Benarkah Pekerjaan Manusia akan Digantikan oleh AI? ChatGPT tak Terkendali hingga Nasib Lulusan Ilmu Komunikasi 

Pekerjan yang dapat digantikan AI
Reading Time: 4 minutes

Ramai terdengar pembahasan yang membuat panik berbagai pihak lantaran beberapa pekerjaan akan tergantikan oleh artificial intellegence (AI). Benarkan pendapat tersebut? Simak beberapa data berikut ini tentang AI yang dianggap sebagai perkembangan teknologi menyeramkan. 

AI atau kecerdasan buatan adalah suatu sistem komputer atau perangkat mesin dengan mengadopsi karakter otak manusia. Artinya AI bekerja dengan meniru aktivitas kognitif manusia mulai dari leraning, reasoning, decision making, hingga self correction. 

Pekerjaan yang mampu dilakukan oleh AI mulai dari kendali, robotika, mekanisme kontrol, komputasi, penjadwalan, hingga data mining. Secara umum AI diciptakan untuk optimalisasi pekerjaan. 

Sebagai contoh sederhana untuk memahami kinerja AI dapat kita lihat dari pola kebiasaan kita ketika hendak mencari barang di E-Commerce. Saat kita mengetik “sepatu docmart wanita” di mesin pencarian E-Commerce maka barang tersebut akan muncul, kita dapat memilih sesuai dengan kriteria yang diinginkan.  

Selanjutnya kita akan menemukan produk rekomendasi di hari yang sama hingga hari berikutnya. Rekomendasi tersebut merupakan hasil kerja AI yang didapat dari data produk-produk yang pernah kita beli. 

Lantas benarkah pekerjaan kita dapat diambil alih oleh AI karena memiliki sistem yang lebih optimal dibandingkan kinerja manusia. Bagaimana nasib lulusan Ilmu Komunikasi? 

Salah satu AI yang tengah menjadi perdebatan di dunia akademis dan industri adalah asisten virtual bernama ChatGPT, merupakan situs pengolahan bahasa atau Generative Pre-Training Transformer yang dikembangkan OpenAI.  

Dengan menggunakan ChatGPT kita dapat memerintahnya untuk membuat teks, menerjemahkan bahasa, hingga menjawab apa pun pertanyaan yang kita ajukan. Sontak hal ini membuat ketar-ketir para pekerja di bidang penulisan seperti content writer, jurnalis, pekerja media, hingga pekerja kreatif lainnya. 

Kekhawatiran itu muncul berkaitan dengan teknik plagiarisme yang dapat mengancam integritas akademik. Bahkan ketika kita mengetikkan perintah “puisi senja” maka ChatGPT akan memberikan enam bait puisi tentang senja yang menarik dan puitis. Kecanggihan ini tentu membuat sebagian orang cemas karena AI dapat menggantikan keahlian manusia. 

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Similiarweb jumlah kunjungan ke ChatGPT mencapai 1,8 miliar peningkatan terjadi sejak awal tahun 2023. Artinya banyak orang yang menggunakan  ChatGPT untuk memudahkan dan menyelesaikan pekerjaannya.  

Negara yang paling banyak menggunakan ChatGPT di antaranya Amerika Serikat dengan presentase 15,22 persen, India 6,32 persen, Jepang 4,01 persen, Kolombia 3,3 persen, Kanada 2,75 persen, serta 68,4 persen tersebar di seluruh dunia kecuali yang disebutkan tadi. 

Membaca data tersebut apakah ChatGPT memang efektif dan dapat dipercaya di dunia akademis? Menurut salah satu dosen di Prodi Ilmu Komunikasi UII Narayana Mahendra Prastya, S.Sos., MA. ketakutan bukan hanya soal plagiarisme di kalangan mahasiswa melainkan pengaplikasiannya yang cenderung tidak sinkron. 

“Ketakutannya (menggunakan ChatGPT) tentang konteks yang tidak match. Ketika mahasiswa mengutip untuk memperkuat gagasan malah hasilnya tidak nyambung. Misalnya ketika meminta ChatGPT rangkuman jurnal tentang media sosial kita sebagai pengguna yang harusnya merangkai sendiri poin-poin dan mengaitkan,” ujarnya.  

Terkait soal plagiarisme di kalangan mahasiswa Narayana menyebut jika belum pernah mendeteksi apakah itu benar-benar dikerjakan dengan memindahkan dari ChatGPT. Kecurigaan tentu muncul ketika penulisan dalam proposal  

“Belum pernah terdeteksi apakah menggunakan ChatGPT atau bukan, ketika mahasiswa menuliskan tinjauan pustaka sangat jago dan rapi, tapi melihat interview guide dan lainnya kedodoran,” tandasnya. 

