Himpunan Alumni Jerman Yogyakarta (HAJY) memberikan secercah harapan soal apa yang bisa kamu lakukan sebelum memulai untuk lanjut studi ke negara para pemikir dunia seperti Kant, Nietzsche, Hegel, Albert Einstein, dan masih banyak lagi.
Talk series bertajuk “Studi Lanjut dan Belajar Budaya Jerman” yang digelar oleh HAJY bersama Prodi Ilmu Komunikasi UII pada Jumat, 3 Maret 2023 yang digelar secara hybrid ini seolah membuka mata kita bahwa melanjutkan studi ke luar negeri tidak hanya butuh kecerdasan kognitif saja, melainkan jiwa resilience yang tangguh.
Salah satu pendiri HAJY yakni Prof. Dr. drh. Wayan T. Artama menyebutkan jika ingin studi lanjut ke Jerman salah satu budaya yang perlu kita pelajari adalah bahasa Jerman itu sendiri. Lantas apa saja yang wajib kita tahu sebelum berangkat ke Jerman?
Bahasa Jerman digunakan sehari-hari
Profesor lulusan S3 dari Institut fur Veterinar Biochemie, Freie Universitaet Berlin, Jerman, tahun 1989 itu awalnya tak memiliki bekal kemampuan bahasa Jerman mengaku sangat kesulitan menjalani aktivitasnya di Jerman. Beliau menuturkan harus bekerja keras untuk belajar bahasa Jerman ketika sudah menginjakkan kaki di sana.
Belajar bahasa Jerman dengan pengantar bahasa Jerman juga merupakan tantangan luar biasa, namun dengan berbekal kerja keras maka beliau mampu melaluinya. Tinggal di Jerman artinya harus mampu berbicara dengan bahasa Jerman, warga lokal dan petugas di ranah publik semua berbahasa Jerman.
Terlebih bagi mahasiswa S1 bahasa pengantar dalam pembelajaran di kampus semuanya menggunakan bahasa Jerman berbeda dengan mahasiswa S2 dan S3 yang bisa sedikit bernegosiasi dengan bahasa Inggris.
Presensi tidak dihitung
Mungkin terdengar menarik dan santai ya Comms, mahasiswa di Jerman tidak masalah jika absen masuk kelas. Semua dosen tidak akan mempermasalahkan soal itu. Tapi risiko tidak paham dan tertinggal materi adalah tanggung jawab pribadi.
Jika Comms merasa mampu mengejar materi dan mampu mengerjakan tugas dengan sempurna dan memiliki kecerdasan diluar batas bisa mencobanya.
Namun perlu diketahui standar kompetensi di Jerman tentu berbeda dengan di Indonesia, otomatis tidak bisa disamakan budaya santai menunda-nunda pekerjaan dan menggunakan cara negosiasi dengan para dosen atau supervisor demi kelulusanmu Comms.
Wajib membuat janji
Para supervisor tidak akan menanyakan sejauh mana progres mahasiswa dalam mengerjakan thesis maupun disertasi Comms. Mereka cenderung fokus dengan hasil yang dikerjakan oleh mahasiswa dan tidak akan mengejar-ngejar mahasiswa tanpa menagih pekerjaanmu Comms.
Paling penting adalah mahasiswa wajib membuat janji saat ingin konsultasi dan menyampaikan progres yang telah dikerjakan. Bahkan dengan stafpun harus membuat janji, hal ini penting diketahui agar mahasiswa mampu mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan studi.
Dalam talk series yang dipandu Dr Evita Hanie Pangariebowo, MIDEC (Fakultas Geografi UGM dan alumni Rheinish Friedrich Wilhelm University of Bonn) tersebut hadir beberapa narasumber seperti Dr.re.soc Masduki dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yang juga alumni Ludwig Maximillians University of Munich, Dr.rer.pol Dyah Widiastuti dosen di Fakultas Geografi UGM alumni Technische Universitaet Dortmund, dan Hendrawan Pambudi General Manager Eule Haus dan alumni Goettingen University.
Bagi Comms yang tertarik untuk mengetahui bagaimana tips dan trik lanjut studi ke Jerman serta budaya hidup disana bisa menonton talk series HAJY di channel Ikonisia TV melalui link di bawah ini.
Link streaming HAJY