Pentingnya Komunikasi Risiko Bencana

Reading Time: 2 minutes

Ketika banjir, gempa bumi, atau tsunami, atau bencana apa pun datang, apa yang harus kita lakukan? Karena kurangnya komunikasi pengetahuan bencana masa lalu, tidak ada generasi baru yang tahu bagaimana bencana terjadi di masa lalu. Oleh karena itu kita perlu mentransfer pengetahuan dari generasi masa lalu kepada generasi mendatang. Itulah ilustrasi sederhana dari apa yang kami sebut Komunikasi Risiko Bencana. Tapi apa sebenarnya pentingnya itu?

Alfi Rahman mengatakan bahwa salah satu yang penting hal itu adalah memberdayakan audiens untuk membuat pengambilan keputusan yang tepat. Jadi orang dapat membuat lebih banyak pilihan tentang risiko dalam bencana. Hal penting lainnya dari komunikasi risiko bencana adalah, “Meningkatkan kepercayaan pada lembaga manajemen risiko, masyarakat diberdayakan,” kata Alfi Rahman, peneliti di Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia, pada Annual Report Workshop Globalisasi diselenggarakan oleh International Program of Communication Department UII (Universitas Islam Indonesia). Annual Workshop on Globalization dengan tema “Bencana, Media, dan Globalisasi” dilaksanakan pada tanggal 25 September 2021, online melalui Zoom Meeting.

Komunikasi Bencana dan Risiko juga membantu membangun pemahaman demi upaya mengelola risiko. Ini juga menyesuaikan komunikasi, termasuk mempertimbangkan Respon emosional terhadap kejadian tersebut. Alfi berpesan kepada seluruh mahasiswa sebagai peserta bahwa komunikasi berisiko. Ini juga mencegah Perilaku negatif dan Mendorong respons konstruktif terhadap krisis atau bahaya.

Alfi juga menggambarkan bagaimana orang Menciptakan transfer pengetahuan untuk membuat komunikasi risiko bencana ke generasi berikutnya. Ia mencontohkan Kisah Smong Risiko Tsunami di Kepulauan Simeuleue, Aceh. Warga Simeulue Harus membuat pesan tentang bencana dan pengetahuan Melalui tindakan sebagai aspek kedua dari komunikasi risiko bencana.

Kisah-kisah Smong ini juga menjadi pelajaran dalam menyelamatkan nyawa saat tsunami Samudra Hindia 2004. Alfi memaparkan bahwa pada tahun 1907 ada 50% (ada yang mengatakan 70%) warga masyarakat Simeulue direnggut nyawanya oleh tsunami. Namun pada tahun 2004, tiga orang dilaporkan tewas, menunjukkan dampak positif dari Cerita Smong Sebagai sinyal peringatan.

Selain Alfi, Workshop juga mengundang Ruzinoor Che Mat selaku associate professor Universiti Utara Malaysia dan Herman Felani selaku Dosen Departemen Komunikasi UII. Sementara pidato Alfi tentang komunikasi risiko bencana, Ruzinoor berbicara tentang Simulasi Pemodelan 3D untuk Evakuasi Banjir, dan Herman berbicara tentang pandemi dan globalisasi.