Reading Time: 2 minutes

Kolaborasi antara PSDMA Nadim Komunikasi UII bersama KLIK18 menggelar bedah buku Pelangi di Timur Tengah dengan  mengundang langsung kreatornya, Denty Piawai Nastitie, Rabu (18/4/2018) di RAV Prodi Ilmu Komunikasi UII. Buku ini merupakan buku fotografi dari hasil dokumentasi perjalanan Denty pada akhir tahun 2015 silam keempat Negara Timur Tengah, yaitu Mesir , Israel, Palestina, dan Jordan. Buku ini diterbitkan pada tahun 2017 silam dengan dikuratori oleh Oscar Motulah dan di desain oleh Andi Ari Setiadi. Bersama Oscar Motuloh buku ini disusun agar bisa memberikan ciri khas perjalanan bersama rombongan.

Ketika diskusi, Denty menjelaskan bahwa perjalananya ini memunculkan pandangan baru bagi dirinya terhadap Timur Tengah yang semula dalam bayangannya identic dengan konflik dan perang. Ia menemukan praktek kehidupan sosial yang rukun dan menjunjung keberagaman. Melalui buku ini Denty mencoba untuk menjelaskan adanya nilai toleransi di Timur Tengah ketika sedang maraknya isu diskriminasi SARA di Indonesia.

Backgroundnya sebagai penulis membuat Denti percaya bahwa buku foto ‘Pelangi di Timur Tengah’ ini memiliki kekuatan dari segi cerita. Sehingga dengan kata lain untuk sekarang ini seorang fotografer tidak hanya cukup memiliki foto yang bagus, namun juga mesti  berhubungan dengan cerita yang kuat. “Fotografer sekarang harus sering dengar cerita dengan orang lain. Sehingga dengan sering mendengar cerita tersebut mampu membuat foto yang bercerita,” jelas Denty (18/4). Kemudian Ia juga menjelaskan bahwa pada akhirnya pun terkait cerita tersebut semuanya tergantung kepada sang fotografer dalam mengenali dirinya sendiri. Sehingga ketika bisa menemukan tema yang hanya dimiliki oleh dirinya, alangkah lebih baik untuk menempel terus pada tema tersebut dan mencoba untuk berani menunjukkannya kepada orang lain. Salah satunya dalam bentuk buku fotografi.

“setiap orang punya pengalaman dan cerita dapat menjadi karya yang bisa dishare. Selain itu juga melalui karya tersebut bisa menjadi bahan obrolan, sehingga  menjadi tempat bertukar ide, “ tutup Denty dalam menyampaikan kesannya di acara bedah buku fotografi tersebut.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Dokumentasi KLIK18

Reading Time: < 1 minute

Yogyakarta-Komunitas Fotografi Ilmu Komunikasi UII,  KLIK18 kembali menggelar PANIK (Pameran Anak Klik) yang digelar oleh mahasiswa angkatan 2017. Pameran tersebut berlokasi di lantai LG Perpustakaan Pusat UII berlangsung dari tanggal 10-12 April 2018 dari pukul 10.00 s/d 18.00 WIB.

Mengusung tema Icon pameran tersebut menyuguhkan puluhan karya fotografi. ‘Every Place Has Their Beuty’ merupakan tagline dari pameran tersebut yang menjadi sprit karya fotografernya. Mereka mencoba untuk menyampaikan makna Icon dan spirit dari pameran tersebut dari berbagai daerah yang ada di Indonesia berdasarkan perspektifnya melaui karya fotografi yang dipamerkan.

Selain menggelar pameran, juga diselenggarakan workshop fotografi bersama fotografer professional Bimo Pradityo yang menyampaikan materi basic photography dan juga street photography (10/4/18). Rangkaian acara yang lainnya pun juga adanya awarding night yang digelar di depan gedung Prodi Ilmu Komunikasi UII pada tanggal 10 April 2018.

