Praksis Riset Kualitatif dalam Kehumasan
Riset Kualitatif untuk korporasi dan humas sifatnya untuk kemajuan perusahaan. Riset juga menjadi dasar pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan. Ia lebih mengedepankan kepentingan praktis pengembangan perusahaan, ketimbang keilmuan.
Riset untuk humas korporat menjadi ujung tombak citra dan manajemen krisis perusahaan. “Yang terutama kita lakukan dalam riset untuk kehumasan adalah mengapa itu terjadi, apa yang terjadi, dan bagaimana solusinya,” kata Zulfatun Mahmudah, Media and Public Communication PT. Kaltim Prima Coal, dalam Kuliah pakar Peranan Penelitian dalam dunia Kehumasan, pada 10 Juli 2021. Kuliah pakar ini adalah salah satu pengayaan bersama praktisi pada mata kuliah Riset Kualitatif.
Selain melacak solusi, public relation harus menganalisa kemungkinan konsekuensi yang muncul dari solusi yang ditemukan. “Lalu kalau kita mengambil solusi tertentu, harus kita lihat cocok atau tidak, dan apa konsekuensinya. Dari konteks itu apa yg bisa dilakukan korporasi, usulan outputnya yg penting,” ujar Zulfatun yang juga adalah mahasiswa doktoral di Kajian Budaya dan Media UGM.
Zulfatun bercerita juga praksis penerapan riset dalam keseharian aktivitas kehumasan. “Misalnya ada kasus pencemaran sungai. Nah masyarakat akan bertanya-tanya. Nah kita sebagai humas perlu melakukan riset,” katanya.
Sembari menunggu riset dilakukan, humas bisa menyampaikan informasi sementara. “Bahwa betul telah terjadi peristiwa ini, tetapi kami akan dalami dan riset. Bila itu berasal dari kami, kami akan bertanggungjawab,” ungkap Zulfatun menceritakan pengalaman dan praksis humas ketika menghadapi krisis yang menerpa korporat.
Menurutnya, Itulah fungsi PR. PR mengelola isu agar perusahaan tidak menjadi korban perundungan (bully) masyarakat berkepanjangan.
Monitoring isu dan Netizen
Puji Rianto, dosen mata kuliah ini, juga menyampaikan pertanyaan. “Apa yang mesti diantisipasi PR untuk memonitoring isunya seperti apa? Pakai big data atau seperti apa? Kalau media massa kan bisa kita duga dan atasi, tapi media sosial ini kan liar sekali,” tanyanya pada Zulfatun.
Zulfatun mengatakan bahwa media sosial ini bisa menjadi penyerang maupun pendukung. Media besar pun kadang kala juga tidak menjadi penyeimbang. “Apa yang perlu kami lakukan? Kita punya media sosial yang menjadi media yang penyampaiannya lebih cepat daripada menunggu media resmi seperti media massa,” ujarnya menjawab. “Kami juga punya divisi khusus yg menangani hubungan dengan media yang kami sebut media relation.”
Praktik penelitan kehumasan dalam perusahaan, tidak terlalu utama dalam penggunaan teori. Teori dijadikan dasar untuk melihat dalam konteks praktis.
Menurutnya, jika korporasi mengambil tim konsultan riset dari perguruan tinggi, bisa jadi beda cerita. “Bisa jadi teori itu dipakai untuk menjadikan dasar sekilas untuk menjelaskan posisi kesimpulan.”
Namun transparansi wawancara dan metode juga penting dilakukan agar temuan penelitian di masyarakat juga menjadi representatif. Ini bisa dijadikan dasar, kita harus melihat bagaimana persepsi publik, apa langkah yang perlu disiapkan.
“Intinya, penelitian di dunia korporasi berorientasi pada problem solving.”