Tag Archive for: Nadiem Makarim

Muhammad Heri Fadli
Reading Time: 5 minutes

Salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia sukses menjadi film maker yang mampu menembus festival internasional. Lewat karya-karyanya Muhammad Heri Fadli berkesempatan menyinggahi beberapa negara.

Karya fenomenalnya berjudul Jamal telah dipertontonkan pada 13 festival dalam dan luar negeri. Jamal atau akronim dari “Janda Malaysia” adalah kisah pilu keluarga TKI di Nusa Tenggara Barat. Mengisahkan para istri yang ditinggal suaminya menjadi TKI di Malaysia dan pulang tanpa nyawa. Film ini memperlihatkan realita seorang “Jamal” yang pilu, minim dialog, namun terlihat kuat dan tegar.

Perjalanan Heri menjadi film maker berawal saat dirinya memilih tugas akhir produksi karya film dokumenter sebagai syarat mengajukan kelulusan S1 Ilmu Komunikasi UII. Saat itu film yang diproduksinya berjudul “DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional Gendang Beleq”

Prodi Ilmu Komunikasi UII memang telah menerapkan kebijakan syarat kelulusan dengan berbagai pilihan mulai dari skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi sejak tahun 2015.

Muhammad Heri Fadli

Muhammad Heri Fadli saat mengikuti Toronto Reel Asian International Film Festival

Kebijakan ini akhirnya juga diterapkan pada Merdeka Belajar Episode Ke-26 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim pada 29 Agustus 2023 lalu. Sontak nama alumni Ilmu Komunikasi yang lebih dulu menjadi sorotan dan rujukan banyak pihak. Penasaran apa saja karya Heri yang tembus festival nasional dan internasional?

Beberapa waktu lalu, Heri telah berbagi pengalaman dan privilesenya memilih lulus jalur karya film dokumenter yang banyak memberinya kemudahan dalam dunia kerja dan studinya.

Berikut beberapa daftar festival yang berhasil diikuti oleh Heri dengan karya-karyanya yang menarik.

Jamal Laurel’s

  1. JAFF-Jogja 2020
  2. Lleida Visual arts-Spain 2020
  3. Ischia Global – Italy 2021
  4. BIKY – Korea 2021
  5. Sundance – Asia 2021
  6. Slamdance – US 2022
  7. Mini Film Fest – Malaysia 2022
  8. Minikino – Bali 2022
  9. Tampere – Finland 2022
  10. Youki – Austria 2021
  11. Toronto Reel Asian 2022
  12. Ningbo Film Festival 2022
  13. Aceh Film Festival 2022

Sepiring Bersama Laurels:

  1. Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2018

Blue Poetry Laurels:

  1. Nominasi Raoul Wallenberg, Nominasi Rangkai Award, Nominasi Best Nasional di Minikino Film Week 2023
  2. Show Me Short Film Festival (Academy Award Qualifying) – New Zealand

Berikut wawancara tim redaksi dengan Heri yang berkisah tentang pengalamannya di dunia film dokumenter.

Muhammad heri fadli

Toronto Reel Asian International Film Festival

Kenapa saat itu lebih memilih proyek karya film dokumenter dibandingkan skripsi untuk pengajuan syarat kelulusan?

Di tahun 2016 itu ada beberapa senior sebenarnya juga mengambil proyek satu film fiksi dan film dokumenter lebih awal. Cuma saya mendengar desas-desus tentang akan ada pilihan selain skripsi ketika ujian nanti. Nah di tahun 2015 itu saya sudah mulai mengambil stok footage untuk jaga-jaga pada saat menggarap skripsi atau tugas akhir itu bisa saya ambil proyek. Betul saja bisa mengambil proyek, saya bisa mengambil film dokumenter karena lebih bisa saya kerjakan tanpa kru yang banyak. Sebetulnya saya itu tidak hanya sekedar karya, justru menurut saya lebih capek mengerjakan karya tugas akhir. Karena nanti ada konsep sama seperti proposal skripsi segala macam, konsep kreatif, landasan teorinya juga ada, kemudian nanti membuat cerita dan lain-lain, alasan memilih objek, dan nanti setelah produksi itu kita diharuskan menganalisis film kita sendiri menjabarkan proses kreatif dan segala macam dalam bentuk laporan yang sebetulnya kalau saya pribadi lebih tebal daripada skripsi, sekitar 200an halamanlah untuk laporan dalam bentuk tertulis dari karya itu. Dan ada dua ujian untuk proyek, ada ujian proyek pemutaran secara umum dengan diahadiri oleh panel yang exspert dibidangnya, bidang film tentunya. Kemudian ada ujian Bersama dosen penguji.

