Memandu Pelajar Belajar dan Memahami Foto Jurnalistik
Kalangwan Inggil dan Sindu Aji asyik memperhatikan Ali Minanto dan M. Iskandar T. Gunawan menjelaskan materi fotografi jurnalistik sore itu. Bahkan keduanya juga aktif merespon lontaran-lontaran pertanyaan dari Ali. Misalnya saat itu Ali Minanto, salah satu pemateri yang juga Dosen Komunikasi UII, itu bertanya tentang pengetahuan foto dan fungsi foto pada peserta.
“Apakah ada yang punya Paspor?” tanya Ali Minanto.
“Saya pak,” jawab Sindu.
Katanya, ia akan pergi ke Bangkok untuk memaparkan hasil penelitiannya. Jawaban itu menjelaskan maksud Ali melempar pertanyaan tersebut. “Fungsi foto kan bisa sebagai informasi, dokumentasi, dan artistik. Nah, Foto dalam paspor kan itu fungsinya memberikan informasi identitas seseorang,” jelas Gunawan, salah satu pemateri Pelatihan kali itu.
“Siapa yang tahu genre-genre foto? Apakah ada yang biasa menerapkan genre-genre itu?” tanya Ali juga.
Kali ini Alisha Bahira dan Alang, nama panggilan Kalangwan, yang angkat suara. Menariknya adalah pernyataan Alang. Alang mengatakan bahwa ia sering dan biasa menerapkan street photography dalam aktifitas fotografi sehari-harinya. Ali dan Gunawan, yang juga redaksi Uniicoms TV, menyimpulkan, dari jawaban-jawaban ini menunjukkan beberapa peserta sudah bukan di level dasar lagi pengetahuan fotografinya.
Alang dan Sindu adalah dua dari 26 pelajar SMPN 4 Pakem yang mengikuti Pelatihan Fotografi Jurnalistik dengan Ali dan Gunawan sebagai mentor. Para peserta adalah pengelola ekstra kurikuler (ekskul) jurnalistik di sekolahnya. Pelatihan yang dihelat pada 23 Januari 2020 ini bertujuan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan foto jurnalistik pada redaksi buletin klub jurnalistik sekolah. “Selama ini kan mereka lebih ke keterampilan menulis, nah pelatihan ini mau dikuatkan skill fotonya,” kata Gunawan.
Tak hanya pemaparan dan diskusi foto, pelatihan juga dilengkapi dengan praktik foto dengan menggunakan ponsel pintar. SMP yang punya konsep sekolah berbasis digital ini membuktikan kelihaiannya. Para peserta diminta ambil gambar dan diunggah dengan tagar yang telah disepakati. “Hasilnya mengejutkan, ada yang bagus, sudah ada yang sangat lihai main teknik ruang tajam sempit (depth of field), komposisi, dan framing yang bagus,” ungkap Gunawan.
Desyatri Parawahyu, salah satu staf Laboratorium Prodi Ilmu Komunikasi UII, yang ikut mendampingi siswa-siswi praktik juga mengaku takjub dengan apresiasi dan antusiasme para peserta. “Mereka memperhatikan, bertanya, diskusi, dan mau ikut terjun praktik,” kata Desya. Sebuah kemewahan yang jarang ditemui di kelas mahasiswa bahkan, kata Gunawan. “Mereka mau tampil bicara di depan. Untuk mental SMP udah sangat bagus,” tambahnya.
Senada dengan Desyatri, Gunwan mengamini tim dari Prodi Komunikasi UII juga takjub dengan performa siswa-siswa ini. “Kami pikir mereka belum paham, kami akan beri materi dasar. Ternyata ada yang sudah mahir, ada yang bawa kamera semi profesional juga,” tambahnya. Beberapa bahkan sudah mengerti soal segitiga exposure, komposisi, dan ada juga yang bisa menjelaskan pengoperasian dan bagian-bagian kamera,” sambung Gunawan.
Punggawa Prodi Ilmu Komunikasi FPSB UII juga meraup banyak pesan dan kesan dari para pelajar tentang jalannya pelatihan. Lewat ponsel masing-masing, mereka mengunggah kesan ke Mentimeter, aplikasi presentasi interaktif berbasis daring. Ada yang menulis,”Seneng, bisa belajar banyak hal tentang fotografi. Jadi tau macem-macem kamera dan caranya foto pake smartphone.” atau ada pula yang menulis bahwa pelatihan berjalan menyenangkan, seru, dan memberi banyak pengalaman yang tidak pernah didapatkan sebelumnya. Ada pula yang menulis kesan dari pelatihan ini menjadi banyak belajar tentang fotografi, melihat ekspresi orang dan tempat mana yang bagus dan indah untuk didokumentasikan.