Tag Archive for: Duka Demokrasi

Milad UII
Reading Time: 3 minutes

Usia ke-81 Universitas Islam Indonesia (UII) dirayakan dengan euforia yang berbeda. Ada pita putih yang disematkan pada lengan kanan para anggota senat saat menghadiri Rapat Terbuka Senat. Pita putih adalah simbol kedukaan, keprihatinan, dan kesedihan.

Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D., membukanya dengan laporan pencapaian dan prestasi sepanjang tahun 2023. Idealnya milad disambut dengan penuh kebahagiaan dan suka cita, namun dunia akademik tak boleh menutup mata terkait kondisi krisis yang tengah terjadi.

UII mengajak seluruh elemen untuk merespons duka demokrasi yang mengiringi Pemilu 2024. Prof. Fathul Wahid menyebut bahwa kondisi ini butuh respons dari berbagai pihak agar suara rakyat tak digantikan kepentingan kelompok.

“Perkembangan praktik berbangsa dan bernegara dalam beberapa saat terakhir perlu mendapatkan perhatian banyak elemen bangsa. Praktik tersebut telah secara perlahan meminggirkan suara rakyat dan digantikan kepentingan kelompok dan oligard tertentu. Itulah mengapa hari ini anggota senat menggunakan pita putih sebagai tanda duka. UII baik sendiri maupun bersama-sama perguruan tinggi lain juga menjaga sensitivitasnya terhadap masalah bangsa dan menyatakan sikapnya. Sepanjang 2023 UII mengeluarkan sejumlah pernyataan sikap yang diamplifikasi oleh banyak media masa,” jelasnya.

Tak hanya pita putih, pihaknya juga menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat Palestina yang tengah menghadapi kejahatan manusia atas serangan Israel. Ada yang menarik, sejenak Prof. Fathul meminta izin kepada audiens untuk mengambil keffiyeh yang diidentikkan simbol perlawanan warga Palestina.

Ribuan nyawa melayang didominasi perempuan dan anak-anak atas agresi Israel. Melalui program UIIPeduli penggalangan dana terkumpul sebanyak Rp 515.439.544.

“UII juga mengawal inisiatif UIIPeduli yang memberikan bantuan kemanusiaan saat bencana melanda. Pada 7 November tahun lalu bantuan UIIPeduli sejumlah 500 juta untuk Palestina diberikan melalui Medical Emergency Rescue Comitee. Selama agresi Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 sebanyak lebih dari 28 ribu nyawa melayang sebagian besar korban yang meninggal adalah anak-anak dan perempuan. Kita tidak tahu sampai kapan agresi ini berlangsung ketika dunia negara-negara besar menunjukkan hipokrisinya. Hari ini saya sengaja memakai keffiyeh Palestina untuk menunjukkan kepedulian kepada penduduk Gaza,” ujarnya lagi.

Makna Pita Putih dalam Konteks Politik di Indonesia

Lebih detail simbol pita putih dijelaskan oleh salah satu anggota senat sekaligus guru besar Ilmu Komunikasi UII yakni Prof. Dr. rer. soc. Masduki, S.Ag., M.Si., MA. Pita putih adalah bentuk dan upaya untuk melakukan kampanye damai di tengah pesta politik di Indonesia.

Sejatinya demokrasi dilakukan dengan ketulusan tanpa ada represi dan intervensi. Tentu hal ini mengarah dari berbagai fenomena yang mengiringi perjalanan Pemilu 2024 yang begitu serampangan.

“Putih bisa dimaknai dua hal. Pertama putih sebagai kampanye damai atau peace. Bagaimana kita menyampaikan pesan bahwa seharusnya pilpres atau demokrasi di Indonesia secara umum diwarnai dengan ketulusan kedamaian hati jiwa dan juga cara-cara yang damai tidak ada intervensi, tekanan represi, tidak ada upaya-upaya untuk manipulasi semua berangkat dari keinginan tulus bahwa kita ingin negara ini kokoh sebagai negara demokratis yang itu merupakan amanat Reformasi 98 jadi putih bisa bermakna demikian,” ujarnya.

Selanjutnya adalah makna duka dalam konteks demokrasi demi melanggengkan dinasti politik segala cara dikerahkan hingga memaksimalkan fasilitas negara sebagai pendukung untuk meyakinkan masyarakat. Fenomena saat ini, negarawan yang seharusnya memberikan sikap bijaksana justru semakin tak beretika.

“Yang kedua tentu simbolis kedukaan yang lebih utama dirasakan hari-hari ini. Biasanya kalau ada orang meninggal itu ada bendera putih, yang artinya kita kehilangan, kita sedang tidak berada dalam situasi yang normal kita sedang merefleksikan kondisi yang sangat menyedihkan. Kematian adalah sutu peristiwa yang menimbulkan duka mendalam yang digambarkan dengan warna putih itu. Terhadap apa? Terhadap proses-proses pemilu yang hari ini tidak menunjukkan etika publik terutama dari kepala negara presiden. Mungkin ini peristiwa yang hanya sekali terjadi dalam sejarah kita,” jelas Prof. Masduki.

