Agenda Setting untuk Analisis sejarah Opini Publik di Forum AES Komunikasi UII

Reading Time: 2 minutes

Apakah mungkin menggunakan metode kuantitatif untuk menjelaskan sebuah proses sejarah yang sangat kualitatif? Bagaimana mungkin sejarah opini publik dilihat dengan kacamata agenda setting? Kunto Adi Wibowo, salah satu pembicara dalam rangkaian diskusi ilmiah Forum Amir Effendi Siregar (AES) UII, mengatakan bahwa hal itu justru sangat memungkinkan dilakukan.

“Ada salah satu tulisan bagaimana menggunakan agenda setting ini sebagai kajian opini publik secara historis. Bagaimana reasoning agenda setting yang kuantitatif itu fit pada sejarah yang notabene identik dengan kualitatif,” kata Kunto sebagai pembicara Forum Amir Effendi Siregar (AES) yang disiarkan langsung Channel Uniicoms TV pada Sabtu (24/10).

Kunto, Direktur Lembaga Survey KedaiKOPI (Kelompok diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia), mengatakan bahwa kita sangat mungkin menggunakan kuantitatif untuk menjelaskan sebuah proses sejarah. “Kita dipaksa merekonstruksi bagaimana distribusi opini dalam waktu tertentu,” katanya.

Namun, selain merekonstruksi bagaimana distribusi opini dalam waktu tertentu, “yang kedua kita harus juga menjawab bagaimana opini publik didefinisikan. Lalu ketiga, agenda setting bicara juga soal efek,” jelas Kunto. “Bagaimana efek dari media/ publik dan pembuat kebijakan dalam konteks sejarah itu. Setidaknya, usahanya kan merekonstruksi dampak opini publik pada kebijakan tertentu,” imbuhnya.

Kunto telah lama fokus pada penelitian tentang ipini publik, misinformasi, dan efek algoritma pada opini dan sikap politik. Belakangan, peraih Ph.D dari Wayne State University, ini mendapatkan hibah dari WhatsApp untuk meneliti misinformasi pada Pemilu 2019.

Kunto menjelaskan tiga strategi dalam melacak sejarah opini publik. “nah ini tiga strategi historical public opinion (sejarah opini publik),” paparnya dalam layar berbagi Zoom Conference pagi itu.

Tiga strategi yang harus dijawab itu adalah pertama, bagaimana penalaran statistik ‘agenda setting’ disesuaikan dengan sejarah?. Kedua, bagaimana opini publik didefinisikan, lalu ketiga, Isu-isu juga harus didefinisikan dengan jelas dan hubungan antar variabel dipahami dalam dinamika pembentukan opini. Khususnya pers, pembacanya, dan pembuat kebijakan.

Sudah sejak lama sebenarnya, penggunaan agenda setting untuk analisis sejarah opini publik. Kunto memberi contoh apa yang dilakukan G. Ray Funkhouser dalam studinya pada 1973. Funkhouser melakukan riset dengan mula-mula mendedah beberapa lapisan agenda setting.

“Ia menjelaskan pencocokan studi ‘content analysis’ di media dengan dunia nyata. Ternyata nggak match ini, content analisis media dengan kejadian nyata,” kata Kunto mengungkap penelitian Funkhouser yang terbit di Public Opinion Quarterly.

“Setting media tidak sama dengan misal kejadian kematian warga Amerika di Vietnam yang sebenarnya sedikit. Setting media soal kasus ras tidak sama dengan peristiwa nyata. Kasus korban kekerasan antara kulit hitam dan putih tidak banyak seperti yang di-setting berita,” papar Kunto soal penelitian Funkhouser berjudul The Issues of the Sixties: An Exploratory Study in the Dynamics of Public Opinion.

“Ini menjelaskan bahwa media melakukan agenda setting untuk menciptakan opini publik,” kata Kunto. Pada gilirannya, secara tidak langsung, menyontoh apa yang dilakukan Funkhouser, sejarah opini publik amerika pada saat itu jelas di-setting oleh agenda setting media. Opini publik dikendalikan dan tarik menarik dengan konstruksi oleh media massa.