Bagaimana proses produksi tersebut mempengaruhi karier saat ini?

Kalau boleh jujur, terus terang karya film dokumeter yang saya kerjakan saat tugas akhir itu sangat berpengaruh. Karena sebelumnya saya membuat sekitar empat film fiksi. Saat itu saya hanya membuat film suka-suka untuk bersenang-senang, untuk mengasah kemampuan bersama dengan teman-teman. Jadi tanpa ada landasan teori yang jelas, asal tahu teknik merekam gambar, dan penceritaan.

Setelah membuat dokumenter untuk tugas akhir, saya merasakan betul bagaimana persiapannya, pdroses risetnya, dan observasinya. Bahkan saya harus bolak-balik ke Lombok sebanyak tiga kali, berarti enam kali flight pulang pergi dari Jogja ke Lombok untuk revisi, karena ada footage yang kurang. Dan itu memakan waktu. Tet,api dari proses itu saya sadar betul setelah lulus, saya tidak bisa sembarang membuat film. Film yang mampu berbicara adalah film yang membutuhkan riset yang bagus, riset yang jelas, dan mampu kita pertanggungjawabkan karena ada landasan teori dan riset yang kita lewati.

Bagaimana menurut Anda tentang proyek Film “DAJAL” ini?

DAJAL adalah proyek “serius” pertama yang saya kerjakan karena ini adalah tugas akhir. Film ini juga tidak dipublish karena ada rencana untuk diupgrade dan perbaiki dalam waktu satu hingga dua tahun kedepan. Harapannya DAJAL akan keluar denganversi terbaru dengan lebih komplit.

Apa sih untungnya untuk mahasiswa? Padahal kalau dilihat laporannya juga hampir setara dengan skripsi?

Meski kelihatannya lebih rumit karena ada proyek film sekaligus laporan mini yang setara dengan skripsi, karena saat itu belum ada acuan ternyata banyak keuntungan yang saya rasakan. Ada dua keuntungan besar bagi saya pribadi.

Pertama, proyek film dokumenter ini menjadi portofolio yang bisa kita bawa ketika lulus tidak hanya pengalaman teoritis saja.

Kedua, karena laporannya setara dengan skripsi saat lanjut S2 sangat membantu. Laporan tugas akhir film dokumenter tersebut dianggap sebagai skripsi saat mengajukan S2 di Malaysia.

Kalau boleh tahu sudah berapa film yang diproduksi saat ini?

Saya agak lupa sudah produksi berapa film, mungkin lebih dari 12. Tapi yang benar-benar serius itu ada 5 film yaitu DAJAL, Sepiring Bersama, Buah Khuldi, Jamal, lalu Blue Poetry. Jadi total ada 5 film yang menurut saya serius secara konsep, penyampaian materi, dan secara produksi.

Kenapa bisa masuk festival internasional? Karena saya memilih untuk menjadi film maker, setelah lulus kuliah saya melakukan segala cara atau segala usaha. Saya juga mengalami banyak sekali penolakan-penolakan dari banyak festival. Mungkin yang orang-orang tahu dari publikasi ‘Wow karya saya masuk banyak festival’. Padahal banyak juga festival yang tidak nyambung dengan film kami.

Nah buat saya proses-proses itu yang membuat kita lebih kuat dalam produksi. Jadi, penolakan dan hujatan segala macam itu sudah biasa. Justru hasil-hasil itu yang di-highlight oleh orang-orang.

Bisa ceritakan kemarin tiba-tiba jadi di-notice oleh publik?

