Fakta Menarik di Balik Buku ‘Pergi Untuk Kembali’: Perjalanan Doktoral
Menyelesaikan studi doktoral (S3) adalah sebuah pengalaman yang pasti menggoreskan hal yang tak sepele bagi siapapun yang mengalaminya. Bagi orang awam, mungkin S3 itu ‘buat apa’. Namun bagi akademisi seperti dosen atau peneliti pengalaman studi doktoral punya maknanya sendiri. Banyak pengalaman berat, tapi yang jelas juga pengalaman ‘merdeka dari urusan administratif kampus dan ngajar mahasiswa’. Pengalaman ini dibukukan dalam buku Pergi untuk Kembali: Refleksi Perjalanan Studi Doktoral Dosen FPSB (Pengalaman Kuliah S3 Doktor FPSB UII).
Pada Bulan Juni ini, buku ‘Pergi Untuk Kembali: Refleksi Perjalanan Studi Doktoral Dosen FPSB’ ini diluncurkan dan dibedah secara daring pada Sabtu, 4 Juni 2022. Dimoderatori oleh Herman Felani, bedah buku ini juga mengundang I Made Andi Arsana, seorang akademisi, doktor di UGM, yang juga seorang penulis.
Buku yang ditulis dalam durasi kurang dari lima bulan itu, merupakan kisah perjalanan, perjuangan, juga renungan dari 15 penulis yang merupakan dosen FPSB UII yang ketika itu sedang studi lanjut doktoral di berbagai kampus. Baik dalam maupun luar negeri. Kumpulan tulisan ini diedit oleh empat Editor, yakni Iwan Awaluddin Yusuf, Hasbi Aswar, Nita Trimulyaningsih, dan Puji Rahayu.
Iwan Awaluddin Yusuf, salah satu dosen Ilmu Komunikasi UII, yang juga seorang penulis sekaligus editor dalam buku ‘Pergi untuk Kembali’, menceritakan bagaimana cerita dibalik penulisan dan penerbitan buku ini. “Saya ngobrol dan bercerita dengan pak dekan tentang bagaimana kami menjalani masa-masa studi doktoral. Rekan-rekan lain yang punya cerita menarik lainnya. Bisa dibukukan dan pasti menarik. Nggak banyak yang menuliskan ini.”
Dalam pembukaan acara ini, Iwan, desainer kulit muka buku ini juga, membocorkan beberapa fakta menarik dari buku ini. Beberapa di antaranya adalah bahwa buku yang memiliki tebal 365 halaman ini merekam 15 tulisan dari 26 doktor yang ada di FPSB UII. “Biru, warna sampul buku ini adalah warna fakultas. Dan judul buku ini baru ada beberapa hari mendekati buku ini terbit. Mepet sekali,” kata Iwan.
“Banyak sekali doktor diluar sana. Tapi tidak semua menuliskan cerita ketika menjalani studi doktoral. Kami merasa bahwa tidak semua orang punya kesempatan untuk studi S3. Pengalaman ini adalah sebuah privilege, terlebih dengan terbebas dari urusan adminstratif kampus, tidak ngajar,” kelakar Iwan.