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Dokumentasi KLIK18

Reading Time: < 1 minute

Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia Cabang Jogja (IMIKI JOGJA) Menggelar DIKLAT Akrab IMIKI Jogja 2018 pada tanggal 7-8 April 2018. Mengusung tagline “Now We Know”, Prodi Ilmu Komunikasi UII juga menjadi salah satu lokasi tempat dilangsungkannya penyampaian materi keorganisasian (7/4/18).  

Farid Nuh Hidayat mahasiswa Ilmu Komunikasi UII dan merupakan mantan Sekjend HIMAKOM UII menjadi pemantik materi dalam penyampaian materi keorganisasian tersebut. Farid mengungkapkan bahwa sebagai mahasiswa diharapkan tidak hanya ‘kuliah-pulang’ saja dan seharusnya terlibat aktif dalam keorganisasian. “Melalui organisasi kita akan mampu melatih soft skill. Mulai dari manajemen diri hingga kemampuan dalam memecahkan masalah”, terang farid (7/4/18).

Setelah penyampaian materi, kemudian peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melatih kekompakan dan jiwa keorganisasian. Tiap-tiap kelompok diinstruksikan untuk membuat suatu miniature bangunan dari sedotan yang berwarna. Peserta diminta ketika membangun miniature tersebut harus memiliki filisofi kenapa memilih bentuk tersebut dan alasan penggunaan warna dari sedotan yang tersedia untuk dipresentasikan di akhir sesi materi.

Peserta yang mengikuti workshop itu adalah perwakilan dari mahasiswa Ilmu Komunikasi di beberapa Kampus Jogja. IMIKI sendiri beranggotakan empat belas kampus yang memiliki jurusan Ilmu Komunikasi. Ada pun keempat belas kampus tersebut di antaranya UIN Suka, UII, UMY, UNY, UNRIYO, MMTC, APMD, AKINDO, UAD, UGM, UMB, UPN, UAJY, dan UNISA

 

Penulis: Risky Wahyudi

Foto: Dokumentasi Kegiatan IMIKI Jogja

Reading Time: < 1 minute

Reading Time: 2 minutes

 

Yogyakarta-PSDMA Nadim Komunikasi kembali menggelar diskusi Bulanan rutin di RAV Komunikasi UII (28/03).  Diskusi kali ini mengangkat tema Produksi Film Dokumenter karena bersinergi dengan motto Komunikasi UII Communication for Empowerement. Selain itu juga tema ini sangat tepat dan membantu mahasiswa yang sedang tertarik menekuni film documenter.

Tidak tanggung-tanggung, PSDMA Nadim Komunikasi UII turut mengundang Wahyu Utami Wati yang memiliki track record baik di dalam dunia perfilman dokumenter. Seperti contohnya sutradara Film The Unseen Words, Residensi 5 Village 5 Islands Project at Pelworm Island, Germany, Goethe Institute, dan juga pernah menjadi mentor Film workshop with local youth at Buli Village, East Halmahera, Mediaqita Foundation & creative Community Flores, Kelola Foundation.

Diskusi tersebut dimulai dengan pemutaran Film The Unseen Words merupakan film yang pernah meraih penghargaan kategori Film Dokumenter Pendek Terbaik FFI 2017. Kemudian dilanjutkan dengan pemutaran film berjudul Maja’s Boat yang merupakan karya hasil dari Residensi 5 Village 5 Islands Project at Pelworm Island, Germany, Goethe Institute.

Ketika diskusi Uut menjelaskan bahwa riset merupakan tahapan yang mesti dikerjakan dengan serius agar bisa meenghasilkan film yang baik. Diperlukan pendekatan  yang tepat dan juga kepekaan dalam mengamati situasi.

“Saat kita melakukan riset untuk film dokumenter, hilangkan segala keegoan sok tau yang dimiliki terkait objek yang akan difilmkan. Karena dengan banyaknya asumsi yang kita miliki ketika hendak melakukan riset lapangan akan menghambat dalam mengamati fenomena apa yang sebenarnya terjadi dilapangan. Dan tentunya juga akan menghambat kekuatan cerita dari film itu sendiri”,ujar Dosen dari Jogja Film Academy tersebut (28/03).

 

Penulis: Risky Wahyudi

Reading Time: < 1 minute