Tiba-tiba dinotice publik karena proyek tugas akhir, yang perlu publik ketahui menurut saya membuat karya ini lebih melelahkan dan butuh effort. Tapi pilihan ini cocok bagi teman-teman yang mengingnkan hasil lebih.

Ketika mendengar akan ada kebijakan ini, inilah hal yang cocok bagi teman-teman yang menginginkan tidak hanya hasil riset dan berakhir di tumpukan rak perpustakaan. Namun tak jarang hasil riset juga dipublish menjadi karya jurnal.

Lantas, sekarang fokus produksi film atau studi juga?

Fokus keduanya, Insya Allah di bulan November atau Desember akan ke Kuala Lumpur untuk wisuda. Saya menyelesaikan studi tahun lalu di bulan Agustus. DiMalaysia menunggu wisuda cukup lama jadi sekitar setahun.  Saya tetap melakukan produksi film ketika studi, misal sedang tidak studi saya menulis naskah persiapan untuk syuting Saat inisedang proses distribusi film selanjutnya berjudul Blue Poetry yang nanti akan premier di Indonesia yakni Bali International Short Film Festival – Minikino Film Week,kita mendapat tiga nominasi, dan akan dilanjutkan di bulan Oktober di New Zealand pada Show Me Shorths Film Festival, merupakan festival film pendek yang sudah disqualified sertifikasi oleh academy film award Oscar.

Terakhir, kebijakan mas Menteri kali ini menurutmu gimana? Menarik ngga?

Terus terang, menurut saya kebijakan baru ini sangat menarik. Seperti saya bilang tadi karena akhirnya teman-teman mahasiswa mendapat banyak pilihan, tidak hanya skripsi. Karena tidak semua orang suka riset. Banyak otak-otak kreatif terutama yang bersifat pengkaryaan atau mungkin teknik. Menurutku tidak semua jurusan harus membuat pengkaryaan tetapi ada jurusan tertentu yang mungkin lebih condong di karya seperti mahasiswa film, televisi, fotografi. Tentu  akan akan lebih keren kalau mereka membuat galeri fotografi, buku fotografi yang nanti tidak hanya sebagai tugas akhir tapi juga sebagai portofolionya.

Itulah pengalaman menarik yang dibagikan oleh alumni Ilmu Komunikasi UII. Tertarik mengikuti jejaknya, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

 

Proyek karya
Reading Time: 5 minutes

Dalam kebijakan baru yang tertuang pada Merdeka Belajar Episode ke-26, disebutkan bahwa skripsi kini bukan satu-satunya syarat lulus untuk skripsi. Jauh sebelum kebijakan ini diluncurkan, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah lebih dulu menerapkannya di tahun 2015.

Ketika kabar kebijakan dari Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim diluncurkan, nama salah satu alumni Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia viral di media nasional lantaran karyanya yang mendunia. Sosok itu adalah Muhammad Heri Fadli yang kini tengah menyelesaikan studinya di Malaysia.

Akun Instagram media Kumparan mengunggah postingan tentang Heri dengan tajuk “Gak Bikin Skripsi, Lulus Lewat Film, Kini Karya Mendunia” pada 30 Agustus 2023. Unggahan ini sukses menarik penonton sebanyak 535 ribu, dengan 27 ribu like, 235 komentar, dan lebih dari 1.000 pengguna Instagram membagikan informasi tersebut.

Dalam menyelesaikan kuliah S1 di Prodi Ilmu Komunikasi, Heri memilih jalur karya film dokumenter sebagai syarat kelulusannya. “DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional Gendang Beleq” merupakan karyanya yang mengisahkan budaya di Lombok. Hal ini mengantarkannya sebagai sineas muda yang sukses raih penghargaan ditingkat nasional dan internasional.

Tertarik mengikuti jejak Heri?

Nah berikut ini beberapa contoh karya tugas akhir UII yang bisa jadi inspirasimu. Namun sebelumnya, pastikan bahwa di prodi atau jurusanmu, hal ini sudah diakomodasi ya. Misalnya saja prodi Ilmu Komunikasi UII yang menawarkan lima cara untuk meraih gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab antara lain jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi.

