Komunikasi UII Berkomitmen Mendorong Mahasiswa Berintegritas Tinggi
Para undangan berangsur-angsur berdatangan. Sepagi itu lantai 3 Komunikasi UII mulai ramai hilir mudik pula para staf tenaga pendidikan baik dari akademik, laboratorium, tim dokumentasi, hingga Pusat Studi dan Dokumentasi Media Alternatif (PSDMA) Nadim menyiapkan ruangan, presensi, konsumsi dan beberapa formulir praktikum. Para undangan itu adalah dosen pengajar pada semester ganjil tahun akademik 2019/2020. Menjelang jam acara yang dinanti, Rapat Koordinasi Dosen Pengajar dan Praktikum, Program Studi Ilmu Komunikasi FPSB UII, Puji Hariyanti, Kaprodi Ilmu Komunikasi UII sudah siap di dengan slide presentasi di depan para hadirin. Setelah semua siap, rapat koordinasi dimulai.
Hal menarik dari rapat yang dihelat pada 26 Agustus 2019 ini misalnya Puji yang menjelaskan bahwa sebisa mungkin tugas mahasiswa tidak menyalin tempel atau melakukan plagiasi. Plagiasi dapat merusak integritas mahasiswa sedari awal. Mahasiswa harus dididik untuk anti plagiat sejak mahasiswa, sehingga saat bekerja ia punya integritas. “Prodi sudah berkomitmen untuk mendidik mahasiswa punya integritas, sehingga tugas-tugas yang dikumpukan secara digital dapat dimasukkan perangkat lunak penguji plagiasi turnitin,” tegas Puji.
Skripsi dan tugas akhir di Komunikasi UII pun kini telah lama dicek oleh tim khusus cek plagiasi. Cek yang dilakukan dengan bantuan Turnitin (via daring dan terkomputerisasi) maupun dengan cek manual oleh tim khusus yang sudah terlatih dapat mengenali model-model karya tulis yang memiliki indikasi plagiat yang tinggi. Menurutnya, jangan lagi ada kopasus, singkatan buatannya yang berarti pasukan kopas (copy paste). Mahasiswa harus dikenalkan bahwa plagiat adalah tindakan melukai ilmu pengetahuan.
Di akhir rapat, Puji mengingatkan para pengajar untuk ingat kata bijak dari Alm. Kiai Maimun Zubair, sebagai pegangan para pendidik: “Jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan pada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridnya dapat hidayah.”