mengakhiri kalimat gunakan tanda titik untuk menampilkan kesan cool dan berwibawa.

  1. Tanda baca sesuai fungsi

Ciri typing ganteng selanjutnya adalah menggunakan tanda baca sesuai fungsi baik seperti koma, titik, tanda seru, hingga huruf yang tidak dobel. Kata “iya” tidak ditulis “iyaaa!”.

  1. Menggunakan kata sesuai EYD bukan kata alay

Typing alay mungkin sangat populer di tahun 2000an awal, namun hal ini benar-benar haram pada konsep typing ganteng. Penulisan kata “aku” bukan “aq” semua kata ditulis sesuai kaidah EYD.

Demikian informasi terkait typing ganteng yang menjadi identitas Gen Z di media sosial. Lantas bagaimana menurutmu, Comms? Apakah typing ganteng akan menjadi identitas yang Gen Z di media sosial?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Threads
Reading Time: 3 minutes

Pesaing Twitter telah lahir. Meta, rumah dari Instagram, Facebook, dan WhatsApp telah melahirkan aplikasi Threads pada 6 Juli 2023. Antusias penggunanya juga meledak. Lantas mana yang lebih menarik: Threads milik Mark Zuckerberg atau Twitter milik Elon Musk?

Melihat data pengguna Threads yang kini tembus lebih dari 100 juta pengguna, memang aplikasi ini menjadi saingan berat Twitter. Sementara Twitter yang telah rilis pada 2006 kini telah digunakan oleh 556 juta pengguna di seluruh dunia berdasarkan laporan dari We Are Social dan Hootsuite pada bulan Januari 2023.

Perlu Anda ketahui, Threads mengadopsi cara kerja dan tampilan dari Twitter. Inilah yang membuat keduanya disandingkan sebagai rival. Dilansir dari New York Time, Mark Zuckerbeg telah merumorkan pesaing Twitter beberapa bulan sebelum perilisannya. Tak hanya itu, Threads digadang-gadang akan sukses seperti Instagram dan disebut pembunuh Twitter oleh para teknisi dalam bidangnya.

Ditambah pro kontra setelah Twitter dimiliki Elon Musk seperti berbagai perubahan algoritma, fitur, hingga pemberlakuan batasan-batasan lain bagi penggunanya. Tampaknya Mark Zuckerberg telah siap dengan persaingan tersebut, dengan modal basis pengguna Instagram 1,32 miliar di dunia pada Januari 2023.

“Saya pikir harus ada aplikasi percakapan publik dengan lebih dari 1 miliar orang di dalamnya. Twitter telah memiliki kesempatan untuk melakukan hal ini tetapi belum berhasil. Mudah-mudahan kami bisa melakukannya,” tulis Mark Zuckerberg pada postingan Threads hari Rabu lalu.

Sementara di tengah perdebatan Threads vs Twitter,  tangkapan layar berisi email Elon Musk dengan Juleanna Glover pada Agustus 2018 kembali mencuat. Isi pesan yang dikirim Elon Musk “Aku baru saja menghapus Instagramku. Mengecewakan” diunggah oleh akun Twitter @techemails.

Twitter vs Threads

Email Elon Musk soal Instagram

Sontak pemilik Twitter itu membalasnya dengan nada yang cukup tinggi, “Jauh lebih baik diserang oleh orang asing di Twitter, daripada menikmati kebahagiaan palsu dari Instagram yang menyembunyikan rasa sakit,” balasnya menanggapi tangkapan layar di Twitter.

Beralih dari perang dingin Mark Zuckerberg dengan Elon Musk, mana yang lebih menarik untuk digunakan dan yang terpenting soal keamanan data. Berikut hal-hal yang wajib Anda ketahui sebelum download aplikasi Threads.

Apa bedanya Threads dan Twitter?

Menurut hasil wawancara yang dilakukan New York Time kepada head of Instagram yakni Adam Mosseri, disebutkan bahwa Threads adalah aplikasi pendukung Instagram yang dapat melakukan percakapan publik secara real time.