UII sebagai institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membela rakyat dan melakukan perlawanan. Cara ini dilakukan melalui perlawanan damai, harapannya simbol ini mampu dicerna dandipahami oleh pemegang otoritas politik negeri ini.

“Apa makna lain yang dilakukan guru besar kemarin, dan anggota senat UII ketika ada acara puncak milad bahwa ini bentuk perlawanan secara damai. Perlawanan simbolis, dengan menggunakan pita putih di lengan kanan masing-masing anggota senat khususnya guru besar menunjukkan kita tidak happy, tidak seperti biasanya. Kita tidak merasa bahwa ini normal simbol putih itu satu perlawanan satu isyarat yang mudah-mudahan bisa dicerna oleh pemegang otoritas politik terutama kalau hatinya jernih. Dan ini juga pertama kali dilakukan di UII, ini kreativitas Pak Rektor kita yang perlu kita apresiasi,” pungkasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita

 

Milad UII
Reading Time: 2 minutes

Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai universitas swasta tertua di Indonesia tahun ini memasuki usia ke-81 tepat pada 9 Februari 2024. Perayaan ini disampaikan pada Rapat Terbuka Senat UII Senin, 12 Februari 2024.

Pada kesempatan tersebut Rektor UII yakni Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D., menyampaikan berbagai laporan perkembangan UII sepanjang tahun 2023 serta mengumumkan momentum Milad ke-81 UII yang bertajuk Dedikasi untuk Negeri. Tema tersebut diambil sebagai pengingat dan komitmen bagi seluruh sivitas akademika UII untuk selalu berkomitmen kuat dalam menjalankan peran UII sebagai perguruan tinggi yang unggul untuk para cendekiawan dan calon pemimpin bangsa di masa depan.

Tak hanya capaian dan komitmennya, UII juga memberikan berbagai penghargaan kepada dosen, tenaga pendidik, serta Program Studi dan Jurusan pada puncak acara. Salah satu dosen Prodi Ilmu Komunikasi UII yakni Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si., Ph.D., meraih juara ke-2 dosen berprestasi bidang Sosial Humaniora.

Di tengah kesibukannya sebagai Kaprodi Ilmu Komunikasi UII, ia menyebut bahwa capaian ini menjadi motivasi untuk tetap produktif di tengah-tengah tumpukan pekerjaan administratif yang menjadi tanggung jawabnya.

“Tentang pencapaian saya sebagai dosen berprestasi kedua bidang sosial humaniora ini adalah bentuk pencapaian bersama untuk prodi Ilmu Komunikasi sekaligus saya berharap mudah-mudahan prestasi ini menjadikan saya lebih produktif dan meyakinkan banyak pihak bahwa di tengah jabatan dan amanat yang sangat sibuk ini kita tetap bisa produktif. Hal tidak mudah, Alhamdulillah bisa,” ungkap Kaprodi Ilmu Komunikasi UII.

Di tengah euforia Milad UII ke-81 tersebut ada sisi yang berbeda, usai menyampaikan rasa syukurnya Kaprodi Ilmu Komunikasi juga mengutarakan pelaksanaan Sidang Senat Terbuka UII yang memberikan respons terhadap situasi Indonesia dan dunia yang tak baik-baik saja.

Hal ini juga ditunjukkan dengan simbol pita putih di lengan kanan yang digunakan oleh seluruh anggota senat. Pita putih adalah simbol duka demokrasi Indonesia serta duka yang dialami dunia terutama kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Palestina.

“Sidang Senat UII dalam rangka Milad ke-81, UII menunjukkan sisi yang berbeda dari biasanya karena ada ekspresi keprihatinan terkait beragam situasi yang pertama situasi politik di Indonesia yang tidak demokratis berkaitan dengan kondisi menjelang pemilu.

Respons ini penting dilakukan dan membutuhkan perhatian dari berbagai elemen bangsa. Duka demokrasi di Indonesia adalah praktik yang tak bisa dianggap sederhana karena perlahan telah meminggirkan suara rakyat.

Terkait kondisi agresi Israel di Gaza, melalui berbagai program tengah diupayakan oleh UII. Ini adalah bentuk respon, kepedulian, serta inistiatif mengajak semua pihak untuk tidak tutup mata atas situasi yang terjadi di sekitar kita.”

“Kemudian yang kedua keprihatinan juga atas kondisi saudara-saudara kita di Palestina ini yang menarik disampaikan oleh Pak Rektor sebagai bentuk keprihatinan jadi ini sekaligus menjadi penanda dunia akademik tidak boleh tutup mata terhadap berbagai situasi di sekitar kita sebagai kepedulian kaum akademik terhadap kondisi lingkungan baik lokal, nasional, maupun global,” tandasnya.

 

Penulis: Meigitaria Sanita