  1. Eksistensi Pelaku Street Art dalam berkarya Melalui Film Dokumenter “Di Balik Tembok” di Yogyakarta

Kreator            : Wiwind Nugraha

Karya ini merupakan film dokumenter berdurasi 20 menit yang membahas detail terkait street art di Yogyakarta. Berfokus pada satu tokoh, dokumenter ini dapat mengupas secara rinci lika-liku kehidupan dan proses berkarya dari street artist, sehingga pesan akan lebih mudah dimengerti oleh penonton menurut sudut pandang si tokoh. Pembuatan karya ini memberikan informasi dan mengupas eksistensi dari street artis dalam berkarya dan tetap bertahan serta mampu menghidupi sebuah keluarga.

  1. BEDA (Pembuatan Film Dokumenter tentang Pondok Pesantren 20 Tahun Pasca Reformasi Islam)

Kreator            : Andi Zulham Jaya

Produksi film dokumenter dengan pendekatan ekspositoris ini merekam tentang pondok pesantren 20 tahun Pasca Reformasi Islam. Pondok pesantren pada umumnya adalah tempat atau rumah sementara untuk belajar agama Islam dan untuk mendalami ajaran-ajaran islam. Pasca reformasi, muncul adanya pesantren yang baru, yakni pesantren bagi anak berkebutuhan khusus.

  1. Engkuk Merbabu (Pembuatan Film Dokumenter Mengenai Ancaman Hama Engkuk di Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah)

Kreator            : Farid Iskandar

Berawal dari simpati, film dokumenter ini bercerita tentang permasalahan yang sudah lama dihadapi oleh petani Desa Petung, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Para petani harus menghadapi serangan hama engkuk yang menyerang akar tanaman dan menjadi pemicu utama petani gagal panen dan menanggung kerugian. Dengan pendekatan hybrid, film berdurasi 18 menit ini menceritakan berbagai kegelisahan dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh petani Desa Petung dalam menghadapi hama Engkuk.

  1. Mengungkap Makna di Balik Topeng (Pembuatan Film Dokumenter tentang Pengungkapan Makna-makna Tersembunyi Kesenian Tari Topeng Cirebon, Jawa Barat)

Kreator            : Aldi Iryandi

Film dokumenter ini merekam sebuah desa yang mencoba untuk mempertahankan dan mewariskan makna-makna Tari Topeng, yaitu Desa Slangit. Desa Slangit merupakan tempat lahirnya Tari Topeng Gaya Slangit, yang mana terdapat sanggar bernama Panji Asmara. Sanggar tersebut dipimpin langsung oleh Inu Kertapati selaku maestro dari Tari Topeng Gaya Slangit.

Film dokumenter berjenis news documentary ini menggunakan pendekatan ekspositoris. Pendekatan ini dipakai untuk menjadi perantara dalam menjelaskan narasi dengan menampilkan gambar-gambar yang sesuai, sehingga pesan akan lebih mudah dimengerti oleh penonton.

Film dokumenter ini mencoba untuk membuka pikiran masyarakat akan pentingnya untuk mengetahui makna-makna kelima Wanda Tari Topeng yang mengajarkan tentang proses kehidupan manusia dan menjelaskan tentan nilai-nilai Islam yang terkandung didalamnya.

  1. Produksi Majalah Fotografi Kreatif Berkonsep tentang Dunia Islam di Indonesia “@THINK”

Kreator            : Ici Dian Adilah

Produksi majalah ini menggabungkan dua keahlian yakni fotografi dan penulisan kreatif. Keduanya erat dengan industri kreatif periklanan. Isi majalah fotografi adalah gambaran dunia Islam yang ada di Indonesia dengan cara mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari manusia. Unsur kreativitas sangat kental dalam majalah ini karena berisi tulisan dan foto-foto yang telah dikurasi. Majalah ini dibuat untuk melihat citra alternatif dunia Islam melalui fotografi di Indonesia.

