Bagaimana Mengembangkan Naskah Film Pendekmu
Banyak sekali film-film indah yang kita nikmati. Di balik film-film indah yang kita nikmati itu ternyata membutuhkan proses panjang dan tak jarang memerlukan ketelitian. Salah satu proses awalnya yang vital adalah pembuatan naskah (script). Membuat naskah ini tidak semudah membuat dan mengkhayal lalu dituangkan dalam bentuk skrip.
Dalam kuliah pakar atau public lecture yang diadakah oleh Prodi Imu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII), Agni Tirta bercerita tentang bagaimana gambaran komunitas mereka memproduksi film. Agni Tirta adalah seorang pembuat film dokumenter yang juga merupakan ketua Paguyuban Filmmaker Jogja.
Dalam kuliah pakar pada 23 April 2022 itu, Agni memnceritakan bagaimana prosenya membuat naskah sebuah film. Untuk membuat film pendek saja, ia bisa menghabiskan waktu lebih dari satu bulan. “Karena seminggu pertama itu sudah jadi draftnya. Itu draf nol. Lalu seminggu lagi dibaca lagi dan dikembangkan untuk jadi jadi draft 1, draft 2, dan seterusnya. Rata-rata bisa sampai draft 10, 11, hingga 13. Jadi menulis script itu bisa sebulanan kalau film pendek,” ujar Agni.
Tak Mudah Mengubah Jalan Cerita dalam Naskah Film
Selain data, Naskah Film memang sangat ditentuakan oleh imajinasi. Selayaknya imajinasi, ide jalan cerita pun bisa dengan liar mengembara dan berubah. Tetapi ketika imajinasi sudah tertuang menjadi naskah, akan sulit mengubah jalan cerita.
Seperti pertanyaan Sumekar Tanjung, seorang dosen Imu Komunikasi UII yang ingin mengetahui bagaimana trik atau mekanisme untuk menentukan perubahan jalan cerita si karakter tokoh dalam cerita. “Misalnya dia mau mengubah dari jalan hidup A ke jalan hidup B,” kata Tanjung.
Ternyata membuat naskah ini tidak boleh sembarangan. Bisa saja alur ceritanya berubah. Tapi harus banyak yang diperhatikan seperti sifat dan karakter tokoh, lingkungan, dan bahkan suasana psikologis si tokoh. “Ketika saya membuat tokoh, saya membayangkan tokoh-tokoh itu benar-benar hidup,” kata Agni.
Agni mengatakan bahwa mengganti naskah itu tidak boleh sembarangan dan harus berhati-hati menentukan pilihan ceritanya. “Ketika kita membuat tokoh yang sudah lengkap karakter dan suasana kehidupannya misalnya usia, sifat, zodiak, dia dibesarkan oleh lingkungan seperti apa, psikologisnya juga. Nanti kelanjutannya (cerita) akan mengikuti karakter si tokoh,” papar Agni.
“Kalau saya kembali ke log-line atau kalimat pengunci. Banyak adegan yang ketika kita menulis itu kita ragu bakal terpakai atau tidak. Ketika bingung itu, segera kembali lagi ke log-line. Ketika pilihannya berlawanan dan tidak mendukung misi utama cerita, ya log-line sebagus apapun tidak akan dipakai.”