Seri Webinar Komunikasi IP # 5: Lokakarya Globalisasi Tahunan “Globalisasi Masa Depan” (3)

Reading Time: 2 minutes

 

Pada tanggal 23 Juli 2020, Program Internasional Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) dan Uniicoms TV mengundang Profesor Chen dan Dr. Masduki dalam The Annual Globalization Workshop (AGW) dengan tema “The Future Globalization.” Workshop ini merupakan program workshop perdana yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi Internasional UII. Tulisan ini merupakan tulisan kedua Fitriana Ramadhany, mahasiswa magang kami, berdasarkan reportase-nya. Ini adalah artikel lanjutannya.

Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan presentasi yang dibawakan oleh Assoc. Prof. Dr. Huey Rong Chen. Presentasi Profesor Chen berjudul “Refleksivitas globalisasi: mencari transformasi dialogis setelah pandemi.” Ia memulai presentasinya dengan menjelaskan konsep globality yang dikemukakan oleh Roland Robertson, tentang konsep pemadatan dunia dan intensifikasi kesadaran masyarakat seluruh dunia. Untuk menjelaskan definisi globalisasi itu sendiri, ia mengacu pada Robertson yang memberikan definisi dasar globalisasi. Globalisasi itu adalah transportasi massal dan intensif orang, komoditas, dan informasi melintasi batas negara secara global. Kemudian dia menambahkan definisi globalisasi dari Anthony Giddens. Giddens mengatakan bahwa globalisasi adalah akibat langsung atau akibat modernisasi.

Dalam presentasinya, Associate Professor Chen lebih fokus pada definisi globalisasi menurut Robertson. Terutama dalam kesadaran yang disebutkan di sana. Dia menjelaskan lebih lanjut tentang kesadaran yang dia maksud. Itu terkait dengan organisasi global yang sering dipikirkan oleh banyak orang terkait globalisasi, seperti ASEAN dan G20. Ia menjelaskan, pada 1992 ketika Robertson mengajukan konsepnya, kondisi masyarakat saat itu masih terfokus pada pembangunan satu negara. Berbeda dengan kondisi saat ini di mana masyarakat tidak bisa hanya memikirkan membangun satu negara atau menciptakan negara adidaya. Ia menyebutkan bahwa saat ini masyarakat di suatu negara juga perlu memikirkan negara lain, bahkan spesies lain, sebagai wujud kesadaran dunia.

Berdasarkan definisi globalisasi menurut Giddens, Profesor Chen meyakini bahwa globalitas kurang tepat dikatakan sebagai perpanjangan tangan dari modernitas. Karena modernitas bukanlah sistem atau nilai yang dikembangkan dari ruang dan waktu tertentu. Ia mencontohkan banyak belahan dunia yang memiliki budaya dan bangsa yang beragam di daerahnya. Ia menjelaskan bahwa daerah yang memiliki budaya seperti itu juga mengalami perkembangan modernitas dan memiliki lintasan pada nilai-nilai modernitas. Jadi, globalitas bukan sekadar konsekuensi modernitas. Globalitas adalah kondisi umum yang memfasilitasi difusi modernitas umum, yang berarti kedua proses tersebut berlangsung pada waktu yang bersamaan.

Pada tahun 1995, Robertson menyebut istilah baru melalui bukunya tentang modernitas, yaitu istilah global modernity. Profesor Chen menjelaskan bahwa itu berarti modernitas global bukanlah fenomena tunggal atau sistem tunggal. Ia juga menjelaskan bahwa globalisasi telah menjadi sistem yang homogen. Karena ketika berbicara tentang globalisasi, orang akan terhubung dengan bagaimana menjangkau seluruh dunia untuk menjual produknya.

Profesor Chen memilih teknik atau konsep refleksivitas dalam presentasinya untuk dikaitkan dengan kesadaran yang telah dijelaskannya sebelumnya. Menggunakan definisi semiotik oleh Greimas & Courtes, dia menjelaskan bahwa refleksivitas adalah sebuah konsep semiotika diskursif, yang digunakan untuk menunjukkan sinkretisme dari beberapa peran aktansial ketika yang terakhir diinvestasikan dalam satu aktor. Peran aktual di sini adalah bagaimana seorang aktor memainkan perannya dalam sebuah cerita. Dia menjelaskan bahwa ini adalah teknik naratif yang digunakan untuk membantu memahami diri sendiri. Merujuk pada penjelasan selanjutnya, yang menyatakan bahwa seseorang dapat menggunakan dirinya sendiri sebagai badan untuk memahami dirinya sendiri melalui penyertaan yang lain, ia menjelaskan bahwa teknik di sini memiliki banyak cara yang berbeda. Penjelasan itu mengarah pada pertanyaan berikutnya tentang bagaimana memiliki kesadaran akan seluruh dunia melalui reflektifitas.

——————

Penulis dan Reporter: Fitriana Ramadhany, Mahasiswa magang Jurusan Ilmu Komunikasi UII.Batch 2016

Editor: A. Pambudi W