  1. DAJAL (Dangdut Jalanan) Pembuatan Film Dokumenter Tentang Kesenian Musik Kecimol Sebagai Budaya Populaer yang Mulai Mengancam Kesenian Tradisional gendang Beleq

Kreator            : Muhammad Heri Fadli

Karya ini termasuk dalam jenis film dokumenter interaktif, merekam tentang budaya populer yang memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan lokal. Musik Kecimol merupakan produk musik pop yang menyedot perhatian publik mulai menggeser musik tradisional Gendang Beleq.

Lokasi pembuatan film ini di Lombok dengan subjek Suku Sasak yang melibatkan pemilik sanggar, pemain, dan tokoh pemuda. Film ini menjadi medium untuk mempresentasikan gambaran kesenian musik Kecimol dari budaya pop yang menggeser kesenian tradisional Gendeng Beleq dalam prosesi adat Nyongkolan masyarakat suku Sasak.

  1. Rekonsiliasi Ruh (Pembuatan Film Dokumenter tentang Peletakan Batu Nisan di Kuburan Massal Korban HAM 1965 yang Berjudul “Rekonsiliasi Ruh” Berlokasi di Kendal, Jawa Tengah)

Kreator            : Tri Rizal Ghofuur

Karya ini merupakan proyek film dokumenter ekspositori dan observasional yang merekam kegiatan pegiat kemanusiaan dalam proses penisanan. Film ini adalah kegiatan upaya rekonsiliasi korban 1965 dengan pihak pemerintah yang belum menemukan kesepakatan. Selain bukti-bukti pembunuhan massal yang terus bermunculan dengan penemuan kuburan masal tragedi 1965 di Semarang dan Kendal, Jawa Tengah.

Diperkirakan lebih lebih dari 100 orang terbunuh secara paksa tanpa peradilan. Hal ini membuat sekelompok pegiat kemanusiaan dari daerah Semarang dan Kendal melakukan penisananan yang menemui banyak kendala. Tujuan pembuatan film dokumenter ini mencoba menawarkan perspektif baru atas tragedi 1965.

  1. Melawan Batas (Pembuatan Film Dokumenter Melawan Stigma Masyarakat Terhadap Teman Tuli)

Kreator            : Kafin Maulana Rijal

Kelompok difabel sering dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki kemampuan untuk bisa hidup layaknya non-difabel. Namun di kota Yogyakarta tinggallah seorang anak difabel dengan kemauan dan semangat juang besar yang bernama Ahmad Roby Nugraha.

Roby mampu mematahkan stigma buruk masyarakat terhadap kaum difabel yang selama ini selalau dipandang sebelah mata. Proyek ini merupakan karya ilm dokumenter berjenis news documentary yang menggunakan pendekatan ekspositoris.

  1. ASA di ZONA BENCANA (Pembuatan Film Dokumenter tentang “Sekolah Gunung Merapi” dalam Memberdayakan Masyarakat di Kawasan Rawan Bencana)

Kreator            : Galih Yoga Wicaksono

Karya ini merupakan film dokumenter dengan pendekatan ekspositoris yang mencoba menceritakan kembali misi yang sedang diemban oleh Sekolah Gunung Merapi, khususnya dalam bidang mitigasi bencana.

Padukuhan Pangukrejo di Umbulharjo, Sleman termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi. Daerah tersebut seharusnya tidak boleh digunakan untuk hunian tetap warga, namun setelah erupsi 2010 banyak warga yang kembali ke sana. Dampaknya mereka tidak bisa mendapatkan fasilitas dan pendidikan yang memadai dari pemerintah. Melalui film ini, diharapkan dapat memberikan wawasan kepada penonton mengenai Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi III dan upaya-upaya yang dilakukan untuk memberikan literasi informasi kebencanaan kepada masyarakat.

  1. FORMART MAGAZINE (Produksi Majalah Tentang Proses Kreatif Street Art dan Penguatan Eksistensi Komunitas Street Art di Yogyakarta)

Kreator            : Azka Destriawan

Proyek karya majalah ini merupakan wacana, proses kreatif, dan dinamika street art di Yogyakarta seperti kesenian lokal, street art graffiti, mural, poster, hingga instalasi yang merespons keresahan masyarakat dan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar untuk menyuarakan sesuatu di ruang publik.

