Editorial 17 (Volumen 9, Nomor 1, Oktober 2014)
Reading Time: < 1 minute
Tahun 2014 adalah tahun politik bagi Indonesia. Hal tersebut membuat tema komunikasi politik menjadi kajian yang cukup menarik untuk dibahas. Beberapa sub-tema komunikasi politik adalah mengenai media dan aktor politik.
Tulisan Halimatusa'diah dan Muhammad Thaufan membahas mengenai kaitan antara media massa dengan komunikasi politik. Tulisan Halimatusa'diah berjudul "Isu HAM dalam Kontestasi Pemilu 2014 Sebuah Pendekatan Framing dan Ideologi Media" membandingkan pemberitaan mengenai Prabowo Subianto — salah satu calon presiden Republik Indonesia– di dua media yakni Vivanews.com dan Mediaindonesia.com. Kepentingan politik yang dimiliki dua media tersebut membuat mereka media ini tidak lagi menawarkan wacana kejernihan berpikir, apalagi wahana pendidikan politik bagi publik, melainkan turut menjadi “petarung” yang berada persis di belakang para kandidat.
Sementara Muhammad Thaufan membahas dalam konteks lokal yakni Pemilukada Sumatera Barat tahun 2010 melalui tulisan berjudul "Representasi Politik Opini Publik terhadap Pemilukada Sumatra Barat 2010 pada Koran Singgalang dan Program Sumbar Satu". Dengan pendekatan studi kasus dan analisis wacana kritis pada level teks, Thaufan berpendapat bahwa wacana dan sosiokultural ditemukan opini public politis telah diartikualsikan secara maksimal oleh media, elit dan masyarakat pemilih. Representasi opini politis ini menandakan kedigdayaan logika media dan juga kepentingan terselubung dari media dan elit untuk menjaga demokrasi local dengan penyebaran informasi strategis, meyakinkan pemilih, dan membuat kesan baik demi memenangkan pemilihan.