Pekerjaan yang kemungkinan digantikan AI 

Ketakutan kita soal pekerjaan yang akan digantikan oleh AI nampaknya memang wajar, bagaimana tidak sejak dirilis pada bulan November tahun lalu ChatGPT telah digunakan untuk membuat surat lamaran, membuat buku anak, hingga membantu siswa mencontek saat ujian. 

Sejak dirilis pada bulan November tahun lalu, ChatGPT dari OpenAI telah digunakan untuk menulis surat lamaran, membuat buku anak-anak, dan bahkan membantu siswa menyontek dalam ujian.  

Dilansir dari laman Business Insider, chatbot pada ChatGPT sangat hebat lebih dari yang dibayangkan, karyawan Amazon yang menguji ChatGPT menyebut jika chatbot ini melakukan “pekerjaan yang sangat baik” dalam menjawab pertanyaan dukungan pelanggan, “hebat” dalam membuat dokumen pelatihan, dan “sangat kuat” dalam menjawab pertanyaan seputar strategi perusahaan.  

Meski demikian ChatGPT juga bisa saja salah, seperti disebutkan oleh pengguna ChatGPT pernah menemukan informasi yang salah menjawab masalah pengkodean, dan menghasilkan kesalahan dalam matematika dasar. 

Dalam artikel tersebut menyatakan jika riset yang dipublikasikan oleh University of Oxford di tahun 2013 menyebutkan 47 persen di Amerika Serikat dapat digantikan oleh AI dalam rentang waktu 20 tahun ke depan. 

Namun, riset itu dibantah oleh Anu Madgavkar seorang mitra di McKinsey Global Institute yang mengatakan jika AI tak serta merta dapat menggantikan posisi manusia. Penilaian manusia perlu diterapkan pada teknologi untuk menghindari kesalahan dan bias. 

“Kita harus memikirkan hal-hal ini sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas, bukan sebagai pengganti,” ujar Madgavkar dalam wawancaranya dengan Business Insider.  

Itu artinya AI tidak dapat menggantikan keberadaan manusia melainkan membantu agar pekerjaan semakin optimal. Berikut beberapa pekerjaan yang akan berkaitan dan dapat dikerjakan AI yang dioperasikan manusia. 

  1. Tech jobs (Coders, computer programmers, software engineers, data analysts) 
  2. Media jobs (advertising, content creation, technical writing, journalism) 
  3. Legal industry jobs (paralegals, legal assistants) 
  4. Market research analysts 
  5. Teachers 
  6. Finance jobs (Financial analysts, personal financial advisors) 
  7. Traders 
  8. Graphic designers 
  9. Accountants 
  10. Customer service agents 

Nasib lulusan Ilmu Komunikasi bersaing dengan AI? 

AI yang berkembang pesat ternyata tidak benar-benar mengancam manusia, justru ada sisi positif dengan kecanggihan yang terus dikembangkan hal ini disampaikan oleh Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA, IPM dosen Teknik Elektro Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,sekaligus Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society (IAIS) melalui kanal YouTube The Conversation. 

“Tentu saja AI dapat menggantikan pekerjaan manusia khususnya yang selama ini yang dikerjakan secara otomatis, pekerjaan yang sifatnya repetitif, dan teknis, pekerjaan yang kotor, yang membosankan, dan berbahaya sudah selayaknya bisa kita alihkan ke komputer karena AI bisa mengerjakan itu jauh lebih bagus daripada manusia dan justru itu untuk menyelamatkan manusia,” ungkapnya. 

Perlu diketahui bahwa nasib lulusan Ilmu Komunikasi tidak akan terpinggirkan oleh AI. Karena menurut keterangan Dr. Lukas kreativitas manusia tidak dapat ditiru oleh AI. 

“Sebetulnya kita masih dapat merasakan bahwa tulisan ChatGPT adalah tulisan robot. Misalkan saya sebagai dosen tahu polanya, ngomongnya ChatGPT ini. ChatGPT dalam beberapa hal mungkin mencoba lebih kreatif dengan melakukan ekstrapolasi kadangkala semakin dia kreatif justru semakin ngawur dan terjebak pada sesuatu yang tidak masuk akal,” tandasnya. 

Itu artinya kekhawatiran kita terhadap AI terlalu berlebihan karena pada dasarnya AI diciptakan untuk membantu bukan menggantikan manusia. 

 

Penulis: Meigitaria Sanita