Melalui dinding dingin kota, artis street art menyuarakan aspirasi masyarakat sebagai bentuk perlawanan. Namun street art kerap dianggap sebagai sesuatu yang ilegal, bentuk vandalisme, bahkan menjadi aksi kriminal karena merusak dan mengotori ruang publik.

Itulah beberapa contoh karya untuk syarat kelulusan S1 dan D4 bagi yang tak ingin memilih skripsi. Bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UII, produksi film menjadi proyek yang paling banyak dilakukan. Lantas bagaimana rencana kamu, Comms?

 

Penulis: Meigitaria Sanita

Merdeka Belajar Episode Ke-26
Reading Time: 2 minutes

Kabar menarik datang dari dunia Pendidikan. Baru saja Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim umumkan kebijakan baru terkait mahasiswa yang tidak wajib mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan.

Mendikbudristek telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode Ke-26 bertajuk Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi pada 29 Agustuus 2023. Peraturan tersebut tertuang pada Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan.

Lantas cara apa yang dapat menggantikan skripsi tersebut? Melansir dari laman resmi LLDIKTI Kemdikbud, Nadiem menyebutkan setidaknya ada dua hal fundamental pada kebijakan tersebut termasuk terkait pengaturan tugas akhir mahasiswa dan sistem akreditasi yang cenderung meringankan beban administrasi.

“Ada dua hal fundamental dari kebijakan ini yang memungkinkan transformasi pendidikan tinggi melaju lebih cepat lagi. Pertama, Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang lebih memerdekakan, di mana Standar Nasional kini berfungsi sebagai pengaturan framework dan tidak lagi bersifat preskriptif dan detail, di antaranya terkait pengaturan tugas akhir mahasiswa. Kedua, sistem akreditasi pendidikan tinggi yang meringankan beban administrasi dan finansial perguruan tinggi,” ungkap Mendikbudristek.

Lantas apa syarat kelulusan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa S1 maupun D4 untuk menggantikan skripsi? Mahasiswa dapat memilih tugas akhir dalam bentuk prototipe, proyek, maupun bentuk sejenis lainnya dengan syarat prodi mahasiswa bersangkutan telah menerapkan kurikulum berbasis proyek dan sejenisnya.

Merdeka Belajar Episode Ke-26 ini dinilai penting lantaran berkaitan dengan persiapan hard skill dan soft skill mahasiswa untuk mempersiapkan dunia kerja.

“Pendidikan tinggi memiliki peran penting sebagai pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, persiapan SDM unggul, dan sebagai tulang punggung inovasi. Selain itu, pendidikan tinggi adalah jenjang yang paling dekat dengan dunia kerja dan masyarakat. lulusan perguruan tinggi dituntut untuk dapat berkontribusi dengan baik. Itu mengapa kami meletakkan titik berat pada transformasi jenjang pendidikan tinggi,” jelas Nadiem.

Jauh sebelum kebijakan Mas Menteri diluncurkan, Prodi Ilmu Komunikasi UII telah memberlakukan kebijakan ini sejak tahun 2015. Banyak cara yang dapat dipilih mahasiswa untuk meraih kelulusan.

Ada lima cara untuk meraih gelar S.I.Kom di kampus Ulil Albab antara lain jalur skripsi, proyek komunikasi, proyek kolaboratif internasional, penulisan artikel jurnal, bahkan magang yang laporannya setara dengan skripsi. Informasi selengkapnya dapat dibaca pada link berikut “Maba Wajib Tahu Fakta Menarik Kuliah di Jurursan Ilmu Komunikasi“.

Kebijakan ini menarik bagi mahasiswa karena dinilai mampu mewadahi minat dan ketertarikan yang tidak hanya fokus menghasilkan output sempurna, melainkan daya kritis dan kreatif mahasiswa yang terasah demi persiapan di dunia kerja.

Lantas bagaimana dengan dirimu Comms, kira-kira ingin lulus kulias S1 Ilmu Komunikasi jalur apa nih?

 

Penulis: Meigitaria Sanita