“Idenya adalah untuk membangun ruang yang terbuka dan bersahabat untuk komunitas,” kata Mosseri.

Jika ingin menggunakan Threads otomatis harus memiliki akun Instagram. Begitu pula jika ingin menghapus akun Threads, penggunanya dipaksa merelakan akun Instagram terhapus juga. Pengguna dapat langsung mengimpor daftar orang yang dikuti di Instagram ke Threads jika mereka menginginkannya. Termasuk pengguna yang sudah terverifikasi di Instagram otomatis terverifikasi di aplikasi Threads. Pengguna dapat mengatur akun Threads mereka menjadi privat atau publik.

Secara tampilan Threads bisa dikatakan meniru Twitter seutuhnya, mulai dari tombol like, komentar, posting ulang, hingga tombol berbagi ke media sosial lainnya. Bedanya, Twitter lebih unggul dari sisi isu yang mampu menampilkan hal trending setiap harinya.

Meski sama-sama mampu memposting foto atau video, ternyata Threads tidak mendukung pesan langsung, sementara pada Twitter fitur ini telah terakomodasi. Namun masih ada kemungkinan pihak Threads akan menambahkan fitur tersebut jika banyak permintaan dari penggunanya.

“Ada kesempatan atau permintaan bagi lebih banyak orang untuk bermain di ruang publik,” ujarnya Adam Mosseri.

Perlukah menggunakan Threads ketika sudah memiliki Twitter?

Jika memang fitur yang disediakan Threads serupa dengan Twitter, perlukah ikut-ikutan menggunakan aplikasi ini?

Sah-sah saja bagi Anda yang ingin mengikuti tren dan tak ingin ketinggalan dengan euforia membagikan pengalaman menggunakan Threads. Namun, perlu Anda ketahui apa tujuan dan manfaat yang akan didapat setelah mengunduhnya.

Bagi content creator hingga pemilik bisnis, bergabung dan menggunakannya dari awal perilisan atau minggu-minggu pertama cukup menguntungkan. Mengutip startups.co.uk, ketika platform media sosial mana pun baru saja dirilis, tujuan utama adalah mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Sementara jika Anda bergabung lebih awal, konten yang Anda bagikan akan mendapatkan prioritas untuk muncul pada halaman awal pengguna yang bergabung dan mengikuti Anda.

Menariknya Threads bisa jadi platform yang membuat nama atau bisnis Anda mendapat banyak perhatian dari pengguna lain. Karena kita tidak pernah tahu bagaimana pertumbuhan di tempat yang baru. Seperti yang sering kita lihat, banyak pemilik bisnis yang beralih ke TikTok untuk mencari peruntungan dan hal ini cukup berhasil.

Mana yang lebih aman, Threads atau Twitter?

Kedua aplikasi ini pada dasarnya sama dengan fokus konten berbasis teks, namun mana yang lebih banyak mengintip data pribadi Anda?

Dibandingkan dengan Twitter, Threads meminta izin akses data lebih banyak. Setidaknya ada 10 jenis data yang diminta oleh Threads. Mengutip dari Kompas.com, Threads meminta akses informasi tentang kesehatan dan fitness, finansial, riwayat pencarian, kontak, konten pengguna, penggunaan data, lokasi, kartu identitas, informasi sensitif, dan data lainnya. Sedangkan Twitter meminta informasi antara lain lokasi pengguna, kartu identitas, informasi kontak, penggunaan data, riwayat pencarian, riwayat pembayaran, dan konten bikinan pengguna.

Artinya baik Threds maupun Twitter sama-sama tak dapat dikatakan aman 100 persen. Namun, hal yang pasti data tersebut digunakan untuk beberapa aspek mulai dari personalisasi konten, layanan iklan, akses informasi ke iklan pihak ketiga, fungsionalitas aplikasi, pemantauan aktivitas, dan sebagainya.

Inilah alasan mengapa di Uni Eropa, Threads belum dapat dirilis sebab keamanan data yang perlu ditinjau ulang.

 

Penulis: Meigitaria Sanita