Menulis Konten Web dengan Teknik Parafrase
Tak banyak pengelola web yang tahu bahwa orisinalitas konten adalah kunci. Orisinalitas sangat menentukan website dapat mudah masuk dalam indeks pencarian situs. Baik itu pencarian Google, Yandex, maupun Bing. Semakin orisinal, semakin mudah mencapai halaman pertama pencarian Google terutama. Begitu juga menulis konten web. Penulis harus memastikan kontennya ditulis dengan teknik parafrase. Teknik ini belakangan digemari karena memudahkan penulisan dalam mengisi konten situs. Namun, mengambil konten dari beragam sumber, tak bisa sembarangan.
Maka dari itu, penting menulis konten situs dengan tanpa salin tempel. Sumber tulisan sebisa mungkin tidak ditiru persis atau diambil mentah-mentah. Teknik yang tepat untuk menulis seperti itu adalah teknik parafrase. “Parafrase adalah menulis dengan kata-kata sendiri dan tata bahasa yang berbeda dari sumber yang dirujuk,” kata Erry Satya, Staf Bidang Humas UII, secara daring, pada Kamis (5/8/2021).
Bidang Humas Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Workshop Pengelola Website “Pemutakhiran Konten Website” ini sekaligus juga untuk membuka dan meluncurkan UII Website Appreciation (UWA) 2021. Selain itu, Ratna Permata Sari, Kepala Bidang Humas UII, mengatakan, workshop ini juga diadakan agar dapat mengapresiasi dan memperbarui tampilan dan konten situs di tingkat unit, jurusan, dan fakultas di UII.
Selain melakukan reportase, parafrase adalah keterampilan kunci yang harus dimiliki penulis konten website. Erry mengatakan setidaknya pengelola web di lingkungan UII bisa melakukan parafrase dengan enam langkah berikut.
Pertama, penulis konten web unit, jurusan, atau fakultas, dapat membaca ulang seluruh sumber berita hingga tuntas. Asumsinya, ketika telah membaca keseluruhan isi sumber yang akan dirujuk, akan ditemukan kata kunci atau poin-poin utama dari gagasan atau ide sumber rujukan. Jika telah ditemukan, maka langkah kedua dapat dilakukan. Penulis konten membuat daftar rinci semua kata kunci yang ditemukan tersebut sehingga dapat diduplikasi dalam berita yang akan ditulis.
Langkah ketiga, barulah penulis konten situs dapat menulis ulang semua ide tadi. Gagasan yang berasal dari sumber rujukan ditulis ke dalam kontennya dengan menggunakan kalimat dan susunan kata yang asli dari penulis sendiri. Hasilnya adalah tulisan yang otentik.
Langkah selanjutnya, keempat, penulis memastikan bahwa ide pokok dari sumber rujukan masih sama dengan tulisan hasil parafrase. Ini maksudnya agar gagasan dari sumber rujukan tidak berubah. Langkah kelima, “penulis tidak lupa menandai frasa atau istilah-istilah unik yang beradal dari sumber rujukan,” kata Erry dalam Zoom Meeting.
Langkah terakhir adalah transparansi sumber rujukan tulisan sehingga pembaca lain dapat mendalami pula sumber-sumber tersebut. Menulis sumber tulisan ini juga penting sebagai bentuk rekognisi penulis pada pemilik karya yang dirujuk.