Meniti Prestasi Meski Pandemi
Mahasiswa Komunikasi UII Meraih Prestasi di Konferensi Internasional.
Pandemi seakan tak pernah usai. Salah satu strategi kunci adalah penanganan di lini informasi. Bila antar pemangku kepentingan tidak satu suara dalam menyampaikan informasi tentang Covid-19 dan penanganannya, tentu publik akan masuk dalam keraguan dan kebimbangan. Maka satu kesatuan informasi dari pemangku kepentingan menjadi niscaya.
Dua mahasiswa Komunikasi UII, Ajeng Putri Andani, bersama Roiyan Nangim, berhasil merampungkan penelitiannya soal ini. Tak tanggung-tanggung, mereka, dipandu oleh Sumekar Tanjung, dosen pembimbing Komunikasi UII, mempresentasikan temuan penelitiannya di sebuah konferensi internasional. Konferensi ini dilaksanakan pada 4 Desember 2020 lalu dengan Thailand sebagai tuan rumah. Konferensi bernama 8th Asian Academic Society International Conference itu diberi tajuk “ASIA Sustainable Innovation: Global Health Diplomacy, Technology and SDGs Accordance.”
“Pemda DIY menggunakan new media sebagai salah satu strategi menangani pandemi Covid-19 dengan cara single narasi,” kata Ajeng menceritakan hasil penelitiannya berjudul Analisis Mitigasi Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Penanganan Covid-19 melalui Media Baru.
Apa maksud single narasi? “Single narasi itu satu kesatuan informasi yang telah dikoordinasikan atas perolehan informasi dari berbagai sumber Tim Gugus Tugas,” katanya. “Sehingga akan menjadi satu informasi yang sama untuk dipublikasikan melalui media sosial khususnya platform Instagram dan Website,” jelasnya.
Ajeng dan Roiyan dibantu satu lagi anggota tim dari Magister FH UII, Bayu Mogana Putra, masuk dalam ruang presentasi di Sub tema bahasan Mitigasi Bencana dan Ilmu Politik. Keduanya juga dianugerahi penghargaan sebagai presenter terbaik (best oral presenter) dalam konferensi dengan 25 tim dan 23 kampus dari 3 negara. Mulai Thailand, Indonesia, hingga Libya. Mereka mengangkat paper berjudul Analysis of the Mitigation of the Provincial Government of the Special Region of Yogyakarta in Handling Covid-19 through New Media.
Kampus-kampus peserta jika mau disebut berasal dari macam-macam universitas. Total lebih dari 20 universitas. Misal sebut saja dari Universitas Indonesia, Universitas Islam Indonesia, ITB, Unair, Univ teuku umar, Univ Maritim Raja ali haji tanjung pinang, STAIN Sultan Abdurrahman, Mahidol University, Brawijaya university, Ramathibodi Hospital, UGM, Sirindhorn College of Public Health Phitsanulok Thailand, Univ. Muhammadiyah bengkulu, Kasetsart University Thailand, Mae Fah Luang University Thailand, BE Logist Research centre, Bani Walid University Libya, Tripoli University libya, Universitas Gunadarma – Jakarta, Yogyakarta state university, UPN Veteran, Chulalongkorn university.
Bagaimana Meneliti dan Berbicara di Konferensi Tingkat Internasional
Bagaimana bisa menghadapi dunia akademi internasional? Menurut Ajeng, hal terpenting adalah kita mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada para juri. Jika kita merasa nyaman menyampaikannya, juri akan lebih mudah menangkap apa yang kita sampaikan.
Latihan rutin juga cukup membantu. “Semakin banyak latihan memang tidak akan membuat grogi kita hilang, tetapi dengan itu kita akan semakin siap dan lebih percaya diri,” kata Ajeng.
Selain itu, dukungan dan kepercayaan dari orang terdekat juga menjadi kunci keberhasilan. Ajeng berterima kasih pada orang-orang yang telah mendukungnya. Misalnya orang tua, rekan satu timnya, juga dosen pembimbing. Ia berterimakasih pada tim kelompoknya yang telah mau membersamai dalam suka duka pembuatan paper, “dan selalu menguatkan satu sama lain,” katanya.
Teman-teman dekatnya juga punya peran penting, katanya. “Mereka sering aku mintain bantuan. Baik untuk koreksi abstrak maupun melatihku presentasi.”