IP Communication Teatime: Komunikasi Profetik dan Yang Terpinggirkan
Kajian Komunikasi profetik bukanlah hal baru, hanya saja selama ini masih dipahami secara normatif sebagai dakwah keagamaan atau dakwah yang sifatnya agamis seperti tatacara nabi. Kajian Komunikasi Profetik dalam dalam perspektif kenabian yakni membela yang terpinggirkan, lemah, dan terindas belum banyak dibahas dalam kajian komunikasi profetik selama ini.
Obrolan komunikasi profetik sambil ngeteh sore ini dilangsugkan secara online via live Instragram oleh International Program of Communication Department Universitas ISlam Indonesia IP comunication UII) atau biasa mereka sebut dengan teatime. Acara yang dilaksanakan di senin sore, 19 April 2021 tersebut mengadirkan Holy Rafika Dhona sebagai pembicara. Holy adalah dosen pengajar Ilmu Komunikasi UII, sekaligus penulis buku ajar Komunikasi Profetik yang ia susun tiga tahun terakhir sejak 2018.
Islam sebagai kajian ilmu sudah sejak lama dikaji oleh Kuntowijoyo, keilmuan islam yang disilaturahmikan dengan kajian komunikasi belumlah memuaskan. “Buku ini pun juga masih jauh, apalagi saya.” Kelakar Holy menegaskan dirinya masih jauh dari sifat kenabian, saat diajak ngobrol santai dalam acara Teatime yang dipandu oleh Nadira dan Lani.
Obrolan dibuka dengan mengajak berpikir dengan merefleksikan satu rutinitas harian tentang aktifitas posting status facebook. “Kamu posting FB itu bukan ibadah, tapi kalau taklim itu ibadah. Perpektifnya selalu begitu selama ini. Padahal bisa jadi itu sangat profetik isinya”
“Kamu posting FB itu bukan ibadah, tapi kalau taklim itu ibadah. Perpektifnya selalu begitu selama ini. Padahal bisa jadi itu sangat profetik isinya”
-Holy Rafika Dhona-
Dalam kajian komunikasi profetik, bisa jadi posting di facebook adalah abgian dari upaya profetik. Holy menjelaskan bahwa komunikasi profetik itu tidak sekadar dakwah agamis yang mengenalkan tatacara wudhu, sholat, puasa atau tatacara menyampaikan pesan. “Kalau komunikasi profetik pinginnya ilmu didekati dengan tujuan kenabian. Hero banget. Bukan untuk ngajain sholat ritual belaka. Sebenarnya dalam pandangan komunikasi profetik itu klise kok. Komunikasi yang membimbing dari jalan kegelapan menuju jalan terang. Terang itu ya, sejahtera, aman, nyaman. nggak cuma ritual belaka,” jelas Holy.
Holy menceritakan tentang hijrah nabi Muhammad dari mekah ke Yatsrib (Madinah) juga disertai oleh orang yang belum memeluk Islam tapi teraniaya di Mekah. Dalam cerita Holy itu Holy ingin menunjukan bahwa Nabi selalu datang dengan konsep orang tertindas: mustadha’afun. Komunikasi yang ditujukan untuk membela orang tertindas.
bersambung ke part 2